
Atep, pernah disebut pembelot karena berkostum Persija. Disebut pula si anak hilang yang suatu saat pasti kembali ke ‘rumah’. Permainannya kala itu buat Persib menyesal tak memberikannya kesempatan ke skuad utama hingga ditimang klub lain, terlebih klub tersebut adalah rival bergengsi.
Ia akhirnya kembali ke pangkuan Persib, disambut suka cita penggemar, namun tak serta merta ia langsung berada di puncak kariernya. Atep terbilang inkonsisten sepanjang permainannya bersama Maung Bandung. Mungkin itu sebab kostum Timnas tak menjadi langganannya.
Butuh lebih dari empat musim pasca bergabung Atep menemukan puncak kejayaan. Puncak karier terbaiknya tidak ada lagi selain memberikan gelar untuk Persib musim 2014 dan 2015. Di bawah polesan tangan Jajang Nurjaman mulai musim 2013 pria asal Cianjur belajar bagaimana dirinya harus bersaing di starting eleven.
Ia harus tersisih di persaingan sisi sayap kanan –posisi aslinya– ke posisi sebrang sisi sayap kiri padahal ia sangat bertumpu pada kekuatan kaki kanan. Inverted winger, itu yang mampu Atep jalankan, terbiasa memindahkan bola ke kaki terkuatnya sebelum memberi crossing atau melepaskan shooting.
Dicadangkan
Pada musim pertama bersama Janur, Atep hampir selalu turun dalam seluruh pertandingan Persib. Dari 33 penampilan, 17 pertandingan ia memulai dari menit pertama, sisanya harus terlebih dahulu memanaskan bangku cadangan. Hanya satu gol ia ciptakan di musim itu.

Janur mulai memainkan instingnya, sebagai pelatih ia mencari tahu momen yang tepat kapan Atep mengambil peran menjadi sosok penting. Pemain bernomor punggung itu justru banyak dimainkan di babak kedua di musim 2014. Itu dianggap efektif, Atep bisa memaksimalkan lelahnya bek-bek lawan pasca diobrak-abrik Tantan.
Catatan statistik menunjukkan, dari 28 kali penampilan, Atep kerap masuk sebagai pemain pengganti 20 kali. Perolehan golnya pula meningkat menjadi 6 gol. Salah satu gol tentu Bobotoh akan mengingat sepanjang masa yakni di jam-jam prime time semi final Indonesia Super League (ISL) 2014 kontra Arema Cronus.
Menerima umpan terobosan Makan Konate ia placing bola ke sudut jauh tanpa mampu dihadang Ahmad Kurniawan. Gol yang mengubah keadaan menjadi berbalik unggul dan turut mengantarkan Maung Bandung ke final hingga juara di partai puncak melawan Persipura. Itu lah Atep.
The Lord Atep
Musim selanjutnya (2015) Atep unjuk gigi di ajang AFC Cup. Ketiadaan striker membuatnya liar di lini penyerangan. Atep mencetak 3 gol sebelum terhenti di babak 16 besar. Sebuah catatan di level klub untuk ajang international. Pada musim 2015 itu pula ia mendapatkan julukan ‘The Lord’. Sampai-sampai tagar #LordAtep trending di media sosial twitter.
Ada pun mitos di kalangan awak media, jika Persib ingin menang dalam sebuah pertandingan, wartawan harus mewawancarainya terlebih dahulu sehari sebelum kick-off. Itu berlaku sejak musim juara (2014).
Julukan Lord sebenarnya adalah kiasan dari perjalanan Atep selama membela Persib yang kerap membuat kesal Bobotoh ketika menyia-nyiakan peluang mudah di depan gawang. Tapi tak apa, toh bagaimana pun ia pemain paling loyal, sering membuat penebusan dari momen-momen genting.
Ia bisa menjadi pahlawan ketika bola-bola sulit mampu dimaksimalkan menjadi gol kemenangan di jam-jam prime time. Seolah-olah jadi penghapus dosa kesalahannya di menit-menit sebelumnya. Itu lah karakter Atep yang dikenal Bobotoh. Ia adalah The Lord pemain paling Agung dari pada pemain lainnya, ia lah kapten kita.
Komentar Bobotoh