Wasit Yang Baik
Friday, 20 August 2010 | 11:20Penulis: Ivan Alidjaja
Beberapa hari yang lalu, selepas magrib, saya bertemu dengan teman lama saya, Bung Joel (baca: Jul) di sebuah café di daerah Dago. Seperti biasa, perbincangan tidak jauh dari pekerjaan, keluarga dan masa-masa ketika kita masih di SMA. Diiringi dengan habisnya pizza yang kedua, Bung Joel mulai cerita tentang sepak bola dan tentunya betapa klub kebanggaannya (MU) di musim ini jauh lebih siap untuk mengalahkan jagoan saya (Chelsea) dan merebut takhta juara EPL. Teman saya berkata bahwa faktor Sir Alex sebagai seorang jenius dalam mengatur sebuah klub sepak bola sangat menentukan maju mundurnya MU.
Sambil menyeruput kopi panas, saya bertanya ‘Bung Joel, menurut bung, bagaimana bagusnya klub-klub yang ada di Indonesia dalam mengatur manajemen persepakbolaannya’. Saya bertanya begini pada dia karena walaupun Bung Joel itu bukan penggiat di dunia sepakbola (dia hanya seorang direktur sebuah waralaba), bung Joel punya wawasan yang cukup luas yang kadang-kadang membuat kita (teman-temannya) betah duduk berjam-jam mendengarkan ’kuliah terbuka’ dia tentang sepakbola.
Sambil menarik nafas panjang, bung Joel berkata begini ’Sebenarnya, pada prinsipnya, sebuah organisasi dibuat untuk menunjang sebuah tim olah raga agar dapat bekerja lebih efektif dan efisien dan pada ujung-ujungnya dapat mencapai tujuan yang optimal baik secara prestasi maupun finansial’.
’Wah, Joel…bisa teu kata-kata tadi diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehari-hari atau minimal basa sunda kitu..’ tanya saya setelah mendengarkan kata-kata ala ’pak dosen’ yang menurut saya penuh dengan bahasa ’nu nyieun hulu rieut’.
’Gini..kang Ivan, ijinkan saya bercerita sedikit ya…kalau dari pengamatan saya, dalam sebuah organisasi yang mengurus sebuah tim sepakbola, ada yang menganut satu Manager, mengurusi semua hal: dimulai dari ngelatih sampai ngurusin lapangan. Tetapi ada juga yang mencoba membagi peran tersebut pada Direktur Sepakbola atau kadang-kadang disebut ’Sporting Director’ dan juga manajer Tim’.
‘Nah, di tim yang punya Direktur dan Manajer, pembagian tugasnya tergantung dari kebutuhan pada saat itu. Ada Direktur yang berperan sebagai Direktur Teknik – nah, biasanya kita temukan Direktur teknik di klub-klub yang mana manajer-nya, (yang merangkap pelatih juga), dianggap kurang berpengalaman dan butuh ‘bimbingan dari direktur teknik’. Pada intinya, peran direktur di sini seperti konsultan ahli yang memberikan arahan agar klub menjadi lebih baik. Inget ga, dulu Sven Goran Eriksson pernah jadi direktur di Notts County?
‘Ada juga tim yang memfungsikan posisi direktur sebagai tokoh figur dan sebagai duta dari sebuah klub. Misalnya, Persib punya legenda hidup seperti Ajat Sudrajat, nah beliau mungkin dapat menjadi duta Persib yang memberikan ‘boost’ pada promosi dan pemasaran sebuah klub. Namun untuk hal-hal yang berhubungan dengan transfer pemain, pemilihan tim, hal-hal yang berhubungan dengan operasional sehari-hari, masih dipegang oleh manajer.’
Lalu saya menyela penjelasan bung Joel ‘Tapi bung, yang bung ceritakan adalah bahwa yang dimaksud manajer adalah pelatih juga bukan?’
‘Bener pisan kang Ivan, di sini peran manajer dan pelatih itu menjadi satu dan tidak terpisah. Saya lebih cenderung kalau klub sepakbola lokal yang sedang berkembang dan menuju ke arah profesional seperti Persib, membentuk organisasi yang sesuai dengan kebutuhan Persib saat ini dan bukan ikut-ikutan tim lain, apalagi mau mengikuti style MU atau Chelsa atau Manchester City.
Bung Joel melanjutkan ’Menurut saya lho, ini menurut saya…jadi tong dianggep opini saya yang paling bener ya…Menurut saya, apa yang Persib perlu punya adalah seorang Direktur yang betul-betul mengerti dan sangat berpengalaman dalam mengatur sebuah klub sepakbola sehingga menjadi jembatan antara konsorsium dan manajer. Biasanya konsorsium terdiri dari orang-orang yang walaupun mengerti tentang bola, tetapi bukan orang bola alias orang-orang yang pekerjaan setiap harinya bukan di industri bola.’
