Yandi Sayangkan Jika Mantan Timnya Dijual ke Investor Lain
Friday, 21 August 2015 | 11:21
Striker muda Persib Bandung, Yandi Sofyan, memperhatikan perkembangan mantan klubnya, Brisbane Roar. Kini klub asal Australia yang dimiliki investor asal Indonesia, Bakrie Group, dikabarkan terancam bubar karena mengalami krisis finansial yang menyebabkan adanya tunggakan gaji pemain dan staf pelatih.
Seperti dilansir Goal Indonesia, Brisbane Roar terlilit tunggakan senilai $ 60,000 kepada Federasi Rugby Queensland (QRU) atas biaya sewa kamp latihan Ballymore. QRU pun berencana menuntut Roar ke pengadilan. Namun setelah mengadakan pertemuan dengan pemilik klub akhirnya, QRU mengurungkan niatnya. Hasil pertemuan pun masih dirahasiakan, namun nama Brisbane Roar masih tetap eksis di kompetisi A-League.
Yandi sadar betul tim yang juga pernah membesarkan namanya sedang kacau. Menurut kabar yang beredar, Bakrie Group bakal menjual klub jawara 3 kali A-League itu ke investor lain demi mempertahankan nama klub yang sudah malang melintang di persepakbolaan Australia. “Katanya sih mau di jual sama Bakrie, ya mungkin itu kebijakan owner (pemilik) klub, mungkin Bakrie Group punya kebijakan lain untuk berinvestasi,” ujarnya pada Jumat (21/8).
Ia menuturkan, cukup disayangkan bila pengusaha Indonesia yang memiliki klub di luar Indonesia, harus melepas saham tim kepada pihak lain. Adanya pemilik klub luar asal Indonesia bisa membuka peluang para pemain tanah air untuk berkesempatan main di luar negeri. “Saya sih sedikit menyayangkan, sebetulnya dengan Bakrie menjadi owner Brisbane Roar, itu membuka pemain Indonesia untuk bermain di sana,” sesalnya.
Selama kurang lebih semusim pada 2014 Yandi memperkuat Brisbane Roar, ia menuturkan tidak ada masalah mengenai finansial. Seluruh pemain merasa nyaman menjalani kegiatan rutinitasnya sebagai pemain profesional. “Pas kemarin saya di sana sih enggak ada masalah, sehat-sehat saja,” tukasnya.


Striker muda Persib Bandung, Yandi Sofyan, memperhatikan perkembangan mantan klubnya, Brisbane Roar. Kini klub asal Australia yang dimiliki investor asal Indonesia, Bakrie Group, dikabarkan terancam bubar karena mengalami krisis finansial yang menyebabkan adanya tunggakan gaji pemain dan staf pelatih.
Seperti dilansir Goal Indonesia, Brisbane Roar terlilit tunggakan senilai $ 60,000 kepada Federasi Rugby Queensland (QRU) atas biaya sewa kamp latihan Ballymore. QRU pun berencana menuntut Roar ke pengadilan. Namun setelah mengadakan pertemuan dengan pemilik klub akhirnya, QRU mengurungkan niatnya. Hasil pertemuan pun masih dirahasiakan, namun nama Brisbane Roar masih tetap eksis di kompetisi A-League.
Yandi sadar betul tim yang juga pernah membesarkan namanya sedang kacau. Menurut kabar yang beredar, Bakrie Group bakal menjual klub jawara 3 kali A-League itu ke investor lain demi mempertahankan nama klub yang sudah malang melintang di persepakbolaan Australia. “Katanya sih mau di jual sama Bakrie, ya mungkin itu kebijakan owner (pemilik) klub, mungkin Bakrie Group punya kebijakan lain untuk berinvestasi,” ujarnya pada Jumat (21/8).
Ia menuturkan, cukup disayangkan bila pengusaha Indonesia yang memiliki klub di luar Indonesia, harus melepas saham tim kepada pihak lain. Adanya pemilik klub luar asal Indonesia bisa membuka peluang para pemain tanah air untuk berkesempatan main di luar negeri. “Saya sih sedikit menyayangkan, sebetulnya dengan Bakrie menjadi owner Brisbane Roar, itu membuka pemain Indonesia untuk bermain di sana,” sesalnya.
Selama kurang lebih semusim pada 2014 Yandi memperkuat Brisbane Roar, ia menuturkan tidak ada masalah mengenai finansial. Seluruh pemain merasa nyaman menjalani kegiatan rutinitasnya sebagai pemain profesional. “Pas kemarin saya di sana sih enggak ada masalah, sehat-sehat saja,” tukasnya.

ah ari jang yandi maenya teu apal, kan bakri (aburizal) keur lieur, rek nyalonkeun presiden tapi teu jadi tea…..
Ulah di candak ka politik ah, nu atos2 ge dugi ayeuna konflik na… Hehe