Tidak Ada Perbaikan dan Miskin Taktik, Jadi Mau Gimana?
Sunday, 19 September 2021 | 19:55
Liga Indonesia musim 2021 sudah bergulir. Persib sebagai tim kebanggaan PT PBB sudah melakoni tiga laga sampai sejauh ini. Dua kali kemenangan dan satu hasil imbang, membawa Persib masuk jajaran empat besar klasmen sementara. Melihat penampilan Persib sampai sejauh ini terkesan biasa saja. Tidak ada yang spesial. Tidak ada perubahan dari final Piala Menpora yang beberapa bulan lalu digelar. Pemain mungkin belum mencapai peak performance, namun yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kemampuan pelatih dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Mungkin tulisan ini tidak akan pernah ada jika Persib bisa memenangkan pertandingan melawan Bali United. Bermain menghadapi 10 orang dan sempat unggul, tim kebanggaan PT PBB berhasil menyelesaikan permainan dengan berbagi skor.
Prihatin. Itulah kata yang saat ini muncul dalam benak saya. Melihat Persib kesulitan menghadapi 10 pemain Bali United, mungkin tagline yang tepat untuk disematkan pada pemberitaan adalah “Persib Berhasil Tahan Imbang 10 Pemain Bali United”.
Sepanjang bermain dengan 10 orang, hanya pada sisa babak pertama semenjak Leonard Tupamahu keluar saja Persib berhasil mengendalikan permainan. Pada babak kedua Bali United tampak lebih superior dari pada 11 pemain Persib yang ada di lapangan. Apalagi semenjak Beckham ditarik keluar karena cedera, Persib cendereung mengikuti ritme permainan Bali United. Melihat ini saya benar-benar khawatir.
Saya mungkin tidak sebaik pelatih dan timnya untuk menganalisa kemampuan pemain dan kemampuan lawan. Namun sebagai penonton, melihat permainan Persib semenjak Piala Menpora sampai dengan sekarang sungguh membosankan. Jika diibaratkan masakan Sunda, komposisi pemain Persib bagaikan makanan Sunda dengan lauk lengkap dari ayam goreng sampai semur jengkol semua ada. Tapi melihat bagaimana mereka bermain bagaikan menyantap makanan Sunda tanpa sambal. Hambar dan tidak ada perlawanan.
Jika seperti ini terus, kita sudah taulah konflik apa yang akan muncul dan bagaimana kompetisi akan berjalan hingga berakhir. Sangat disayangkan dengan komposisi pemain yang ada tidak ada perubahan di lapangan yang dinamis. Perubahan yang dinamis ini dibutuhkan tentunya untuk menghadapi situasi di lapangan yang berbeda-beda. Tapi cara bermain Persib saat menghadapi 11 pemain Bali United dan 10 pemain Bali United tetaplah sama, yaitu kesulitan dan bingung harus berbuat apa.
Jika sebagai penonton dan mengesampingkan loyalitas untuk melihat permainan secara objektif, maka saya lebih suka melihat PSIS bermain dengan mayoritas pemain lokalnya yang bermain dari pada Persib dengan pemain asing dan naturalisasinya. Permainan yang membosankan dan miskin taktik ini membuat banyak bobotoh sebagai konsumen Persib menjadi tidak bergairah untuk menonton pertandingan Persib. Walaupun bobotoh tetap akan mendukung dan menjadi konsumen Persib tapi gairah yang menurun tersebut dapat mempengaruhi penjualan merchandise, rating tv, engagement di instagram dan yang terpenting viewers di youtube.
Ayolah, jangan gini terus. Capek.
Ditulis oleh Fadjar Utomo, seorang bobotoh dengan twitter @Futomo16.

Liga Indonesia musim 2021 sudah bergulir. Persib sebagai tim kebanggaan PT PBB sudah melakoni tiga laga sampai sejauh ini. Dua kali kemenangan dan satu hasil imbang, membawa Persib masuk jajaran empat besar klasmen sementara. Melihat penampilan Persib sampai sejauh ini terkesan biasa saja. Tidak ada yang spesial. Tidak ada perubahan dari final Piala Menpora yang beberapa bulan lalu digelar. Pemain mungkin belum mencapai peak performance, namun yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kemampuan pelatih dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Mungkin tulisan ini tidak akan pernah ada jika Persib bisa memenangkan pertandingan melawan Bali United. Bermain menghadapi 10 orang dan sempat unggul, tim kebanggaan PT PBB berhasil menyelesaikan permainan dengan berbagi skor.
