Taji Penyerang Lokal dengan Nama Besar Luntur di Persib
Friday, 12 June 2020 | 11:00
Tradisi pemain bintang berlabuh di Persib sudah berlaku sejak kompetisi tahun 2000-an. Label timnas, mesin gol, ujung tombak yang ditakuti di Liga Indonesia, mereka pernah berada di Persib. Namun taji dari striker-striker ini malah tumpul. Prestasi minim, bahkan belum bisa menyudahi dahaga gelar juara.
Malahan penyerang macam Djibril Coulibaly yang ringkih dengan ‘satu kaki’ mampu beri kontribusi memberikan gelar. Terlepas dari faktor teknis yang tak bagus-bagus amat di lapangan, namun di luar itu Coulibaly membantu tim dari sisi latar belakang non teknis.
Seperti mendatangkan Konate yang malah bersinar, atau membuat Ferdinand Sinaga melakukan pembuktian sebagai penyerang di dalam kotak penalti. (semua dibahas dalam Podcast SIMAMAUNG link youtube)
Bicara Persib juga pasti akan bicara Bobotoh, dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Suporter Persib sejak dulu dikenal fanatik, tuntutan-tuntutan juara selalu didengungkan setiap musimnya. Ini adalah kultur tuntutan kepada siapa pun yang memperkuat Maung Bandung.
Ada pemain yang mengaggapnya sebagai motivasi dan semangat, namun tak jarang berbalik menjadi tekanan besar ketika realita tak sesuai dengan apa yang diserukan. Bisa jadi pemain bintang mengalami mentalitas yang jatuh hingga berdampak kepada permainannya di lapangan.
Nama besar seakan omong kosong berlaka jika dihadapkan pada situasi ini. Maka siapa pun yang datang ke Persib harus siap dengan resiko-resiko hujatan, kritik, karena seperti apa yang dikatakan sang pendahulu “Pujian adalah racun,” Adjat Sudrajat.
Ini adalah nama-nama penyerang lokal dengan nama besar yang tak sanggup berkontribusi besar seperti embel-embel namanya:
Aliyudin (2011/2012)

Penyerang mungil punya kecepatan dan drible yang kerap diwaspadai lawan. Merumput ke Persib musim kompetisi 2011/2012 usai punya kenangan manis di Persija karena punya sebutan trio ABG bersama Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo, lini depan paling berbahaya di Indonesia saat itu.
Ali datang ke Persib bersama rekan setim lainnya di Persija M Ilham. Pemain yang mengenakan nomor punggung 15 ini diplot sebagai penopang penyerang utama yang kala itu Moses Sakyi yang disebut sebagai rekrutan asing gagal Persib.
Pemain kelahiran Bogor itu tak mendapatkan tandem dan suplai seperti ia bersinar di Persija. Aliyudin menjalani 27 pertandingan pada musim itu dengan perolehan 2 gol saja ke gawang PSMS dan Persiba.
Budi Sudarsono (2009/2010)

Budi Gol si Ular Piton, julukannya tersebut melekat karena permainannya yang licin sulit dikawal lawan juga berbahaya saat berada di kotak penalti. Nama besarnya tak diragukan lagi dengan membawa juara Persik Kediri tahun 2006.
Timnas Indonesia berulang kali memanggilnya, hingga Piala Asia 2007 ia berkontribusi mencetak gol ke gawang Bahrain dalam kemenangan untuk Indonesia 2-1. Tergiur dengan langkah pasti Si Piton, Persib merekrutnya musim 2009/2010 pasca ditinggalkan Zaenal Arief.
Bukan memperlihatkan permainan apiknya Budi malah berulah. Ketika dirinya melakukan pemukulan kepada pemain Persitara Jakarta Utara. Wasit Joni Papera yang melihat kejadian tersebut tak ragu mengeluarkan kartu merah langsung dari kantongnya.
Jelas situasi tersebut buat tim marah, walau sempat unggul lebih dulu Persib alami kekalahan di laga tersebut. Adalah dua gol Tantan yang buat Maung Bandung terbenam pulang tanpa poin.
Insiden itu berlanjut manajemen menskors Budi dalam 6 pertandingan (termasuk akumulasi) di Liga Indonesia termasuk Piala Indonesia. Budi akhirnya meminta maaf atas perlakuannya hingga skors kepadanya dicabut dan kembali bermain di dua laga kandang terakhir Persib musim itu. Total dari 23 penampilan Budi Sudarsono mencetak 2 gol yang diciptakan di satu pertandingan melawan Persik Kediri.
Gendut Doni Christiawan (2006/2007)

