Arena Bobotoh
Setelah Dihajar PSM, Apa yang Harus Dilakukan Luis Milla?
Published
1 year agoon
Sebuah revelasi terhampar tatkala Persib Bandung dilumat habis oleh PSM Makassar dengan margin 4 gol. Komposisi pemain yang digaji sedemikian tinggi dan berlabel bintang dibuat tidak berdaya ketika harus bertandang ke Stadion Gelora B.J Habibie pada Senin, 29 Agustus, 2022. Rentetan hasil buruk yang membuat Robert Alberts dipecat berpotensi kembali menyeruak ke permukaan karena inkonsistensi Persib di bawah asuhan caretaker Budiman Yunus yang mencatatkan 2 kemenangan melawan PSIS Semarang (2-1) dan PSS (0-1), serta 2 kekalahan saat menghadapi juara bertahan Bali United (2-3) dan PSM (5-1).
Beruntung, dewi fortuna sedang memihak arsitek baru Febri Hariyadi dkk, Luis Milla Aspas, yang tiba-tiba mengalami demam sebelum pertandingan berlangsung. Sangat memalukan apabila debut pelatih asal Spanyol tersebut harus berakhir dengan kekalahan telak dari Yakob Sayuri dkk. Sang entrenador kelahiran Teruel, Spanyol ini baru akan menjalani debut saat Persib menghadapi RANS Nusantara pada Minggu, 4 September, 2022.
Bernardo Tavares, pelatih PSM Makassar asal Portugal, memang berbeda dengan mayoritas pelatih asing yang ada di Indonesia. Eks analisator pertandingan dari Real Madrid tersebut tidak hanya menitikberatkan dan mengandalkan sumbangsih dari pemain asing ataupun naturalisasi seperti yang dilakukan Robert Alberts, eks pelatih Persib sebelumnya, ataupun oleh banyak pelatih-pelatih asing lainnya. Pelatih kelahiran Proenca-a-Nova ini adalah seorang pelatih yang sanggup memberikan pemahaman-pemahaman tertentu kepada para pemainnya, tidak hanya sekadar bertumpu pada pemain asing, lalu setelah itu melepas tangan. Ia bahkan sukses memandu dan memberikan instruksi-instruksi jitu kepada para pemain asli Makassar ataupun pemain muda binaan klub seperti Agung Mannan (bek tengah), Muhammad Arfan (gelandang bertahan), Ananda Raehan (gelandang bertahan), dan Dzakry Asaf (pemain sayap) yang tampil penuh semangat saat hendak mengimplementasikan sepak bola dengan intense pressing yang dikehendaki oleh Tavares.
Sederet pemain muda PSM lainnya juga tampil gigih dan menjadi “hulubalang-hulubalang” yang luar biasa bagi seorang Wiljan Pluim, maestro asal Negeri Kincir Angin yang juga sekaligus menjabat sebagai kapten di tim berjuluk Juku Eja tersebut. Mereka berlari, menekan, membuka ruang, dan dengan cekatan mengkreasikan banyak peluang dari berbagai zona, termasuk skema tendangan jarak jauh yang dilakukan oleh Yakob Sayuri dan berbuah 2 gol. Pemain sayap asal Kabupaten Yapen, Provinsi Papua tersebut, sukses mengeksploitasi kelengahan Persib di sektor bek sayap kanan yang ditempati oleh Bayu Fiqri. Kedua gol yang ia catatkan lahir di menit-menit awal pertandingan, yaitu di menit ke-2 babak pertama dan di menit ke-6 babak kedua.
Kendati tidak bisa tampil dengan Everton Nascimento, striker asal Brazil yang performanya sedang diapresiasi oleh banyak netizen sepak bola di Indonesia saat ini bersama Matheus Pato dari Borneo FC, tim yang sudah berdiri sejak tahun 1915 ini tidak gentar dengan nama besar yang mengisi skuad klub berjuluk Pangeran Biru tersebut. Ramadhan Sananta, yang masih berusia 19 tahun, sukses menorehkan 2 gol meski lini belakang Persib dihuni oleh pemain berlabel timnas seperti Rachmat Irianto dan kapten kawakan, Achmad Jufriyanto. Striker muda yang juga sempat memperkuat Persikabo 1973 ini, rasa-rasanya, adalah harapan baru bagi persepakbolaan Indonesia yang sering dikritisi karena kurang bisa melahirkan striker-striker dengan kualitas mumpuni.
