Spaso Terkesan dengan Perjuangan Indonesia Raih Kemerdekaan
Monday, 17 August 2015 | 17:03
Striker asing Persib Bandung asal Montenegro, Ilija Spasojevic, ternyata cukup ikut memperhatikan perkembangan kemerdekaan Indonesia yang menginjak umur ke-70 tahun. Selama kurang lebih 5 tahun Spaso di Indonesia, ia mendapati perbedaan mencolok atas kemerdekaan yang diperjuangkan negaranya dan Indonesia.
Menurut Spaso, kemerdekaan di Indonesia diraih dengan cara berbeda dengan negaranya. Indonesia merdeka berkat perjuangan panjang dengan segala tekanan, polemik dan intrik di dalamnya. “Saya pikir kemerdekaan di sini (Indonesia) banyak perbedaan dengan negara saya di sana (Montenegro),” katanya saat diwawancarai, Senin (17/8)
Di negaranya, kemerdekaan diraih melaui referendum, yaitu kemerdekaan yang diraih melalu jejak pendapat, penyerahan suatu masalah kepada orang banyak supaya mereka yang menentukannya. Sedangkan di Indonesia, perjuangan memerdekakan negara diraih dengan penuh perjuangan dan pertumpahan darah. Hal tersebutlah yang menjadikan momen perjuangan negara lebih punya arti.
“Kemerdekaannya di sana (Montenegro) melalui referendum. Kalau di sini (Indonesia) beda, artinya banyak perjuangan untuk semua orang yang akhirnya bisa merdeka setelah kurang lebih 300 tahun berjuang dijajah dahulu oleh koloni. Mereka berjuang untuk merdeka, ada artinya berjuang,” bebernya.
Membandingkan dengan Montenegro, negara tersebut merdeka dengan independen. Perjuangan negara ada yang memaknainya dengan sangat berarti adapun yang tidak. “Kalau di sana (Montenegro) tidak ada artinya bagi orang, jadi akhirnya kita seperti independen, ada yang senang dan ada juga yang tidak senang,” tuturnya.
Saat ditanyai soal keikutsertaan ia dalam perlombaan khas 17-an, justru Spaso mengaku belum pernah mengikuti lomba yang sudah menjadi tradisi Indonesia kala menginjak tanggal 17 Agustus. “Dari 2010 datang pertama kali di Indonesia, di Bali, sampai sekarang (2015) saya belum merasakan ikutan lomba kemerdekaan. Mungkin nanti mau ikutan lomba kaya gitu,” ungkapnya.
Pemain yang berisrtikan orang Bugis ini, bahkan meminta penjelasan soal lomba apa saja yang biasa diperlombakan. Ia cukup tekejut saat mendengar penjelasan lomba panjat pinang. “Mengerikan itu kalau jatuh ke bawah,” ulasnya.


Striker asing Persib Bandung asal Montenegro, Ilija Spasojevic, ternyata cukup ikut memperhatikan perkembangan kemerdekaan Indonesia yang menginjak umur ke-70 tahun. Selama kurang lebih 5 tahun Spaso di Indonesia, ia mendapati perbedaan mencolok atas kemerdekaan yang diperjuangkan negaranya dan Indonesia.
Menurut Spaso, kemerdekaan di Indonesia diraih dengan cara berbeda dengan negaranya. Indonesia merdeka berkat perjuangan panjang dengan segala tekanan, polemik dan intrik di dalamnya. “Saya pikir kemerdekaan di sini (Indonesia) banyak perbedaan dengan negara saya di sana (Montenegro),” katanya saat diwawancarai, Senin (17/8)
Di negaranya, kemerdekaan diraih melaui referendum, yaitu kemerdekaan yang diraih melalu jejak pendapat, penyerahan suatu masalah kepada orang banyak supaya mereka yang menentukannya. Sedangkan di Indonesia, perjuangan memerdekakan negara diraih dengan penuh perjuangan dan pertumpahan darah. Hal tersebutlah yang menjadikan momen perjuangan negara lebih punya arti.
“Kemerdekaannya di sana (Montenegro) melalui referendum. Kalau di sini (Indonesia) beda, artinya banyak perjuangan untuk semua orang yang akhirnya bisa merdeka setelah kurang lebih 300 tahun berjuang dijajah dahulu oleh koloni. Mereka berjuang untuk merdeka, ada artinya berjuang,” bebernya.
Membandingkan dengan Montenegro, negara tersebut merdeka dengan independen. Perjuangan negara ada yang memaknainya dengan sangat berarti adapun yang tidak. “Kalau di sana (Montenegro) tidak ada artinya bagi orang, jadi akhirnya kita seperti independen, ada yang senang dan ada juga yang tidak senang,” tuturnya.
Saat ditanyai soal keikutsertaan ia dalam perlombaan khas 17-an, justru Spaso mengaku belum pernah mengikuti lomba yang sudah menjadi tradisi Indonesia kala menginjak tanggal 17 Agustus. “Dari 2010 datang pertama kali di Indonesia, di Bali, sampai sekarang (2015) saya belum merasakan ikutan lomba kemerdekaan. Mungkin nanti mau ikutan lomba kaya gitu,” ungkapnya.
Pemain yang berisrtikan orang Bugis ini, bahkan meminta penjelasan soal lomba apa saja yang biasa diperlombakan. Ia cukup tekejut saat mendengar penjelasan lomba panjat pinang. “Mengerikan itu kalau jatuh ke bawah,” ulasnya.
