Tak Ada Kepastian, Tak Ada Perpanjangan Kontrak
Tuesday, 22 December 2015 | 11:46
Dari sekian tim di Indonesia yang sudah tak memiliki target dalam turnamen, mungkin hanya Persib salah satu klub yang masih menjalani latihan rutin. Hal itu berkenaan karena pemain masih terikat kontrak jangka pendek sampai akhir Januari 2016 mendatang. Lalu apa jadinya bila kontrak tersebut berakhir? Tentu masih menjadi teka-teki banyak pihak, termasuk pemain.
Bek sayap Persib, Jajang Sukmara masih merasa mengawang apa yang akan terjadi dikemudian hari. Meski Maung Bandung dihadapkan kepada beberapa turnamen seperti Piala Wali Kota Padang (Februari 2016), Piala Gubernur Kalimantan Timur (Februari 2016) dan Piala Mara Halim (Maret 2016), manajemen belum menyatakan sikap, karena memang belum adanya kepastian.
Undangan resmi pun baru diterima manajemen, hanya dari Piala Perisai (Januari 2016), dan Mara Halim. Jasuk sapaan akrab Jajang Sukmara selalu mengharapkan adanya kompetisi penuh agar menjamin semua pemain dan tak membingungkan manajemen perihal kontrak. “Ada juga perasaan bingung, sudah kontrak habis mau gimana, kecuali kalau kompetisi ada sisi terang atau ada turnamen,” tutur Jasuk.
Persoalan PSSI dan Menpora yang tak kunjung diselesaikan membuat insan sepak bola Indonesia geram. Kedatangan FIFA dan AFC November lalu masih belum menemukan titik terang karena terjadi dualisme terkait soal pembuatan tim adhoc (PSSI) atau tim kecil (Pemerintah). Runyam, itulah gambarannya. “Nunggu kabar dari pemerintah dan PSSI juga kaya gimana, intinya soal itu,” ucap Jasuk.
Melihat kondisi tersebut, tidak ada terdengar kabar mengenai adanya perpanjangan kontrak. Menambah panjang beberapa pengharapan yang tak terwujud. “Sejauh ini belum ada kabar (perpanjang kontrak), mungkin manajemen masih nunggu kabar dari PSSI ataupun pemerintah,” tanggapnya.

Dari sekian tim di Indonesia yang sudah tak memiliki target dalam turnamen, mungkin hanya Persib salah satu klub yang masih menjalani latihan rutin. Hal itu berkenaan karena pemain masih terikat kontrak jangka pendek sampai akhir Januari 2016 mendatang. Lalu apa jadinya bila kontrak tersebut berakhir? Tentu masih menjadi teka-teki banyak pihak, termasuk pemain.
Bek sayap Persib, Jajang Sukmara masih merasa mengawang apa yang akan terjadi dikemudian hari. Meski Maung Bandung dihadapkan kepada beberapa turnamen seperti Piala Wali Kota Padang (Februari 2016), Piala Gubernur Kalimantan Timur (Februari 2016) dan Piala Mara Halim (Maret 2016), manajemen belum menyatakan sikap, karena memang belum adanya kepastian.
Undangan resmi pun baru diterima manajemen, hanya dari Piala Perisai (Januari 2016), dan Mara Halim. Jasuk sapaan akrab Jajang Sukmara selalu mengharapkan adanya kompetisi penuh agar menjamin semua pemain dan tak membingungkan manajemen perihal kontrak. “Ada juga perasaan bingung, sudah kontrak habis mau gimana, kecuali kalau kompetisi ada sisi terang atau ada turnamen,” tutur Jasuk.
Persoalan PSSI dan Menpora yang tak kunjung diselesaikan membuat insan sepak bola Indonesia geram. Kedatangan FIFA dan AFC November lalu masih belum menemukan titik terang karena terjadi dualisme terkait soal pembuatan tim adhoc (PSSI) atau tim kecil (Pemerintah). Runyam, itulah gambarannya. “Nunggu kabar dari pemerintah dan PSSI juga kaya gimana, intinya soal itu,” ucap Jasuk.
Melihat kondisi tersebut, tidak ada terdengar kabar mengenai adanya perpanjangan kontrak. Menambah panjang beberapa pengharapan yang tak terwujud. “Sejauh ini belum ada kabar (perpanjang kontrak), mungkin manajemen masih nunggu kabar dari PSSI ataupun pemerintah,” tanggapnya.

Sepak bola indonesia Hancuur
Kata nya demi kebaikan bersama dalih dalih kemenpora tapi sd skr tournament terus yg di usung padahal semua pelu kejelasan dengan kompetisi.
Ampun dah punya pemimpin ego semua hiburan rakyat aja sampai di korbankan.
Brengsek…
Jadina Riweuh ( Tri ge euweh )..trus Paciweuh ( Panci arareuweh )..duchh…kumaha ieuteh rek diantep wae ? Hayu atuh geura hudang,.ngan molor wae ..apa geus lieur lurr…?
Sok, mang imam rek ngomong naon deui…?
Menpora na kudu di rombak tah pa presiden, maenya kudu diantep wae, mana perasaan mu Imam, kau telah menelantarkan ribuan pemain sepakbola mulai kelas Amatir dan propesional.
tah ieu buktina sagala rupage ari dipolitikeun teh…sok aneh ka para pemimpin, kunaon bet teu ngarasakeun kaayaan rakyatna…ari nyarios bade revolusi mental, dimana lebah revolusina???. revolusi mental teh moal ngawujud ari teu dimimitian ti diri pribadi, anu puguh mah rakyat tambah bingung merhatikeunna. kuring sorangan ngarasakeun, aya sepak bola teh hiburan rakyat anu ngahibur ditengah-tengah himpitan ekonomi anu tambah beurat, ayeuna tontonan anu ngahibur teh dileungitkeun….kumaha atuh jadinya. komo deui dampakna ribuan pemain, pelatih, jeung pelaku usaha anu ngandelkeun hirupna tina bola…pasti leuwih stress ti batan kuring. ari kieu carana mah lain nyiptakeun tenaga kerja atuh…anu digawe ge jadi ngalanggur gara2 sepak bola….naon kahoyongna nya pamarentah teh…sok atuh lamun aya masalah teh diomongkeun sing bener lain dianteupkeun, rek nepi ka iraha sepak bola indonesia kawas kieu…cik atuh tong baredegong teuing para pengurus jeung pamarentah teh…tah pentingkeun kapentingan anu leuwih gede nyaeta rakyatna….hadeueuh tulung tuluung…
mengpora waras…???
candak oman biyik ti kamerun, sae tah steker
OMAN CIPARAY oge sae kang..ngarah diduetkeun di payun.
ah boga otak tapi teu di pake si imam mah lieurr nu aya ..asa aing we ..balikeun deui we kedudukana kanu ngarti olahraga terutama sepak bola teu ngarti kahayangna naon atuh sia teh mam euy???nu kudu di revolusi mental mah sia mam uy keheul pisan atuh da..cangcaya ninggali persib ku kot jadi kieu..dajal sia mah lah…
Pa Presiden tlg jgn merem sj melihat sepak bola hacur begini. Sdh bgt bnyk korban akibat keegoan menpora. Apa Bapak Presiden akan brdiam diri sj melihat keadaan ini?