Skuad Persib 95 Merasa Dihargai Dengan Pemutaran Laga Final Ligina I
Saturday, 29 December 2012 | 22:47Acara nonton bareng final Liga Indonesia I antara Persib Bandung melawan Petrokinia telah dilaksanakan di Tennis Indoor Bikasoga, Bandung, Sabtu (29/12). Beberapa pemain di era tersebut mengutarakan rasa terima kasih bangga dan haru, bahwa masih ada orang yang menghargai kiprah Persib saat itu sehingga bisa membawa piala presiden ke tatar pasundan.
“Saya terharu, ternyata mereka (bobotoh) menghargai jasa-jasa orang yang pernah memberikan prestasi untuk Persib. Terimakasih. Mereka masih mau mengenang kita,” ujar Yusuf Bachtiar di sela acara.
Acara bertitel Hiji Oge Maung ini dimulai pukul 2 hingga 8 malam. Panitia penyelenggara mengundang skuad Persib 1994/95 yang menjuarai Liga Indonesia Pertama. Hadir pelatih dan 2 asistennya pada masa itu, yakni Indra Thohir, Jajang Nurjaman dan Emen Suwarman. Sedangkan para pemain yang hadir tidak lengkap. Diantaranya adalah Yusuf Banchtiar, Yudi Guntara, Sutiono Lamso, Asep Somantri, Nandang Kurnaedi, Roy Darwis dan Anwar Sanusi.
Seluruh skuad Persib 95 yang datang diperkenalkan satu per satu di atas panggung. Piala Liga Indonesia I pun dibawa ke atas panggung, diperlihatkan kepada lebih dari seribu penonton yang hadir.
Selain dari jajaran pelatih dan pemain, acara ini pun dihadiri oleh Walikota Bandung, Dada Rosada yang pada kala itu menjabat sebagai bendahara Persib. Hadir pula manajer Persib saat ini, Umuh Muchtar.
Seperti halnya Yusuf, Yudi Guntara pun mengatakan sebagai pelaku sejarah, ia merasa mendapat penghargaan dengan terselenggaranya acara ini.
“Pemutaran pertandingan final ini seperti nostalgia, ajang silaturahmi juga. Cuma sayangnya, ga hadir semua pemain di tim,” ucap pemain yang dulu berkostum nomor 5 ini.
Dari penyelenggaraan acara ini diharapkan bisa menularkan semangat juara untuk tim Persib saat ini.
“Mudah-mudahan bisa membawa motivasi untuk tim musim ini. Bahwa Persib itu pernah punya sesuatu. Mudah-mudahan sesuatu itu jadi modal buat mereka. Karena mereka datang dari klub yang pernah juara di tim lain. Sebetulnya modal sudah ada, tinggal gimana mereka kembangkan di Persib,” tutur Yusuf.
Kendati tidak ada satupun pemain Persib yang datang, Yudi tidak terlalu mempersoalkan hal itu. Beberapa personil tim yang juara pada musim 1994/95, kini duduk di jajaran tim pelatih yang bisa menyampaikan spirit ini kepada tim Persib.
“Saya kira jangan terlalu dipersoalkan (ketidakhadiran pemain Persib). Di sini sudah diwakilkan tim pelatih, ada penasehat teknik Pak Indra, pelatih Pak Jajang, ada juga asisten pelatih Asep dan Suti. Saya kira sudah terwakili dan mereka bisa menyalurkan itu ke pemain,” tambah Yudi.
Suasana acara puncak, yakni nonton bareng final Ligina I, semakin terasa dekat karena didampingi Indra Thohir yang menjadi komentator. Thohir didampingi Zen RS dari mengbal.com yang memberikan ulasan terkait strategi, taktik dan statistik. Pada laga final ini, gol Sutiono Lamso pada menit ke 76 menjadi penentu kemenangan.

