Tony Serap Cara Melatih Setiap Pelatih
Wednesday, 08 February 2017 | 17:16
Pemain senior Persib Tony Sucipto sudah mulai mempelajari cara pelatih menerapkan menu latihan kepada anak-anak asuhannya. Ia pula mempelajari strategi beberapa pelatih untuk dicatat dalam jurnalnya. Itu semua ia lakukan untuk awal sebagai bekal nanti jika melanjutkan karier sebagai arsitek di lapangan hijau.
Ia menulis menu latihan yang dijalaninya setiap hari. Mencakup bagaimana pelatih menerapkan latihan penguatan power, fisik, teknik, dan strategi. Dari catatan itu sedikitnya bisa menjadi ilmu yang diserapnya, selain bertanya langsung kepada pelatih bersangkutan.
“Kalau belajar bukan hanya nanya, tapi dari dulu sudah belajar karena setiap pelatih beda karakter. Sampai sekarang masih sempet nulis, apa menu latihan yang diberikan pelatih A si B si C si D ada semua,” beber Tony.
Umur sang pemain kini sudah menginjak kepala tiga, meski masih sangat produktif bermain bukan tidak mungkin Tony akan melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Kendati demikian, dikatakan keputusannya untuk pensiun belum terpikirkan, hingga rencana mengambil lisensi kepelatihan tidak diambil dalam waktu dekat.
“Ngambil lisensi pasti tapi enggak dalam waktu dekat mungkin nanti semasih bisa dan ada waktu dan diizinkan klub pastinya larinya ke sana,” kata dia.
Ketika ditanyai pilihannya untuk di kemudian hari melanjutkan berkarier di dunia sepak bola atau pengusaha kuliner. Tony menyatakan besar minat menjalani karier di sepak bola. Pasalnya usaha kuliner yang dimilikinya saat ini tidak terlepas dari jerih payah berprofesi sebagai pesepakbola. Namun, ia mengungkapkan bila dua dunia itu bisa dijalani bersamaan akan ia lakukan.
“Mungkin kalau dua-duanya enggak bisa dilepas pengen dua-duanya. Tapi kalau disuruh pilih salah satu, karena semua yang kudapat dari sepak bola condongnya ke sepak bola. Tapi rezeki ke depan enggak tahu kan, apakah di sepak bola atau di mana,” bebernya.

Pemain senior Persib Tony Sucipto sudah mulai mempelajari cara pelatih menerapkan menu latihan kepada anak-anak asuhannya. Ia pula mempelajari strategi beberapa pelatih untuk dicatat dalam jurnalnya. Itu semua ia lakukan untuk awal sebagai bekal nanti jika melanjutkan karier sebagai arsitek di lapangan hijau.
Ia menulis menu latihan yang dijalaninya setiap hari. Mencakup bagaimana pelatih menerapkan latihan penguatan power, fisik, teknik, dan strategi. Dari catatan itu sedikitnya bisa menjadi ilmu yang diserapnya, selain bertanya langsung kepada pelatih bersangkutan.
“Kalau belajar bukan hanya nanya, tapi dari dulu sudah belajar karena setiap pelatih beda karakter. Sampai sekarang masih sempet nulis, apa menu latihan yang diberikan pelatih A si B si C si D ada semua,” beber Tony.
Umur sang pemain kini sudah menginjak kepala tiga, meski masih sangat produktif bermain bukan tidak mungkin Tony akan melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Kendati demikian, dikatakan keputusannya untuk pensiun belum terpikirkan, hingga rencana mengambil lisensi kepelatihan tidak diambil dalam waktu dekat.
“Ngambil lisensi pasti tapi enggak dalam waktu dekat mungkin nanti semasih bisa dan ada waktu dan diizinkan klub pastinya larinya ke sana,” kata dia.
Ketika ditanyai pilihannya untuk di kemudian hari melanjutkan berkarier di dunia sepak bola atau pengusaha kuliner. Tony menyatakan besar minat menjalani karier di sepak bola. Pasalnya usaha kuliner yang dimilikinya saat ini tidak terlepas dari jerih payah berprofesi sebagai pesepakbola. Namun, ia mengungkapkan bila dua dunia itu bisa dijalani bersamaan akan ia lakukan.
“Mungkin kalau dua-duanya enggak bisa dilepas pengen dua-duanya. Tapi kalau disuruh pilih salah satu, karena semua yang kudapat dari sepak bola condongnya ke sepak bola. Tapi rezeki ke depan enggak tahu kan, apakah di sepak bola atau di mana,” bebernya.

Ini pemain ga bisa crossing. Tidak maksimal kalau jadi Fullback. Beda jauh dengan kualitas Supardi.
mmas hayam kuliner na leutik teuing teu nepi beuteung euy