Supardi Tanggapi Kompetisi Liga 1 2020 Tanpa Degradasi
Sunday, 09 August 2020 | 20:27
Hasil pertemuan klub dengan PT Liga Indonesia Baru beberapa hari lalu menelurkan beberapa keputusan terkait regulasi baru di Liga 1 2020. Salah satunya adalah kepastian tidak adanya degradasi untuk kompetisi musim ini. Pandemi covid-19 menjadi dasar kebijakan ini diambil oleh klub dan operator liga.
Kapten tim Persib, Supardi mengatakan dia menyayangkan jika kebijakan itu diambil karena mengurangi keseruan kompetisi. “Sebenarnya kurang pas saja kalau persaingan tanpa degradasi. Seperti tidak adil. daya pemikatnya kurang,” ujarnya ketika diwawancara.
Menurutnya persaingan di kompetisi bukan hanya bagaimana tim berburu gelar juara. Tapi klub juga harus berusaha menghindar dari jeratan degradasi agar tidak turun kasta. Jika performa klub terebut buruk, tentu mereka akan masuk jurang degradasi. Situasi itu yang membuat persaingan menjadi seru.
Supardi juga menilai jika nantinya klub papan bawah tak punya pemicu untuk tampil trengginas terutama di akhir musim. Jadi ketika klub calon juara menghadapi tim yang secara posisi tak menentukan lagi, ketimpangan bisa terjadi. Motivasi memetik kemenangan hanya dimiliki tim yang masih punya kans juara.
“Ketika kita tahu keadaan ini, semua tim mungkin akan bermain aman. Paling tim-tim di papan atas mungkin, kalau sudah berapa pertandingan sudah fokus ke juara. Tetapi kalau tim yang agak susah naik, mereka mungkin pikir ya sudah lah, main aman saja kita,” jelasnya.
“Karena meskipun di bawah, tidak ada yang gerogotin. Tidak ada bedanya. Yang beda mungkin posisi 18 dan 1 sama 2 saja. Yang tengah, tidak ada bedanya. Kalau ada degradasi, semua bersaing. Tengahnya deg-degan,” lanjut Supardi.
Bek kanan senior itu pun berharap kompetisi di musim ini tetap memberlakukan hukuman degradasi untuk tiga tim terbawah. Tapi Supardi juga tidak bisa memaksakan kehendaknya dan menyerahkan semua keputusan kepada PSSI. Karena wewenang berada di tangan federasi sepakbola Indonesia tersebut.
“Mestinya ada degradasi. Tapi ini kebijakan dari pusat dan ini menyangkut masalah force majeure atau corona ini, jadi ga tahu pertimbangannya. Tapi kalau jawaban pribadi sih harusnya ada degradasi, namanya juga kompetisi,” tukasnya.

Hasil pertemuan klub dengan PT Liga Indonesia Baru beberapa hari lalu menelurkan beberapa keputusan terkait regulasi baru di Liga 1 2020. Salah satunya adalah kepastian tidak adanya degradasi untuk kompetisi musim ini. Pandemi covid-19 menjadi dasar kebijakan ini diambil oleh klub dan operator liga.
Kapten tim Persib, Supardi mengatakan dia menyayangkan jika kebijakan itu diambil karena mengurangi keseruan kompetisi. “Sebenarnya kurang pas saja kalau persaingan tanpa degradasi. Seperti tidak adil. daya pemikatnya kurang,” ujarnya ketika diwawancara.
Menurutnya persaingan di kompetisi bukan hanya bagaimana tim berburu gelar juara. Tapi klub juga harus berusaha menghindar dari jeratan degradasi agar tidak turun kasta. Jika performa klub terebut buruk, tentu mereka akan masuk jurang degradasi. Situasi itu yang membuat persaingan menjadi seru.
Supardi juga menilai jika nantinya klub papan bawah tak punya pemicu untuk tampil trengginas terutama di akhir musim. Jadi ketika klub calon juara menghadapi tim yang secara posisi tak menentukan lagi, ketimpangan bisa terjadi. Motivasi memetik kemenangan hanya dimiliki tim yang masih punya kans juara.
“Ketika kita tahu keadaan ini, semua tim mungkin akan bermain aman. Paling tim-tim di papan atas mungkin, kalau sudah berapa pertandingan sudah fokus ke juara. Tetapi kalau tim yang agak susah naik, mereka mungkin pikir ya sudah lah, main aman saja kita,” jelasnya.
“Karena meskipun di bawah, tidak ada yang gerogotin. Tidak ada bedanya. Yang beda mungkin posisi 18 dan 1 sama 2 saja. Yang tengah, tidak ada bedanya. Kalau ada degradasi, semua bersaing. Tengahnya deg-degan,” lanjut Supardi.
Bek kanan senior itu pun berharap kompetisi di musim ini tetap memberlakukan hukuman degradasi untuk tiga tim terbawah. Tapi Supardi juga tidak bisa memaksakan kehendaknya dan menyerahkan semua keputusan kepada PSSI. Karena wewenang berada di tangan federasi sepakbola Indonesia tersebut.
“Mestinya ada degradasi. Tapi ini kebijakan dari pusat dan ini menyangkut masalah force majeure atau corona ini, jadi ga tahu pertimbangannya. Tapi kalau jawaban pribadi sih harusnya ada degradasi, namanya juga kompetisi,” tukasnya.