’Idealnya, direktur Persib, dapat membuat rencana jangka panjang untuk Persib dibidang keuangan (pemasukan dan pengeluaran klub), merencanakan pemasaran dan promosi Persib, dan juga dengan bekerjsa sama dengan manajer, dapat merencanakan formasi-formasi baku Persib beserta pemain-pemain yang akan dibidik. Jadi intinya adalah KONTINUITAS, klub sepak bola bukan untuk jangka pendek dan seorang direktur harus memastikan bahwa terjadi kontinuitas dalam pengelolaan sebuah klub di jangka panjang’.
’Nah, tugas dari manager atau pelatih adalah lebih mem-fokus-kan diri ke melatih sebuah tim, memilih pemain yang tepat, memilih nutrisi yang tepat dan program utk kebugaran dan kesehatan pemain, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah psikologi olah raga. Saya sih berkeyakinan bahwa permintaan pemain itu harus dari pelatih dan direktur-lah yang mengusahakan agar pemain dengan karakter yang ada di posisi tertentu didatangkan. Tentunya setiap pemain itu perlu di tes tingkat adaptasi dengan tim, skill dan visi bermain-nya pada tahap seleksi. Mungkin yang tidak perlu diseleksi itu pemain level CR9 atau Rooney atau Beckham, pemain-pemain yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya. Namun demikian, seperti yang kita dengar di berita, manajer (pelatih) berhak menolak seorang pemain bintang sekalipun jika dirasakan bahwa pemain tersebut bukan merupakan kebutuhan tim’
Tiba-tiba Bung Joel melihat jam tangannya dan berkata ’Wah, punten pisan kang Ivan…sudah jam 10:00 nih..saya perlu pulang dulu, ada beberapa kerjaan yang belum selesai dan dateline itu besok pagi….tapi gini lah inti pembicaraan kita…: Yang namanya Direktur dan Manajer itu harus bekerja sama, seorang Direktur yang baik itu harus seperti seorang WASIT yang baik – yang membuat keputusan penting, tidak ikut campur pada hal-hal yang tidak perlu, dan melakukan tugasnya secara diam-diam sehingga semuanya dapat berjalan dengan semestinya dan membuat setiap orang senang dan nyaman dengan peran dan tugas yang diembannya.
Terus terang, dalam perjalan pulang dari café ke tempat kos, di atas motor honda bmw (bebek merah warnanya), saya merenungkan kata-kata bung Joel yang terakhir…memang yang dibutuhkan Persib saat ini adalah seseorang yang dapat menjadi ’WASIT yang BAIK’ yang dapat membuat setiap unsur yang terlibat di Persib menjadi nyaman dan merasa ’enjoy’ dengan tugas yang diembannya…
Hm….’WASIT yg BAIK’….
–
Pendapat yang dinyatakan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, dan tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

Penulis: Ivan Alidjaja
Beberapa hari yang lalu, selepas magrib, saya bertemu dengan teman lama saya, Bung Joel (baca: Jul) di sebuah café di daerah Dago. Seperti biasa, perbincangan tidak jauh dari pekerjaan, keluarga dan masa-masa ketika kita masih di SMA. Diiringi dengan habisnya pizza yang kedua, Bung Joel mulai cerita tentang sepak bola dan tentunya betapa klub kebanggaannya (MU) di musim ini jauh lebih siap untuk mengalahkan jagoan saya (Chelsea) dan merebut takhta juara EPL. Teman saya berkata bahwa faktor Sir Alex sebagai seorang jenius dalam mengatur sebuah klub sepak bola sangat menentukan maju mundurnya MU.
Sambil menyeruput kopi panas, saya bertanya ‘Bung Joel, menurut bung, bagaimana bagusnya klub-klub yang ada di Indonesia dalam mengatur manajemen persepakbolaannya’. Saya bertanya begini pada dia karena walaupun Bung Joel itu bukan penggiat di dunia sepakbola (dia hanya seorang direktur sebuah waralaba), bung Joel punya wawasan yang cukup luas yang kadang-kadang membuat kita (teman-temannya) betah duduk berjam-jam mendengarkan ’kuliah terbuka’ dia tentang sepakbola.
Sambil menarik nafas panjang, bung Joel berkata begini ’Sebenarnya, pada prinsipnya, sebuah organisasi dibuat untuk menunjang sebuah tim olah raga agar dapat bekerja lebih efektif dan efisien dan pada ujung-ujungnya dapat mencapai tujuan yang optimal baik secara prestasi maupun finansial’.
’Wah, Joel…bisa teu kata-kata tadi diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehari-hari atau minimal basa sunda kitu..’ tanya saya setelah mendengarkan kata-kata ala ’pak dosen’ yang menurut saya penuh dengan bahasa ’nu nyieun hulu rieut’.
’Gini..kang Ivan, ijinkan saya bercerita sedikit ya…kalau dari pengamatan saya, dalam sebuah organisasi yang mengurus sebuah tim sepakbola, ada yang menganut satu Manager, mengurusi semua hal: dimulai dari ngelatih sampai ngurusin lapangan. Tetapi ada juga yang mencoba membagi peran tersebut pada Direktur Sepakbola atau kadang-kadang disebut ’Sporting Director’ dan juga manajer Tim’.