Pemain-pemain tengah PSM juga relatif mampu menutup pergerakan Marc Klok dan Ricky Kambuaya, yang notabene juga berlabel timnas, meski sebenarnya ruang engine room dari tim berjuluk Ayam Jantan dari Timur tersebut dihuni oleh pemain-pemain muda seperti Ananda Raehan yang masih berusia 18 tahun, dan Muhammad Arfan yang berusia 24 tahun. Stigma tersebut layak disematkan apabila melihat data statistik yang ada, karena dari 446 operan yang dilakukan Persib, hanya 372 yang terkonversi dengan baik (83%). Jumlah dan akurasi operan tersebut memang lebih banyak ketimbang PSM, yang mencatatkan 231 operan sukses dari 310 kali percobaan (74%). Namun, membaca statistik tanpa konteks adalah dusta, karena itulah kita bisa menyimpulkan bahwa jumlah operan yang lebih banyak tadi tidak berarti karena terdiri dari banyak operan-operan ke belakang, apalagi skor akhirnya adalah 5-1.
Sepak bola memang bisa didekati dengan berbagai pendekatan, skema menyerang memang banyak diimajinasikan sebagai bentuk sepak bola paling ideal, pun layak diterapkan apabila memang komposisi pemain yang ada mendukung secara taktikal. Namun, bermain bertahan dan secara rutin mengandalkan serangan balik yang dibumbui dengan sejumput pemahaman taktik atau instruksi pressing secara konstan, juga bukanlah hal yang tabu.
Ironisnya, Persib tidak sedang memainkan keduanya, benar-benar tidak sedang memainkan keduanya. Lini belakang memainkan garis pertahanan yang rendah, 2 bek sayap hidup segan mati tak mau, pun kedua winger yang sukses dikebiri dan tidak diberikan banyak ruang untuk merangsek ke pertahanan lawan, yang memang secara padat diproteksi oleh 3 bek tengah dan 3 gelandang bertahan. David da Silva, yang sejauh ini sudah membukukan 6 gol, juga tidak berkutik di hadapan Yuran Fernandes dan kolega.
Terbukti, jumlah 6 umpan silang yang ditorehkan oleh pemain-pemain sayap Persib tidak ada satupun yang presisi. Winger seperti Febri Haryadi ataupun Ciro Alves, yang ditopang oleh Kambuaya dan Klok di lini tengah, juga hanya mampu mencatatkan 4 peluang atau chances created, jumlah yang sangat menyedihkan apabila melihat PSM yang sanggup mencatatkan 13 peluang meskipun tampil dengan tiga gelandang bertahan dan satu playmaker klasik seperti Wiljan Pluim. Sebuah arketipe yang sudah jarang kita jumpai sejak Juan Roman Riquelme memutuskan untuk gantung sepatu di tahun 2015 bersama kesebelasan berjuluk El Bicho dari negeri Tango, Argentinos Juniors.
Jangan lupakan juga kiper berusia 40 tahun bernama I Made Wirawan. Penampilan kiper asal Kabupaten Gianyar, Bali ini layak diapresiasi oleh pendukung tim tuan rumah, karena berkat andil besarnyalah PSM bisa mencetak 5 gol. Semua gol dari finalis AFC Cup zona ASEAN di tahun 2022 tersebut menghujam deras ke gawang Made Wirawan dengan proses yang hampir sama: bola melesat tidak jauh dari upaya tangakapan atau tepisan dari kiper bernomor punggung 78 tersebut, yang apabila kita simpulkan, refleks menjadi persoalan bagi eks penjaga gawang yang sempat memperkuat tim Beruang Madu, Persiba Balikpapan tersebut.
Apa yang Harus Dilakukan Luis Milla untuk Pertandingan-pertandingan Selanjutnya?
Pertama-tama, izinkan penulis menegaskan bahwa posisi terbaik dari Rachmat Irianto adalah gelandang bertahan. Kita tidak perlu memiliki lisensi kepelatihan UEFA Pro ataupun AFC Pro untuk memahami bahwa digesernya posisi Irianto dari bek tengah ke gelandang bertahan oleh Shin Tae-Yong adalah satu indikasi yang harus dimengerti. Artinya, Irianto dianggap tidak lebih baik dari Fachruddin Aryanto, Alfeandra Dewangga, ataupun Rizky Ridho oleh pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Sebaliknya, jika kita bisa secara jeli menilik perspektif yang ada dari sisi yang lain, Rachmat Irianto yang notabene menjadi langganan di lini tengah tim nasional Indonesia, secara de facto, telah menyingkirkan nama-nama dengan reputasi mentereng seperti Zulfiandi, Bayu Pradana, Hanif Sjahbandi, ataupun Hargianto. Keempat nama yang penulis sebut tadi adalah langganan called-up skuad Garuda sebelum Shin Tae-Yong ditunjuk sebagai pelatih timnas.