Gendut Doni Christiawan. Foto e-paper pikiran rakyat
Usai juara Piala Indonesia dengan Arema Malang, Gendut Doni mencari perantauan lain. Klub besar Persib Bandung menjadi langkah karier selanjutnya yang dituju. Pemain asal Salatiga itu datang ke Persib melengkapi deretan nama pemain bintang yang datang seperti Charis Yulianto, Zaenal Arief, dan Salim Alaydrus.
“Saya sangat tertarik bermain di Persib. Soalnya, tim ini amat didukung suporternya. Selama ini, bobotoh antusias sekali terhadap Persib Bandung. Saya akan berusaha bermain sebaik mungkin untuk memberi kontribusi bagi tim Maung Bandung ini,” ucap Gendut Doni seperti dikutip laman Liputan6.
Nama besar Gendut Doni yang pernah menjadi top scorer Piala Tiger 2000 ini tak mampu memenuhi ekpektasi Bobotoh. Persib di musim tersebut bernasib nyaris degradasi menjadi mimpi buruk andai bencana gempa bumi tak melanda Yogyakarta.
Penampilan Gendut Doni tak istimewa seperti ketika ia memperkuat Arema, Persebaya, Persikota atau Persija. Arcan Iurie juga terlihat tidak sreg dengan Gendut Doni hingga ia selalu menjadi pilihan kedua. Total 18 kali penampilan Gendut hanya mencetak 3 gol untuk Maung Bandung.

