Transfer Window Dibuka September, Robert: Ini Skandal
Wednesday, 23 September 2020 | 18:48
Jendela transfer sesi dua untuk gelaran Liga 1 2020 sudah resmi dibuka dan disahkan PSSI. Pelatih Persib, Robert Rene Alberts pun angkat bicara mengenai keputusan tersebut dan mengaku kecewa. Bahkan menurut pelatih asal Belanda ini, dibukanya transfer window merupakan bentuk skandal.
Sebelumnya sempat disepakati oleh seluruh kontestan Liga 1 2020 bahwa tak ada bursa transfer sebelum restart kompetisi. Namun belakangan, sejumlah pemain asing dari beberapa klub memilih mundur dari tim karena tidak sepakat dengan proses renegosiasi kontrak. Situasi itu yang akhirnya jadi memicu beberapa klub ingin dibolehkan mendatangkan pemain pengganti.
“Ini tentu menjadi skandal berikutnya. Skandal yang terang-terangan. Semuanya tidak logis, sekali lagi. Dari informasi yang saya dapat, ada tiga klub yang mencoba mengorganisir ‘transfer window Eropa’ dan tiga tim ini adalah tim yang mendapat pemain Brasil yang mana semua sudah tahu tentang mereka,” kata Robert saat diwawancara secara virtual, Rabu (23/9).
Sebelumnya juga wacana pergeseran transfer window ke bulan September-Oktober sudah dibahas di manager meeting Liga 1 2020 yang digelar di Bandung dua hari lalu. Hasilnya lebih banyak tim yang tidak setuju dibukanya transfer window. Tetapi nyatanya voting tersebut tidak berpengaruh apapun.
“Jadi tak ada transparansi, dan tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi. Ketika melakukan voting pada pertemuan di Bandung Senin lalu, ada 8 klub dari 18 tidak setuju (adanya penambahan pemain asing). 7 tim memilih setuju, dan 3 tim netral. Di situasi logis dalam voting, saat suara terbanyak memenangkan voting, maka seharusnya tak ada transfer window (sebelum restart Liga 1 2020),” keluh Robert.
“Itu logis dan masuk akal karena itulah demokrasi dan harus diterima oleh siapapun. Kalau sekarang keputusannya seperti ini, kenapa harus ada voting? kenapa tetap mengirim surat ke FIFA bahwa akan ada transfer window di Indonesia. Itu yang menyisakan banyak pertanyaan soal sepakbola Indonesia,” lanjut dia.
Seharusnya bursa transfer paruh musim baru berlaku di bulan Desember mengingat kompetisi sempat terhenti Maret lalu. Tapi dengan digesernya jendela transfer menjadi September-Oktober, maka nantinya akan ada transfer window lainnya di pertengahan musim.
Menurut Robert, itu tidak logis, karena normalnya di suatu kompetisi, hanya dua transfer window yang berlaku. Hal itu yang membuat pria 65 tahun tersebut heran dengan apa yang terjadi di sepakbola Indonesia. Masih ada pihak yang bisa mempengaruhi keputusan di tingkat federasi.
“Apakah logis membuka transfer window hingga Oktober, yang mana sebelumnya klub semuanya sepakat transfer window baru dilakukan sebelum putaran kedua yaitu pada Desember. Dalam kata lain, dalam kurun waktu tiga bulan dari sekarang akan ada dua transfer window di sepakbola Indonesia, dan sangat tidak logis,” jelasnya.
“Jika ada beberapa orang di Indonesia mendadak mengambil keputusan membuka transfer window yang mana mayoritas tidak setuju dengan itu saat voting, saya menyerahkan opini pada semua orang, untuk mempertanyakan apa yang sedang terjadi dalam hal pengambilan keputusan di sepakbola Indonesia,” tukasnya.

Jendela transfer sesi dua untuk gelaran Liga 1 2020 sudah resmi dibuka dan disahkan PSSI. Pelatih Persib, Robert Rene Alberts pun angkat bicara mengenai keputusan tersebut dan mengaku kecewa. Bahkan menurut pelatih asal Belanda ini, dibukanya transfer window merupakan bentuk skandal.