Kita juga tidak perlu berbusa-busa berbicara mengenai taktik ataupun strategi jika logika sederhana ini sudah terpahami dengan baik. Apalagi, pelatih Persib saat ini, Luis Milla, pernah memberikan pujian kepada Rachmat Irianto saat pemain bernomor punggung 53 tersebut bermain di tim nasional U-23 sebagai bek tengah. Kala itu, Irianto yang sedang menjalani salah satu sesi pemusatan latihan bersama timnas di tahun 2018, dianggap memiliki visi bermain yang bagus. Meskipun pujian Milla dilontarkan ketika pemain kelahiran Surabaya ini masih bermain sebagai bek tengah, eks pelatih Lugo dan Real Zaragoza di negeri Matador tersebut telah menyadari bahwa yang bersangkutan memang memiliki pemahaman sepak bola yang baik. Dengan memahami bahwa ia sudah memiliki pemain pintar yang sukses menyingkirkan nama-nama besar di lini tengah timnas Indonesia saat ini, seharusnya Irianto bisa semakin berkembang di bawah arahan Milla, apalagi keduanya memang sempat bersama-sama.
Secara atribusi, Irianto memang boleh dikatakan satu level diatas Zulfiandi, pemain kelahiran Aceh yang sangat diandalkan oleh Luis Milla. Jika Zulfiandi adalah seorang metronom lini tengah yang terampil dalam melakukan operan-operan progresif dan operan satu atau dua sentuhan, putra Bejo Sugiantoro yang diikat Persib selama 3 musim ini adalah seorang gelandang bertahan yang tidak hanya memiliki operan-operan progresif, melainkan juga memiliki militansi dan piawai dalam melakukan intersep, tekel, maupun “pekerjaan-pekerjaan kotor” yang bisa sering kita saksikan ketika ia memperkuat timnas, terutama saat Piala AFF 2020 yang secara unik dihelat di tahun 2021 karena pandemi.
Sebelum Indonesia harus mengakui keunggulan dan perbedaan kelas dari Thailand di Final Piala AFF 2020, Rachmat Irianto menunjukkan statistik yang sangat baik. Dilansir dari Opta, ia sukses mencatatkan 90% tekel sukses, 3 kali memblok tembakan lawan, 6 kali melakukan sapuan, 5 kali melakukan intersep, dan 5 umpan kunci (salah satu yang paling vital adalah saat gol penyama kedudukan Indonesia saat menghadapi Malaysia). Sedangkan untuk akurasi kemenangan dalam perebutan duel bola di udara adalah sebesar 54,5 persen. Statistik yang cukup baik bagi pemain yang baru sekali memainkan peran sebagai gelandang bertahan di Persib musim ini, yaitu ketika menghadapi PSIS Semarang, itupun hanya di babak pertama. Di babak kedua, ia tampil di posisi bek sayap kanan, yang mana Dedi Kunandar tampil sebagai gelandang bertahan sejak masuk ke lapangan di menit ke-46.
Kenyataan bahwa Persib baru sekali memainkan Rachmat Irianto sebagai gelandang bertahan memang layak dijadikan pertanyaan besar. Dengan kapabilitas yang dimiliki Irianto, sebenarnya Luis Milla hanya tinggal memberikan instruksi-instruksi khusus kepada 2 pemain yang di atas kertas berada di sekitar Rachmat Irianto dalam formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3, yaitu Marc Klok dan Ricky Kambuaya. Keduanya adalah pemain kelas satu di Indonesia meski bukan pemain bertipe nomor sepuluh murni. Sekadar pembanding, ketidakhadiran pemain dengan tipikal “nomor 10 murni” juga dialami oleh kesebelasan Liverpool arahan Jürgen Klopp, toh situasi tersebut tidak berpengaruh banyak, karena gegenpressing milik manajer kelahiran Stuttgart ini memang tidak memerlukan pemain dengan jenis gaya bermain tersebut untuk merengkuh banyak trofi dan kemenangan.