Tradisi pemain bintang berlabuh di Persib sudah berlaku sejak kompetisi tahun 2000-an. Label timnas, mesin gol, ujung tombak yang ditakuti di Liga Indonesia, mereka pernah berada di Persib. Namun taji dari striker-striker ini malah tumpul. Prestasi minim, bahkan belum bisa menyudahi dahaga gelar juara.
Malahan penyerang macam Djibril Coulibaly yang ringkih dengan ‘satu kaki’ mampu beri kontribusi memberikan gelar. Terlepas dari faktor teknis yang tak bagus-bagus amat di lapangan, namun di luar itu Coulibaly membantu tim dari sisi latar belakang non teknis.
Seperti mendatangkan Konate yang malah bersinar, atau membuat Ferdinand Sinaga melakukan pembuktian sebagai penyerang di dalam kotak penalti. (semua dibahas dalam Podcast SIMAMAUNG link youtube)
Bicara Persib juga pasti akan bicara Bobotoh, dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Suporter Persib sejak dulu dikenal fanatik, tuntutan-tuntutan juara selalu didengungkan setiap musimnya. Ini adalah kultur tuntutan kepada siapa pun yang memperkuat Maung Bandung.
Ada pemain yang mengaggapnya sebagai motivasi dan semangat, namun tak jarang berbalik menjadi tekanan besar ketika realita tak sesuai dengan apa yang diserukan. Bisa jadi pemain bintang mengalami mentalitas yang jatuh hingga berdampak kepada permainannya di lapangan.
Nama besar seakan omong kosong berlaka jika dihadapkan pada situasi ini. Maka siapa pun yang datang ke Persib harus siap dengan resiko-resiko hujatan, kritik, karena seperti apa yang dikatakan sang pendahulu “Pujian adalah racun,” Adjat Sudrajat.
Ini adalah nama-nama penyerang lokal dengan nama besar yang tak sanggup berkontribusi besar seperti embel-embel namanya:
Aliyudin (2011/2012)
Penyerang mungil punya kecepatan dan drible yang kerap diwaspadai lawan. Merumput ke Persib musim kompetisi 2011/2012 usai punya kenangan manis di Persija karena punya sebutan trio ABG bersama Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo, lini depan paling berbahaya di Indonesia saat itu.
Ali datang ke Persib bersama rekan setim lainnya di Persija M Ilham. Pemain yang mengenakan nomor punggung 15 ini diplot sebagai penopang penyerang utama yang kala itu Moses Sakyi yang disebut sebagai rekrutan asing gagal Persib.
Pemain kelahiran Bogor itu tak mendapatkan tandem dan suplai seperti ia bersinar di Persija. Aliyudin menjalani 27 pertandingan pada musim itu dengan perolehan 2 gol saja ke gawang PSMS dan Persiba.
Budi Sudarsono (2009/2010)
Budi Gol si Ular Piton, julukannya tersebut melekat karena permainannya yang licin sulit dikawal lawan juga berbahaya saat berada di kotak penalti. Nama besarnya tak diragukan lagi dengan membawa juara Persik Kediri tahun 2006.
Timnas Indonesia berulang kali memanggilnya, hingga Piala Asia 2007 ia berkontribusi mencetak gol ke gawang Bahrain dalam kemenangan untuk Indonesia 2-1. Tergiur dengan langkah pasti Si Piton, Persib merekrutnya musim 2009/2010 pasca ditinggalkan Zaenal Arief.
Bukan memperlihatkan permainan apiknya Budi malah berulah. Ketika dirinya melakukan pemukulan kepada pemain Persitara Jakarta Utara. Wasit Joni Papera yang melihat kejadian tersebut tak ragu mengeluarkan kartu merah langsung dari kantongnya.
Jelas situasi tersebut buat tim marah, walau sempat unggul lebih dulu Persib alami kekalahan di laga tersebut. Adalah dua gol Tantan yang buat Maung Bandung terbenam pulang tanpa poin.
Insiden itu berlanjut manajemen menskors Budi dalam 6 pertandingan (termasuk akumulasi) di Liga Indonesia termasuk Piala Indonesia. Budi akhirnya meminta maaf atas perlakuannya hingga skors kepadanya dicabut dan kembali bermain di dua laga kandang terakhir Persib musim itu. Total dari 23 penampilan Budi Sudarsono mencetak 2 gol yang diciptakan di satu pertandingan melawan Persik Kediri.
Gendut Doni Christiawan (2006/2007)

Gendut Doni Christiawan. Foto e-paper pikiran rakyat
Usai juara Piala Indonesia dengan Arema Malang, Gendut Doni mencari perantauan lain. Klub besar Persib Bandung menjadi langkah karier selanjutnya yang dituju. Pemain asal Salatiga itu datang ke Persib melengkapi deretan nama pemain bintang yang datang seperti Charis Yulianto, Zaenal Arief, dan Salim Alaydrus.
“Saya sangat tertarik bermain di Persib. Soalnya, tim ini amat didukung suporternya. Selama ini, bobotoh antusias sekali terhadap Persib Bandung. Saya akan berusaha bermain sebaik mungkin untuk memberi kontribusi bagi tim Maung Bandung ini,” ucap Gendut Doni seperti dikutip laman Liputan6.
Nama besar Gendut Doni yang pernah menjadi top scorer Piala Tiger 2000 ini tak mampu memenuhi ekpektasi Bobotoh. Persib di musim tersebut bernasib nyaris degradasi menjadi mimpi buruk andai bencana gempa bumi tak melanda Yogyakarta.
Penampilan Gendut Doni tak istimewa seperti ketika ia memperkuat Arema, Persebaya, Persikota atau Persija. Arcan Iurie juga terlihat tidak sreg dengan Gendut Doni hingga ia selalu menjadi pilihan kedua. Total 18 kali penampilan Gendut hanya mencetak 3 gol untuk Maung Bandung.