Acara nonton bareng final Liga Indonesia I antara Persib Bandung melawan Petrokinia telah dilaksanakan di Tennis Indoor Bikasoga, Bandung, Sabtu (29/12). Beberapa pemain di era tersebut mengutarakan rasa terima kasih bangga dan haru, bahwa masih ada orang yang menghargai kiprah Persib saat itu sehingga bisa membawa piala presiden ke tatar pasundan.
“Saya terharu, ternyata mereka (bobotoh) menghargai jasa-jasa orang yang pernah memberikan prestasi untuk Persib. Terimakasih. Mereka masih mau mengenang kita,” ujar Yusuf Bachtiar di sela acara.
Acara bertitel Hiji Oge Maung ini dimulai pukul 2 hingga 8 malam. Panitia penyelenggara mengundang skuad Persib 1994/95 yang menjuarai Liga Indonesia Pertama. Hadir pelatih dan 2 asistennya pada masa itu, yakni Indra Thohir, Jajang Nurjaman dan Emen Suwarman. Sedangkan para pemain yang hadir tidak lengkap. Diantaranya adalah Yusuf Banchtiar, Yudi Guntara, Sutiono Lamso, Asep Somantri, Nandang Kurnaedi, Roy Darwis dan Anwar Sanusi.
Seluruh skuad Persib 95 yang datang diperkenalkan satu per satu di atas panggung. Piala Liga Indonesia I pun dibawa ke atas panggung, diperlihatkan kepada lebih dari seribu penonton yang hadir.
Selain dari jajaran pelatih dan pemain, acara ini pun dihadiri oleh Walikota Bandung, Dada Rosada yang pada kala itu menjabat sebagai bendahara Persib. Hadir pula manajer Persib saat ini, Umuh Muchtar.
Seperti halnya Yusuf, Yudi Guntara pun mengatakan sebagai pelaku sejarah, ia merasa mendapat penghargaan dengan terselenggaranya acara ini.
“Pemutaran pertandingan final ini seperti nostalgia, ajang silaturahmi juga. Cuma sayangnya, ga hadir semua pemain di tim,” ucap pemain yang dulu berkostum nomor 5 ini.
Dari penyelenggaraan acara ini diharapkan bisa menularkan semangat juara untuk tim Persib saat ini.
“Mudah-mudahan bisa membawa motivasi untuk tim musim ini. Bahwa Persib itu pernah punya sesuatu. Mudah-mudahan sesuatu itu jadi modal buat mereka. Karena mereka datang dari klub yang pernah juara di tim lain. Sebetulnya modal sudah ada, tinggal gimana mereka kembangkan di Persib,” tutur Yusuf.
Kendati tidak ada satupun pemain Persib yang datang, Yudi tidak terlalu mempersoalkan hal itu. Beberapa personil tim yang juara pada musim 1994/95, kini duduk di jajaran tim pelatih yang bisa menyampaikan spirit ini kepada tim Persib.
“Saya kira jangan terlalu dipersoalkan (ketidakhadiran pemain Persib). Di sini sudah diwakilkan tim pelatih, ada penasehat teknik Pak Indra, pelatih Pak Jajang, ada juga asisten pelatih Asep dan Suti. Saya kira sudah terwakili dan mereka bisa menyalurkan itu ke pemain,” tambah Yudi.
Suasana acara puncak, yakni nonton bareng final Ligina I, semakin terasa dekat karena didampingi Indra Thohir yang menjadi komentator. Thohir didampingi Zen RS dari mengbal.com yang memberikan ulasan terkait strategi, taktik dan statistik. Pada laga final ini, gol Sutiono Lamso pada menit ke 76 menjadi penentu kemenangan.

Iraha atuh ????
pokona wink mbung hayang nyaho, taun anyeuna kudu juara
uing sono euy persib juara jeung kompak ciga bareto….pemain persib siga adi jeung lanceuk silih ingetan jadi main kompak tur jawara
prung ah cing kitu