Berdasarkan contoh di atas, suatu kesebelasan terbukti bisa menampilkan performa terbaik di lapangan, meski bermain tanpa pemain dengan tipe nomor 10 murni. Bahkan memang sudah jarang ditemukan pemain dengan tipikal tersebut di berbagai liga di Asia, Amerika Latin ataupun Eropa. Kebutuhan untuk mendulang sebanyak-banyaknya poin di era sepak bola modern, akan terasa mubazir jika bermain hanya untuk mengakomodir 1 pemain di lapangan, begitulah premis yang ada.
Satu hal yang menarik, apapun skema dan formasi yang diusung, bermain dengan pola 3 bek tengah atau menggunakan sistem backfour, 17 kesebelasan-kesebalasan di Liga 1 musim 2022/23 memiliki satu kesamaan yang dianut secara gotong-royong: Satu gelandang asing yang ditugaskan sebagai orkestrator serangan. Ketujuh-belas tim di strata tertinggi kompetisi Indonesia ini memiliki setidaknya satu pemain asing untuk menentukan permainan dan memandu tim dalam melakukan transisi ke penyerangan ataupun sebaliknya.
Hanya Persib yang tidak berinvestasi pada perekrutan gelandang asing, karena di detik-detik akhir menjelang ditutupnya bursa perpindahan pemain, kesebelasan yang terakhir kali menjuarai Liga Indonesia di tahun 2014 ini memutuskan untuk mendatangkan Daisuke Sato. Ia adalah seorang bek kiri yang masih aktif bermain tim nasional Filipina, meskipun jika merujuk dari data di situs Transfermarkt, eks pemain Muangthong United ini memiliki riwayat cedera parah dan harus menjalani waktu pemulihan selama 223 hari.
Kembali ke persoalan lini tengah, seharusnya bukan persoalan yang sulit untuk melakukan reaksi taktikal terhadap satu hal template terhadap 17 kompetitor lain di Liga 1. Rachmat Irianto sangat kapabel jika hendak ditugaskan oleh Luis Milla untuk menghentikan satu gelandang asing di tim lawan, yang kemungkinan besar, akan ditemui di setiap laga. Setelah itu inisiasi serangan bisa ia bangun lewat operan-operan progresif ataupun dengan cara menggiring bola sesaat setelah melakukan recovery runs yang disertai dengan aksi-aksi defensif lainnya seperti melakukan tekel ataupun intersep.
Sangat relevan pula jika Kambuaya menjadi pemain pilihan yang hendak diberikan operan-operan progresif oleh Irianto, karena keduanya sudah sering bermain bersama, baik di Persebaya maupun di timnas. Dengan kualitas pemain seperti ini, Luis Milla bisa menambahkan instruksi lainnya: seperti menugaskan Marc Klok untuk menekan dan melakukan penjagaan “satu lawan satu” kepada pemain di belakang gelandang asing, yang umumnya adalah seorang pemain lokal dengan kreativitas dan kualitas operan cukup mumpuni di kesebelasan yang ia bela. Contoh pemain dari kasus ini adalah Syahrian Abimanyu (Persija), Evan Dimas (Arema), Roni Sugeng (Persikabo), Alwi Slamet (Persebaya), atau bahkan pemain-pemain asing bertipikal “nomor 8” lainnya seperti Kei Hirose (Borneo FC) dan Brwa Nouri (Bali United).
Pendekatan taktik seperti ini pernah dilakukan Zinedine Zidane di final Liga Champions 2016/17. Ketika itu, saat pertandingan memasuki babak kedua, Casemiro diberikan instruksi untuk lebih agresif dan menekan Miralem Pjanic di lini tengah Juventus. Eks pemain AS Roma tersebut menjadi distributor bola yang bahkan sering mendapatkan bola sejak dari sepertiga akhir lini pertahanan Juventus.
Persoalan terakhir yang harus diperhatikan di lini tengah adalah kedalaman skuad. Bisa dibayangkan ketika 3 pemain timnas berhalangan tampil atau mendapatkan panggilan dari Shin Tae-Yong, krisis sudah pasti menghampiri karena Robi Darwis dan Beckham Putra, masih berusia muda. Salah satu solusi paling masuk akal adalah mencoret Daisuke Sato dan menggantikannya dengan bek kiri lokal yang memiliki kualitas sepadan atau lebih baik di putaran kedua liga. Slot pemain asing Asia bisa digunakan untuk posisi gelandang serang, ataupun pemain versatile yang bisa bermain di berbagai posisi ofensif.