Prihatin. Itulah kata yang saat ini muncul dalam benak saya. Melihat Persib kesulitan menghadapi 10 pemain Bali United, mungkin tagline yang tepat untuk disematkan pada pemberitaan adalah “Persib Berhasil Tahan Imbang 10 Pemain Bali United”.
Sepanjang bermain dengan 10 orang, hanya pada sisa babak pertama semenjak Leonard Tupamahu keluar saja Persib berhasil mengendalikan permainan. Pada babak kedua Bali United tampak lebih superior dari pada 11 pemain Persib yang ada di lapangan. Apalagi semenjak Beckham ditarik keluar karena cedera, Persib cendereung mengikuti ritme permainan Bali United. Melihat ini saya benar-benar khawatir.
Saya mungkin tidak sebaik pelatih dan timnya untuk menganalisa kemampuan pemain dan kemampuan lawan. Namun sebagai penonton, melihat permainan Persib semenjak Piala Menpora sampai dengan sekarang sungguh membosankan. Jika diibaratkan masakan Sunda, komposisi pemain Persib bagaikan makanan Sunda dengan lauk lengkap dari ayam goreng sampai semur jengkol semua ada. Tapi melihat bagaimana mereka bermain bagaikan menyantap makanan Sunda tanpa sambal. Hambar dan tidak ada perlawanan.
Jika seperti ini terus, kita sudah taulah konflik apa yang akan muncul dan bagaimana kompetisi akan berjalan hingga berakhir. Sangat disayangkan dengan komposisi pemain yang ada tidak ada perubahan di lapangan yang dinamis. Perubahan yang dinamis ini dibutuhkan tentunya untuk menghadapi situasi di lapangan yang berbeda-beda. Tapi cara bermain Persib saat menghadapi 11 pemain Bali United dan 10 pemain Bali United tetaplah sama, yaitu kesulitan dan bingung harus berbuat apa.
Jika sebagai penonton dan mengesampingkan loyalitas untuk melihat permainan secara objektif, maka saya lebih suka melihat PSIS bermain dengan mayoritas pemain lokalnya yang bermain dari pada Persib dengan pemain asing dan naturalisasinya. Permainan yang membosankan dan miskin taktik ini membuat banyak bobotoh sebagai konsumen Persib menjadi tidak bergairah untuk menonton pertandingan Persib. Walaupun bobotoh tetap akan mendukung dan menjadi konsumen Persib tapi gairah yang menurun tersebut dapat mempengaruhi penjualan merchandise, rating tv, engagement di instagram dan yang terpenting viewers di youtube.
Ayolah, jangan gini terus. Capek.
Ditulis oleh Fadjar Utomo, seorang bobotoh dengan twitter @Futomo16.

Pamaénna mah aralus ngan bagian tukang pamaenna loba nu jantungeun, atuh pamaén hareup lumpatna kurang cepet, kiper kurang genius, jadi éngké deui mah Febri, Beckham jeung fret sina di hareup tapi latih deui kacepetannana.
Persib minim strategi jeung geus biasa sok teu fokus mun geus menang.kuduna kmh carana pertahankeun kemenangan
Ah loyo siiioib sibbb
…………. Si jufri jual bae sib.
Satuju pisan ku tulisan ieu…tong dianggap bobotoh karbitan pedah kritik cara maen atawa strategi nu dipake…puguh bobotoh sajati mah nu kritik disaat persib melendoy apresiasi disaat persib maena alus…da mun haters mah pastina ge alus goreng dicawad
Cuma bisa kritik doang…
Anu nulis ieu, pernah jadi pelatih atawa pemain teu.
Mun teu pernah tong loba ngomong..
Setuju dengan tulisan ini.. Persib sekarang squad mewah tapi berbanding terbalik dengan permainannya.. aya naon Sib.? Come on Semangaatt Sib.!!!