Targetkan BEP Tahun Depan
Wednesday, 20 July 2011 | 16:44
Persib Bandung merupakan salah satu klub sepakbola peserta Liga Super Indonesia yang mampu menjalani 2 musim kompetisi tanpa dukungan dana APBD Kota Bandung. Diakui Wakil Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Risha Adi Widjaya, hal itu tidak mudah karena sepakbola Indonesia belum total menjadi sebuah industri.
Sponsor yang masuk ke PT PBB serta hasil penjualan tiket pertandingan kandang, nyatanya belum memenuhi seluruh kebutuhan anggaran Persib selama satu musim kompetisi. Namun dari segi manajerial, Persib sudah mampu menjalankan sebuah perusahaan dengan profesional tanpa sokongan dana APBD seperti klub-klub peserta LSI lainnya.
“Harus diakui dalam 2 tahun ini kita memang masih merugi. Tapi itu kerugian terukur. Artinya dari tahun ke tahun ada penurunan tingkat kerugian. Dan kita sudah on the track,” kata Risha yang ditemui wartawan di kantor PT PBB, Jln. Sulanjana No.17 Bandung, Rabu (20/7) siang.
Lebih jauh lagi, Risha memaparkan ketidakmudahan Persib menjalankan sebuah perusahaan. Hal itu karena baru di beberapa daerah dimana sponsor bersedia menjalin kerjasama dengan klub. Sedangkan industri sepakbola harus berkembang secara merata.
PT PBB menargetkan pada tahun ketiga perusahaannya sudah Break Even Point (BEP). Pada tahun pertama Persib bisa memenuhi 50 persen kebutuhan perusahaan. Di tahun kedua, karena belum tutup buku, Risha memperkirakan pemenuhan kebutuhan anggaran itu naik hingga menjadi 60 sampai 70 persen.
“Saya tidak bisa sebutkan nominalnya berapa kerugian yang ditanggung Persib pada tahun pertama dan kedua. Yang jelas kita terus berinovasi untuk menghasilkan pemasukan untuk PT,” lanjut Risha.
Beberapa sponsor utama Persib memang menjalin kerjasama dalam jangka panjang, tetapi di samping itu PT PBB akan terus berusaha untuk meningkatkan pemasukan dari sponsor. Jika belum bisa meraup keuntungan, setidaknya musim depan Persib tidak merugi.

Persib Bandung merupakan salah satu klub sepakbola peserta Liga Super Indonesia yang mampu menjalani 2 musim kompetisi tanpa dukungan dana APBD Kota Bandung. Diakui Wakil Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Risha Adi Widjaya, hal itu tidak mudah karena sepakbola Indonesia belum total menjadi sebuah industri.
Sponsor yang masuk ke PT PBB serta hasil penjualan tiket pertandingan kandang, nyatanya belum memenuhi seluruh kebutuhan anggaran Persib selama satu musim kompetisi. Namun dari segi manajerial, Persib sudah mampu menjalankan sebuah perusahaan dengan profesional tanpa sokongan dana APBD seperti klub-klub peserta LSI lainnya.
“Harus diakui dalam 2 tahun ini kita memang masih merugi. Tapi itu kerugian terukur. Artinya dari tahun ke tahun ada penurunan tingkat kerugian. Dan kita sudah on the track,” kata Risha yang ditemui wartawan di kantor PT PBB, Jln. Sulanjana No.17 Bandung, Rabu (20/7) siang.
Lebih jauh lagi, Risha memaparkan ketidakmudahan Persib menjalankan sebuah perusahaan. Hal itu karena baru di beberapa daerah dimana sponsor bersedia menjalin kerjasama dengan klub. Sedangkan industri sepakbola harus berkembang secara merata.
PT PBB menargetkan pada tahun ketiga perusahaannya sudah Break Even Point (BEP). Pada tahun pertama Persib bisa memenuhi 50 persen kebutuhan perusahaan. Di tahun kedua, karena belum tutup buku, Risha memperkirakan pemenuhan kebutuhan anggaran itu naik hingga menjadi 60 sampai 70 persen.
“Saya tidak bisa sebutkan nominalnya berapa kerugian yang ditanggung Persib pada tahun pertama dan kedua. Yang jelas kita terus berinovasi untuk menghasilkan pemasukan untuk PT,” lanjut Risha.
Beberapa sponsor utama Persib memang menjalin kerjasama dalam jangka panjang, tetapi di samping itu PT PBB akan terus berusaha untuk meningkatkan pemasukan dari sponsor. Jika belum bisa meraup keuntungan, setidaknya musim depan Persib tidak merugi.

.tim yg solidd.
apa bnr persib mau ngambil pelatih RD..tolong lebih jelas