Di sisi sayap, sudah saatnya untuk Luis Milla mengembalikan Febri Hariyadi ke sisi kiri, meskipun permutasi posisi dari kiri ke kanan ataupun sebaliknya adalah hal yang lazim dilakukan di tengah-tengah pertandingan. Kecenderungan pemain sayap kidal dengan trademark menggiring bola dan berlari seperti Febri, jika ditempatkan di posisi sayap kanan, sudah pasti memiliki kecendurungan untuk melakukan tekukan-tekukan yang tidak penting. Apalagi kita semua pasti sepakat, bahwa Febri Hariyadi bukanlah inverted winger sekelas Arjen Robben, bukankah begitu?
Suplai bola ke striker bisa secara konsisten dilakukan Febri dari sisi kiri, seperti apa yang pernah ia tunjukkan bersama timnas di bawah asuhan Luis Milla, baik itu melalui umpan silang ataupun umpan balik kepada pemain di lini tengah. Ciro Alves, yang sejatinya memang berposisi sebagai winger kanan sejak masih memperkuat tim nasional Brasil U-20, juga akan lebih banyak mendapatkan ruang untuk melakukan umpan silang dan peluang konkret untuk menembak bola langsung ke arah gawang. Ini terdengar sangat logis karena Ciro adalah pemain yang dominan menggunakan kaki kanan, meskipun sekali lagi, permutasi posisi secara fluid memang perlu dilakukan di tengah-tengah pertandingan.
Selain menyoroti hal-hal tadi, penulis rasa masalah lainnya adalah persoalan elementer yang akan terselesaikan ketika pemain andalan di posisi bersangkutan sudah pulih dari cedera. Seperti misalnya Henhen Herdiana di posisi bek kanan, Victor Igbonefo di posisi bek tengah, ataupun Teja Paku Alam di posisi penjaga gawang. Bahkan masih ada pula beberapa nama yang belum pernah dicoba sampai berjalannya pekan ke-7 liga 1, seperti Eriyanto di posisi bek kanan ataupun Reky Rahayu di posisi kiper.
Sebagai konklusi, sangat penting untuk memberikan Rachmat Irianto ruang untuk mengorkestrasi zona defensif Persib di musim ini, yang secara tragis, sudah kebobolan 18 gol dari 7 pertandingan. Terlepas ada pula hal-hal fundamental lainnya seperti komposisi pemain yang bukan dipilih langsung oleh pelatih baru, sampai usia dua bek tengah senior di Persib yang sudah uzur, Ahmad Jufriyanto berusia 35 tahun, dan Victor Igbonefo telah berusia 37 tahun.
Jadi, tidak mengherankan jika di musim depan, atau bahkan di putaran kedua Liga 1 2022/23, Persib Bandung melakukan perombakan dan penyegaran pemain. Apalagi Luis Milla memang mengenal banyak nama-nama pemain berkualitas yang pernah diasuh olehnya, yang juga secara kebetulan, memang jarang mendapatkan panggilan dari timnas di bawah asuhan Shin Tae-Yong saat ini. Sederet nama-nama yang dimaksud adalah Ricky Fajrin, Bagas Adi, Zulfiandi, Hanif Sjahbandi, Bayu Pradana, Hansamu Yama, sampai Septian David Maulana. Sebuah benefit besar jika Persib bisa mendapatkan pemain yang tidak dipanggil oleh timnas, karena saat pemain timnas mendapatkan panggilan tim nasional, pemain-pemain ini siap untuk menggantikan dengan kualitas yang tidak berbeda jauh.
Penulis bernama Hafidz Adi Nugraha yang kecintaannya terhadap Persib diwarisi oleh mendiang kakek
Berita Pilihan
-
Persib Intip Peluang Tutup Putaran Pertama di 4 Besar
-
Perasaan Ciro Cetak Gol Penentu Usai Alami Cedera
-
Ciro Alves Akui Bhayangkara Bikin Persib Kesulitan
-
Kalah, Pelatih Bhayangkara Akui Materi Pemain Persib Lebih Unggul
-
Alasan Pelatih Persib Banyak Tarik Keluar Gelandang
-
Respon Bojan Hodak Atas Kemenangan Dramatis Persib
3 Comments
Leave a Reply
Cancel reply
Leave a Reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Saat membaca ini, bobotoh di lini masa X pasti sedang banyak melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend dengan menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden, Ganjar Pranowo. Dan pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).