Sebelumnya sempat disepakati oleh seluruh kontestan Liga 1 2020 bahwa tak ada bursa transfer sebelum restart kompetisi. Namun belakangan, sejumlah pemain asing dari beberapa klub memilih mundur dari tim karena tidak sepakat dengan proses renegosiasi kontrak. Situasi itu yang akhirnya jadi memicu beberapa klub ingin dibolehkan mendatangkan pemain pengganti.
“Ini tentu menjadi skandal berikutnya. Skandal yang terang-terangan. Semuanya tidak logis, sekali lagi. Dari informasi yang saya dapat, ada tiga klub yang mencoba mengorganisir ‘transfer window Eropa’ dan tiga tim ini adalah tim yang mendapat pemain Brasil yang mana semua sudah tahu tentang mereka,” kata Robert saat diwawancara secara virtual, Rabu (23/9).
Sebelumnya juga wacana pergeseran transfer window ke bulan September-Oktober sudah dibahas di manager meeting Liga 1 2020 yang digelar di Bandung dua hari lalu. Hasilnya lebih banyak tim yang tidak setuju dibukanya transfer window. Tetapi nyatanya voting tersebut tidak berpengaruh apapun.
“Jadi tak ada transparansi, dan tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi. Ketika melakukan voting pada pertemuan di Bandung Senin lalu, ada 8 klub dari 18 tidak setuju (adanya penambahan pemain asing). 7 tim memilih setuju, dan 3 tim netral. Di situasi logis dalam voting, saat suara terbanyak memenangkan voting, maka seharusnya tak ada transfer window (sebelum restart Liga 1 2020),” keluh Robert.
“Itu logis dan masuk akal karena itulah demokrasi dan harus diterima oleh siapapun. Kalau sekarang keputusannya seperti ini, kenapa harus ada voting? kenapa tetap mengirim surat ke FIFA bahwa akan ada transfer window di Indonesia. Itu yang menyisakan banyak pertanyaan soal sepakbola Indonesia,” lanjut dia.
Seharusnya bursa transfer paruh musim baru berlaku di bulan Desember mengingat kompetisi sempat terhenti Maret lalu. Tapi dengan digesernya jendela transfer menjadi September-Oktober, maka nantinya akan ada transfer window lainnya di pertengahan musim.
Menurut Robert, itu tidak logis, karena normalnya di suatu kompetisi, hanya dua transfer window yang berlaku. Hal itu yang membuat pria 65 tahun tersebut heran dengan apa yang terjadi di sepakbola Indonesia. Masih ada pihak yang bisa mempengaruhi keputusan di tingkat federasi.
“Apakah logis membuka transfer window hingga Oktober, yang mana sebelumnya klub semuanya sepakat transfer window baru dilakukan sebelum putaran kedua yaitu pada Desember. Dalam kata lain, dalam kurun waktu tiga bulan dari sekarang akan ada dua transfer window di sepakbola Indonesia, dan sangat tidak logis,” jelasnya.
“Jika ada beberapa orang di Indonesia mendadak mengambil keputusan membuka transfer window yang mana mayoritas tidak setuju dengan itu saat voting, saya menyerahkan opini pada semua orang, untuk mempertanyakan apa yang sedang terjadi dalam hal pengambilan keputusan di sepakbola Indonesia,” tukasnya.

Ulah tarik teuing sib komentarna bisi dicirian
tah kadangu teu….. SKANDAL cenah…..
ha ha….kasus deui wae,komo nempo persib keur di posisi puncak
geus welah persiapkeun tim secara matang,terus berjuang.
ulah heran meneer, inilah sepak bola indonesia araraneh makanya ndak pernah maju. biasakan saja lah meneer dengan keanehan Liga ANEH ini
Anggerrrr PSSI mah… dikendalikan cukong