Tony Tidak Canggung Main di Banyak Posisi
Friday, 21 August 2015 | 08:35
Hilangnya nama Vladimir Vujovic di lini belakang Maung Bandung membuat stok di jantung pertahanan menipis. Selain duet Abdul Rahman dan Achmad Jufriyanto, tidak ada lagi pemain yang mempunyai posisi natural sebagai bek tengah. Tony Sucipto pun dimainkan di posisi tersebut untuk menggantikan Abdul Rahman yang tampil buruk dalam laga kontra PSGC kemarin. Meski begitu pemain yang biasa ditempatkan sebagai bek kiri itu mengaku nyaman bermain di posisi manapun.
“Saya tidak canggung jadi bek tengah, engga ada gol kan di babak kedua? Saya paham kerja posisi itu,” tutur Tony di komplek Arya Graha, Kamis (20/8).
Tony memang dikenal sebagai pemain yang handal bermain di banyak posisi selain sebagai stoper maupun full back, dia juga merupakan gelandang bertahan di Sriwijaya FC bersama Rahmad Darmawan. Namun siapa sangka posisi asli pemain asal Surabaya itu justru merupakan pemain yang ofensif. Di timnas junior dia adalah penyerang kiri dalam posisi 4-3-3 bersama Jajang Mulyana yang saat itu merupakan ujung tombak.
“Striker pernah 2007 pas U-23, pas TC di Belanda persiapan pra-olympiade. Saya cetak sekitar 14-15 gol. Bukan striker utama tapi striker di kiri,” bebernya.
Sebagai pesepakbola, dia sadar bahwa pemain perlu handal bermain di berbagai posisi. Versatilitas-nya pun membuat Tony begitu diandalkan oleh setiap pelatih. Dia pun mengaku siap mengikuti segala instruksi pelatih yang menahkodai tim yang dibelanya. Hanya untuk posisi kiper, dia mempunyai kenangan buruk dan trauma jika harus menjadi orang terakhir di bawah mistar.
“Pelatih yang lebih tahu kebutuhan tim sehingga saya pindah-pindah posisi. Sebagai pemain tak boleh tergantung di satu posisi. Biar selalu dibutuhkan tim,” pungkasnya.


Hilangnya nama Vladimir Vujovic di lini belakang Maung Bandung membuat stok di jantung pertahanan menipis. Selain duet Abdul Rahman dan Achmad Jufriyanto, tidak ada lagi pemain yang mempunyai posisi natural sebagai bek tengah. Tony Sucipto pun dimainkan di posisi tersebut untuk menggantikan Abdul Rahman yang tampil buruk dalam laga kontra PSGC kemarin. Meski begitu pemain yang biasa ditempatkan sebagai bek kiri itu mengaku nyaman bermain di posisi manapun.
“Saya tidak canggung jadi bek tengah, engga ada gol kan di babak kedua? Saya paham kerja posisi itu,” tutur Tony di komplek Arya Graha, Kamis (20/8).
Tony memang dikenal sebagai pemain yang handal bermain di banyak posisi selain sebagai stoper maupun full back, dia juga merupakan gelandang bertahan di Sriwijaya FC bersama Rahmad Darmawan. Namun siapa sangka posisi asli pemain asal Surabaya itu justru merupakan pemain yang ofensif. Di timnas junior dia adalah penyerang kiri dalam posisi 4-3-3 bersama Jajang Mulyana yang saat itu merupakan ujung tombak.
“Striker pernah 2007 pas U-23, pas TC di Belanda persiapan pra-olympiade. Saya cetak sekitar 14-15 gol. Bukan striker utama tapi striker di kiri,” bebernya.
Sebagai pesepakbola, dia sadar bahwa pemain perlu handal bermain di berbagai posisi. Versatilitas-nya pun membuat Tony begitu diandalkan oleh setiap pelatih. Dia pun mengaku siap mengikuti segala instruksi pelatih yang menahkodai tim yang dibelanya. Hanya untuk posisi kiper, dia mempunyai kenangan buruk dan trauma jika harus menjadi orang terakhir di bawah mistar.
“Pelatih yang lebih tahu kebutuhan tim sehingga saya pindah-pindah posisi. Sebagai pemain tak boleh tergantung di satu posisi. Biar selalu dibutuhkan tim,” pungkasnya.