Jika kita bicarakan sedikit sejarah, sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepakbola indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas bobotoh Jokowi pada tahun 2019 dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.
Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi poliitk bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama-sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.
Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter, angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja. Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak-pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye, atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral, tapi apakah harus biasa dan mengerti? Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.
TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu, diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri, apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?
Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepakbola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?
Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns, dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”, every man for themselves, wahai bobotoh!
Ditulis oleh Kiki Esa Perdana. Penulis adalah bobotoh biasa saja yang kebetulan suka politik.
Pertandingan sudah memasuki pekan ke-8, Persib Bandung mencatatkan 1 kemenangan, 5 imbang, dan 2 kali kalah. Faktanya Persib berada di jurang degradasi, jurang degradasi! Melihat fakta seperti ini jelas sangat menyedihkan bagi Bobotoh Persib. Sampai pekan terakhir liga sehingga Persib degradasi? Siapa yang akan bertanggung jawab bila seperti ini? Tak terbayangkan bila Persib harus berjuang di liga 2, sungguh tak terbayangkan. Mau sampai kapan?
Keruwetan klub Persib sudah terlihat dari banyaknya persoalan yang sedang dihadapi, dari mulai persiapan yang tidak optimal, rombongan pelatih yang keluar secara mendadak pada pekan ke-3, pemain asing yang cedera pada debutnya, hubungan dengan suporter yang merenggang, hukuman untuk beberapa pemain yang terprovokasi sehingga mendapatkan sanksi dari komdis, serta stadion yang terlihat tidak full. Mau sampai kapan?
Akar masalah dari persoalan ini tampak jelas. Segera lakukan pendekatan dari semua elemen dari mulai manajemen, pelatih, pemain, serta suporter sehingga bisa mengembalikan Persib kembali kepada jalurnya. Perbaikan hubungan dengan Bobotoh menjadi hal yang krusial mengingat Persib sedang membutuhkan dukungan yang nyata dari suporternya. Sebesar apapun sebuah klub, bila tanpa dukungan yang nyata akan sangat berpengaruh terhadap performa pemain di atas lapangan. Pemain di locker room pun sepertinya selain faktor teknis ganti pelatih ganti strategi, tahu betul bahwa faktor persoalan dari luar lapangan mempengaruhi mental para pemain. Mau sampai kapan?
Saya meyakini bahwa semua elemen menginginkan yang terbaik untuk Persib. Persoalan yang berlarut akan sangat merugikan untuk klub Persib. Sebelum semuanya terlambat alangkah baiknya lakukan pendekatan dengan duduk bersama, saling menghargai pendapat, lupakan ego sejenak. Karakter budaya urang Sunda mah sangat besar dan mudah memaafkan. Saya hanya ingin Persib kembali ke jalur juara, sungguh ini sangat menyedihkan. Mau sampai kapan?
Penulis Tyas Agung Pratama (@tyspra), sehari-hari mencerdaskan anak bangsa. Bobotoh yang ingin kembali Persib juara.
Arena Bobotoh
Melupakan Persib Bandung Saat Ini Sebagai Warisan Budaya
Published
2 months agoon
24/07/2023Pada Podcast Simamaung Episode 24 (ditayangkan 6 September 2020) terdapat pernyataan dari narasumber episode tersebut (Hevi Fauzan). Disebutkan bahwa setelah kemerdekaan Republik Indonesia, aset-aset KNIL sekitaran jalan yang saat ini nama pulau (Jalan Manado, Jalan Ambon, Jalan Bali, Jalan Lombok dan seterusnya) diakuisisi oleh Angkatan Darat saat itu dengan mendirikan Divisi Siliwangi. Termasuk diantaranya lapangan sepak bola yang kemudian akhirnya dibangun menjadi sebuah stadion pada 1954 sebagai bagian dari persiapan ulang tahun Divisi Siliwangi ke-10, yang diberi nama Stadion Siliwangi.
Penamaan Siliwangi erat dengan budaya Sunda karena salah satu nama yang dibanggakan oleh orang Sunda terkait dengan sejarah Prabu Siliwangi. Walaupun nantinya perbedaan cerita Prabu Siliwangi namun benang merah sejarah terkait penggunaan logo Maung yang sejatinya binatang asli Jawa Barat dengan nama ilmiah (subspecies) Panthera Tigris Sondaica yang pada akhirnya patut kita hormati sebagai bagian sejarah Persib Bandung yang mengakar dan menjadi cerita karena Stadion Siliwangi sendiri menjadi bagian dari estafet perkembangan Persib Bandung.