‘Nah, di tim yang punya Direktur dan Manajer, pembagian tugasnya tergantung dari kebutuhan pada saat itu. Ada Direktur yang berperan sebagai Direktur Teknik – nah, biasanya kita temukan Direktur teknik di klub-klub yang mana manajer-nya, (yang merangkap pelatih juga), dianggap kurang berpengalaman dan butuh ‘bimbingan dari direktur teknik’. Pada intinya, peran direktur di sini seperti konsultan ahli yang memberikan arahan agar klub menjadi lebih baik. Inget ga, dulu Sven Goran Eriksson pernah jadi direktur di Notts County?
‘Ada juga tim yang memfungsikan posisi direktur sebagai tokoh figur dan sebagai duta dari sebuah klub. Misalnya, Persib punya legenda hidup seperti Ajat Sudrajat, nah beliau mungkin dapat menjadi duta Persib yang memberikan ‘boost’ pada promosi dan pemasaran sebuah klub. Namun untuk hal-hal yang berhubungan dengan transfer pemain, pemilihan tim, hal-hal yang berhubungan dengan operasional sehari-hari, masih dipegang oleh manajer.’
Lalu saya menyela penjelasan bung Joel ‘Tapi bung, yang bung ceritakan adalah bahwa yang dimaksud manajer adalah pelatih juga bukan?’
‘Bener pisan kang Ivan, di sini peran manajer dan pelatih itu menjadi satu dan tidak terpisah. Saya lebih cenderung kalau klub sepakbola lokal yang sedang berkembang dan menuju ke arah profesional seperti Persib, membentuk organisasi yang sesuai dengan kebutuhan Persib saat ini dan bukan ikut-ikutan tim lain, apalagi mau mengikuti style MU atau Chelsa atau Manchester City.
Bung Joel melanjutkan ’Menurut saya lho, ini menurut saya…jadi tong dianggep opini saya yang paling bener ya…Menurut saya, apa yang Persib perlu punya adalah seorang Direktur yang betul-betul mengerti dan sangat berpengalaman dalam mengatur sebuah klub sepakbola sehingga menjadi jembatan antara konsorsium dan manajer. Biasanya konsorsium terdiri dari orang-orang yang walaupun mengerti tentang bola, tetapi bukan orang bola alias orang-orang yang pekerjaan setiap harinya bukan di industri bola.’
’Idealnya, direktur Persib, dapat membuat rencana jangka panjang untuk Persib dibidang keuangan (pemasukan dan pengeluaran klub), merencanakan pemasaran dan promosi Persib, dan juga dengan bekerjsa sama dengan manajer, dapat merencanakan formasi-formasi baku Persib beserta pemain-pemain yang akan dibidik. Jadi intinya adalah KONTINUITAS, klub sepak bola bukan untuk jangka pendek dan seorang direktur harus memastikan bahwa terjadi kontinuitas dalam pengelolaan sebuah klub di jangka panjang’.
’Nah, tugas dari manager atau pelatih adalah lebih mem-fokus-kan diri ke melatih sebuah tim, memilih pemain yang tepat, memilih nutrisi yang tepat dan program utk kebugaran dan kesehatan pemain, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah psikologi olah raga. Saya sih berkeyakinan bahwa permintaan pemain itu harus dari pelatih dan direktur-lah yang mengusahakan agar pemain dengan karakter yang ada di posisi tertentu didatangkan. Tentunya setiap pemain itu perlu di tes tingkat adaptasi dengan tim, skill dan visi bermain-nya pada tahap seleksi. Mungkin yang tidak perlu diseleksi itu pemain level CR9 atau Rooney atau Beckham, pemain-pemain yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya. Namun demikian, seperti yang kita dengar di berita, manajer (pelatih) berhak menolak seorang pemain bintang sekalipun jika dirasakan bahwa pemain tersebut bukan merupakan kebutuhan tim’
Tiba-tiba Bung Joel melihat jam tangannya dan berkata ’Wah, punten pisan kang Ivan…sudah jam 10:00 nih..saya perlu pulang dulu, ada beberapa kerjaan yang belum selesai dan dateline itu besok pagi….tapi gini lah inti pembicaraan kita…: Yang namanya Direktur dan Manajer itu harus bekerja sama, seorang Direktur yang baik itu harus seperti seorang WASIT yang baik – yang membuat keputusan penting, tidak ikut campur pada hal-hal yang tidak perlu, dan melakukan tugasnya secara diam-diam sehingga semuanya dapat berjalan dengan semestinya dan membuat setiap orang senang dan nyaman dengan peran dan tugas yang diembannya.
Terus terang, dalam perjalan pulang dari café ke tempat kos, di atas motor honda bmw (bebek merah warnanya), saya merenungkan kata-kata bung Joel yang terakhir…memang yang dibutuhkan Persib saat ini adalah seseorang yang dapat menjadi ’WASIT yang BAIK’ yang dapat membuat setiap unsur yang terlibat di Persib menjadi nyaman dan merasa ’enjoy’ dengan tugas yang diembannya…
Hm….’WASIT yg BAIK’….
–
Pendapat yang dinyatakan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, dan tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
