Yaya Menunggu dalam Dekapan Keluarga
Monday, 22 June 2015 | 13:00
Bulan Ramadhan 1436 H ini ada nuansa berbeda yang dirasakan oleh beberapa tim di Indonesia. Musim kompetisi tiarap, sepi tanpa pertandingan yang kompetitif. Kembali, hal itu dibahas karena memang kisruh sepak bola nasional antara PSSI dan Menpora yang menjadi biang keladi. Ketidakadaan target yang harus dicapai membuat beberapa tim bubar. Beruntung bagi Persib yang masih menimbang pembubaran tim, seraya adanya turnamen yang berpeluang untuk diikuti.
Hingga Minggu (21/6) Persib masih menjalani libur yang entah sampai kapan. Tidak ada aktifitas di Mess Persib, Jalan Ahmad Yani, Bandung. Beberapa pemain melakukan latihan individu guna menjaga kebugaran. Adapun beberapa pemain dan pelatih yang memilih untuk lebih banyak meluangkan waktunya bersama keluarga. Waktu luang ini merupakan kesempatan guna mencurahkan kasih sayang lebih intens untuk pemotivasi kehidupan, yakni keluarga.
Pelatih fisik Persib, Yaya Sunarya, tidak lepas akan peran ayah. Selain disibukkan dengan penyusunan program untuk tim Persib, dirinya banyak meluangkan waktu untuk sang anaknya, hanya untuk sekedar menemani bermain. “Kesibukannya sekarang mengerjakan pekerjaan yang tertunda, kaya di rumah ada yang mesti dibereskan. Terus menemani anak mau main ke mana, ditemanilah,” katanya.
Tidak jarang ia pun mengantarkan sang istri ke pasar setiap pagi. Terbukti ketika dihubungi Simamaung melalui sambungan telepon, Yaya mengaku baru berpulang mengantar istrinya. “Aduh maaf nih, baru pulang nganter istri. Biasa, ke pasar,” imbuhnya sambil tertawa.
Yaya menceritakan bagaimana suasana hangat keluarganya kini berkurang. Pelatih fisik yang mengantarkan Persib juara musim lalu mengakui merindukan bulan puasa tahun lalu yang masih ada kehadiran sang ibu. Mendiang ibunya meninggal tepat pada Ramadhan 2014 lalu, saat ia untuk pertama kali menukangi Maung Bandung.
“Yang dikangenin orang tua sih, karena kemarin pas pertama ikut di Persib, pertama kali latihan di tahun kemarin dengan Persib hari Senin, hari Minggunya itu ibu saya meninggal. Ya seperti itulah di bulan puasa, tahun kemarin ada ibu sekarang engga ada,” ceritanya.
Hingga kini Yaya masih menunggu langkah manajemen untuk membulatkan keputusan terkait kelangsungan karirnya sebagai pelatih fisik di Persib. Sama halnya dengan para pemain yang turut menunggu dalam balutan dekapan keluarga yang menjadi lentera pemotivasi hidup.


Bulan Ramadhan 1436 H ini ada nuansa berbeda yang dirasakan oleh beberapa tim di Indonesia. Musim kompetisi tiarap, sepi tanpa pertandingan yang kompetitif. Kembali, hal itu dibahas karena memang kisruh sepak bola nasional antara PSSI dan Menpora yang menjadi biang keladi. Ketidakadaan target yang harus dicapai membuat beberapa tim bubar. Beruntung bagi Persib yang masih menimbang pembubaran tim, seraya adanya turnamen yang berpeluang untuk diikuti.
Hingga Minggu (21/6) Persib masih menjalani libur yang entah sampai kapan. Tidak ada aktifitas di Mess Persib, Jalan Ahmad Yani, Bandung. Beberapa pemain melakukan latihan individu guna menjaga kebugaran. Adapun beberapa pemain dan pelatih yang memilih untuk lebih banyak meluangkan waktunya bersama keluarga. Waktu luang ini merupakan kesempatan guna mencurahkan kasih sayang lebih intens untuk pemotivasi kehidupan, yakni keluarga.
Pelatih fisik Persib, Yaya Sunarya, tidak lepas akan peran ayah. Selain disibukkan dengan penyusunan program untuk tim Persib, dirinya banyak meluangkan waktu untuk sang anaknya, hanya untuk sekedar menemani bermain. “Kesibukannya sekarang mengerjakan pekerjaan yang tertunda, kaya di rumah ada yang mesti dibereskan. Terus menemani anak mau main ke mana, ditemanilah,” katanya.
Tidak jarang ia pun mengantarkan sang istri ke pasar setiap pagi. Terbukti ketika dihubungi Simamaung melalui sambungan telepon, Yaya mengaku baru berpulang mengantar istrinya. “Aduh maaf nih, baru pulang nganter istri. Biasa, ke pasar,” imbuhnya sambil tertawa.
Yaya menceritakan bagaimana suasana hangat keluarganya kini berkurang. Pelatih fisik yang mengantarkan Persib juara musim lalu mengakui merindukan bulan puasa tahun lalu yang masih ada kehadiran sang ibu. Mendiang ibunya meninggal tepat pada Ramadhan 2014 lalu, saat ia untuk pertama kali menukangi Maung Bandung.
“Yang dikangenin orang tua sih, karena kemarin pas pertama ikut di Persib, pertama kali latihan di tahun kemarin dengan Persib hari Senin, hari Minggunya itu ibu saya meninggal. Ya seperti itulah di bulan puasa, tahun kemarin ada ibu sekarang engga ada,” ceritanya.
Hingga kini Yaya masih menunggu langkah manajemen untuk membulatkan keputusan terkait kelangsungan karirnya sebagai pelatih fisik di Persib. Sama halnya dengan para pemain yang turut menunggu dalam balutan dekapan keluarga yang menjadi lentera pemotivasi hidup.