Diceritakan juga bagaimana pernah ada saksi sejarah pertandingan Persib Bandung melawan PSV Eindhoven seorang bapak tua dari Cianjur dan teman-temannya saat itu menggunakan angkutan umum untuk datang ke Stadion Siliwangi dan memiliki kebanggaan untuk menceritakan pertandingan tersebut kepada orang lain ataupun anak dan atau cucunya kelak. Persib Bandung menjadi sangat melekat dengan Stadion Siliwangi karena pada saat itu dianggap representatif dan termegah pada zamannya hingga akhirnya bertahap Persib Bandung pindah ke Stadion Si Jalak Harupat.
Kembali pada waktu lampau, saat Persib Bandung masih dikelola pemerintah kota Bandung dimana Persib Bandung sebagai karakter dan budaya yang mengakar karena dianggap mewakili identitas, semangat dan bagian hidup orang Sunda umumnya Jawa Barat. Level fanatisme yang terjadi sudah tidak terlihat dengan penggunaan identitas Persib Bandung namun terlihat dari antusiasme dan cara ekspresi Bobotoh yang menceritakan Persib Bandung dari masa ke masa sehingga jumlah Bobotoh berkembang dan membentuk kelompok-kelompok pendukung Persib Bandung.
Sehingga menimbulkan transisi sejarah cerita Persib Bandung dari Stadion Siliwangi ke Stadion Si Jalak Harupat hingga ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, namun transisi sejarah ini juga tetap melekat dan meninggalkan banyak cerita dukungan Bobotoh mendukung Persib Bandung. Banyak juga kita temukan fakta bahwa tidak semua Bobotoh yang datang ke Stadion dapat masuk menonton langsung. Namun saat ini kita hanya dapat mengenang romantisme bagaimana mendengarkan siaran tandang Persib Bandung melalui Radio RRI, memanjat pohon atau tiang lampu di Stadion Siliwangi untuk melihat pertandingan langsung dan hal lain yang menjadi kenangan dalam cerita mendukung Persib Bandung.
Memasuki era industri saat ini, kita belum melihat langkah PT Persib Bandung Bermartabat menjadikan Persib Bandung sebagai Intengible Heritage (Warisan budaya tak benda dalam konteks Persib Bandung sebagai nilai hidup dan turun temurun). Entah itu didaftarkan pada UNESCO ataupun sebagai bagian dari konsep PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola fanatisme Bobotoh di tengah perpaduan pengelolaan era industri dari era budaya yang menjadikan jarak yang terlalu jauh saat ini.
Pengelolaan tiket, pengelolaan hubungan dengan kelompok Bobotoh dan cara interaksi dalam media sosial menjadi hal yang saat ini disorot oleh kelompok Bobotoh. Belum lagi konflik internal pelatih dan pemain yang menjadi bulan-bulanan bagi Bobotoh. Tentu hal ini sangat mengganggu dan membuat kharisma Persib Bandung sebagai budaya menjadi sangat rumit karena tuntutan industri dan rasa memiliki dari kelompok Bobotoh.
Salah satu yang dibutuhkan saat ini bagi pemain dan bagi pelatih baru Persib Bandung adalah memahami dan menunjukkan di lapangan semangat Persib Bandung dengan karakter dalam bermain sehingga identitas Persib Bandung muncul kembali sehingga dapat mengangkat moral elemen Persib Bandung, sebagai contoh kita sebagai Bobotoh akan selalu yakin Persib Bandung dapat menunjukkan semangat berjuang dalam bermain walaupun tertinggal gol. Kita dapat melihat pertandingan Persib Bandung melawan Arema Malang di Stadion Si Jalak Harupat pada 2014 yang berkesudahan 3-2, dimana saat babak pertama tertinggal 0-2, semangat dan karakter Tantan saat itu menjadi titik balik kemenangan, apakah pada saat itu Tantan menerima strategi khusus dari Djadjang Nurjaman? Dalam cerita yang kita tahu tidak ada, semangat moral dan karakter yang akhirnya menjadi pembeda.
Semoga masalah karakter dan semangat moral ini dapat diperbaiki setelah kekalahan melawan PSM Makassar kemarin dan dijawab oleh pelatih baru, mengembalikan karakter ini penting sebelum aplikasi strategi dalam konteks Persib Bandung. Saat ini melupakan pertandingan Persib Bandung menjadi hal yang mudah karena akses mendapatkan tiket menjadi panjang, menyaksikan pada televisi juga menjadi hal yang mudah ditinggalkan cukup dengan mengetahui hasil akhir. Semua terjadi karena jauhnya pengelolaan Persib Bandung dari fase budaya, konflik dengan kelompok Bobotoh adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.
Kita juga berharap PT Persib Bandung Bermartarbat dapat mengubah pola pengelolaan untuk dapat lebih merangkul kelompok Bobotoh sehingga tidak menghilangkan landasan budaya sebelum akhirnya berbicara pengelolaan yang jauh lebih teknis dan lebih industrial.
Ditulis Yosha Rory, dengan akun Twitter @roryosha

Kembali Tajamnya DDS di Tiga Laga Terakhir

Keterangan Dokter Soal Kondisi Beckham

Komentar Bojan Soal Perubahan Karakter Main Persib
Komentar Bobotoh
- maung persib on Kehadiran Keluarga Jadi Penyemangat bagi Madinda
- udin on Komunitas Bobotoh Beri Deadline untuk Dialog ke PT PBB
- Iduy 14 on Persib Gacor saat Duo Brasil Tidak Main Bareng, Ini Komentar Bojan
- Didi on Alasan Pelatih Persib Banyak Tarik Keluar Gelandang
- Penyayang Persib on Komunitas Bobotoh Beri Deadline untuk Dialog ke PT PBB
- Aa on Komunitas Bobotoh Beri Deadline untuk Dialog ke PT PBB
- Uj on Komunitas Bobotoh Beri Deadline untuk Dialog ke PT PBB
- maung persib on Gol Telat Ciro Bawa Persib Tekuk Bhayangkara 2-1
- Gopy on Komunitas Bobotoh Beri Deadline untuk Dialog ke PT PBB
Arsip
Trending
-
Berita Persib5 days ago
Respon Bojan Hodak Atas Kemenangan Dramatis Persib
-
Berita Persib5 days ago
Alasan Pelatih Persib Banyak Tarik Keluar Gelandang
-
Berita Persib4 days ago
Persib Gacor saat Duo Brasil Tidak Main Bareng, Ini Komentar Bojan
-
Berita Persib2 days ago
Ini Harapan Bojan Hodak untuk Kehadiran Asisten Baru
-
Berita Persib1 day ago
Diplot di Beberapa Posisi, Ezra Hanya Ingin Fight dan Capai Targetnya
-
Berita Persib2 days ago
Asisten Pelatih Baru Bertugas Genjot Barisan Depan
-
Berita Persib2 days ago
Kehadiran Keluarga Jadi Penyemangat bagi Madinda
-
Berita Persib2 days ago
Goran Paulic, Amunisi Baru di Staf Kepelatihan Persib
cv. jugala raya
31/08/2022 at 22:08
Subahanalloh…
Sangat kelas dan cerdas, simple nan eksotis penjelasannya, kang…!
asasd
02/09/2022 at 17:40
canggih…analisa yg kaya begini nih yang sering dicontek sama tim2 lain rival persib …
Lord maung
02/09/2022 at 23:14
Sayangnya pas pertandingan melawan PSM…, dua center back inti Persib berhalangan main…, Nick dikabarkan mendadak sakit dan Victor Igbonefo belum pulih benar dari cederanya…, akhirnya mau tidak mau mengggeser posisi Rachmat Irianto menjadi center back mendampingi Jupe ( walaupun digadang-gadang posisi Rachmat Irianto tersebut kurang pas ).
Intinya semewah apapun skuad pemain yang diturunkan dalam sebuah pertandingan yang dimiliki oleh sebuah tim sepakbola…tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerjasama yang apik, baik, dan mumpuni.., begitupun sebaliknya se-sederhana apapun skuad pemain yang dimainkan dalam sebuah pertandingan ( sebagian berisi pemain muda dikombinasikan dengan pemain berpengalaman sebagai mentor dan panutan ) dari sebuah tim sepakbola…akan berjalan baik bila memiliki kerjasama yang baik dan solid…, sebab sejatinya permainan sepakbola adalah permainan 11 orang pemain…bukan hanya permainan individu semata.