Semoga Euforia Itu Tak Pernah Lupa Singgah di Tanah Pasundan
Thursday, 24 July 2014 | 14:07
Sebuah crossing Andre Schurrle dari sisi kanan pertahanan Argentina mengarah tepat menuju Mario Goetze. Dengan satu kali kontrol dada, pemuda Jerman 22 tahun tersebut melepaskan tendangan voli kaki kiri menghujam sudut kiri gawang Argentina yang di kawal Sergio Romero. Gooollll 1-0 Jerman memimpin atas Argentina. Sampai akhirnya wasit asal Italia Nicolas Rizzoli meniup peluit akhir perpanjangan waktu 2×15 menit. Jerman bersuka cita, mereka resmi menasbihkan diri menjadi tim terbaik se jagat raya. Tangis haru dan bahagia dengan sekejap merasuki publik Jerman, terlebih saat sang kapten Phillip Lahm mengangkat trofi Jules Rimet yang sangat dibanggakan setiap pesepakbola di seantero bumi ini, pecah sudah euforia, pecah sudah penantian yang selama 24 tahun mereka ( publik Jerman ) idam idamkan.
Terbayang saat skuad Jerman pulang ke negeri mereka, bagaimana luar biasanya sambutan publik Jerman menyambut pahlawan pahlawan mereka. Pesta yang terpusat di Kota Berlin itu di hadiri ribuan warga Jerman yang dengan setia menanti kepulangan Mesut Ozil dkk .
Lamunan saya coba terbang ke tempat dimana euforia itu berpusat. Saya sedikit membayangkan bagaimana saat saya ada di tengah kerumunan ribuan bahkan jutaan manusia yang rela berjam jam “hanya” untuk menunggu kepulangan skuad Jerman. Sungguh akan jadi pengalaman yang sangat luar biasa tentunya.
Tiba tiba lamunan saya kembali ke tanah kelahiran saya sendiri di Bandung. Entah lah sudah berapa lama klub kebanggaan ,kanyaah saya PERSIB BANDUNG ini tidak merasakan euforia yang sama yang saat ini sedang dirasakan oleh publik Jerman.
Terakhir saat di Liga Indonesia I tahun 1994/1995. Saat itu dengan format liga yang meleburkan tim tim Galatama dan Perserikatan dengan partai puncak di helat di Gelora Bung Karno yang dulu masih bernama Stadion Senayan dan masih mampu menampung jumlah penonton hingga 100.000.
Khayalan saya kembali ke masa itu yang banyak orang menyebutnya “masa masa kejayaan PERSIB”. Betapa perkasanya PERSIB BANDUNG yang diarsiteki Indra Thohir pelatih yang sangat tersohor namanya hingga kini. Kala itu skuad PERSIB bermaterikan 100% pemain lokal. Namun dengan skuad demikian nyatanya Pangeran Biru mampu mencapai partai puncak Liga Indonesia I.
Kedigdayaan Maung Bandung di uji di partai puncak. PERSIB di tunggu oleh Petrokimia Putra yang diperkuat 3 pemain asing yaitu Carlos De Mello ,Darryl Sinerine dan Jacksen F Tiago. Senayan di masa itu jadi saksi bagaimana puluhan ribu bahkan ratusan ribu bobotoh berbondong bondong memadati stadion. Bobotoh dari seluruh penjuru datang ke Jakarta.
Wasit Zulkifli Chaniago meniupkan peluit tanda dimulainya pertandingan final Liga Indonesia I antara PERSIB Bandung vs Petrokimia Putra. Silih berganti serangan dilakukan kedua tim, namun hingga babak pertama habis ,tak ada satu gol pun tercipta. Di babak kedua ,jalannya pertandingan masih sengit, tak jauh berbeda dengan babak pertama. Namun entah mimpi apa Sutiono Lamso malam sebelumnya ,menit 76’ pergerakan Yusuf Bachtiar di sisi kanan diakhiri dengan umpan terarah menuju dirinya. Sontekan menyusur tanah dan goooolllllll…..
Bergemuruh seisi Senayan menyambut gol Sutiono Lamso. Hingga akhirnya peluit akhir ditiup wasit Zulkifli Chaniago tanda pertandingan usai ,skor tidak berubah PERSIB 1, Petrokimia 0. Ribuan bobotoh merangsek ke tengah lapangan ,bersuka cita ,berbahagia ,euforia itu benar benar luar biasa. Sungguh saat itu jadi momen yang tak akan pernah bisa ditukar dengan nominal rupiah berapapun juga.
Euforia tersebut sangat terasa bahkan saat rombongan bobotoh beranjak meninggalkan Jakarta kembali ke kampung halamannya masing masing. Sepanjang jalan rombongan bobotoh disambut bak pahlawan padahal mereka hanya sebagai supporter yang mendukung Pangeran Biru bertanding. Lalu lintas dari dan ke Jakarta berhasil “dilumpuhkan” oleh ratusan ribu bobotoh. Hingga keesokan harinya saat skuad PERSIB kembali ke Bandung, jalanan kota Bandung sukses “dibirukan”.
Itu beberapa momen keemasan terakhir klub kebanggaan kita bersama PERSIB Bandung. Rindukah kalian bobotoh akan momen tersebut?Serempak pasti akan menjawab “YA ,Kami Rindu “. Bolehlah sekarang kita melamun, membayangkan tahun ini Maung Bandung kembali mengaum di ISL. Membayangkan bagaimana saat Sang Pangeran Biru mengangkat kembali Piala Presiden. Bagaimana Bandung dan Jawa Barat “dibirukan” kembali oleh bobotoh. Ah memang lamunan yang indah. Mimpi yang teramat indah untuk selalu di bayangkan.
Tapi penulis disini mengajak bobotoh sekalian untuk menengadahkan tangan di akhir Bulan Ramadhan ini. Katanya sih doa orang orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan itu InshaAllah di kabul. Dan katanya juga ucapan itu adalah doa. Mari kita bersama sama memohon pada Yang Maha Kuasa untuk melancarkan usaha para pemain PERSIB merengkuh kembali mahkota juara yang telah lama lupa hadir di Bandung. Mari sama sama memberikan doa positif demi kemajuan klub kebanggaan kita semua PERSIB Bandung. Atas ijin Sang Khalik ,semoga impian kita bersama untuk PERSIB dapat dicapai. AMIN YA RABB..
Penulis seorang bobotoh yang menulis atas dasar kecintaan untuk PERSIB Bandung. Berakun twitter @LastIqbal

Sebuah crossing Andre Schurrle dari sisi kanan pertahanan Argentina mengarah tepat menuju Mario Goetze. Dengan satu kali kontrol dada, pemuda Jerman 22 tahun tersebut melepaskan tendangan voli kaki kiri menghujam sudut kiri gawang Argentina yang di kawal Sergio Romero. Gooollll 1-0 Jerman memimpin atas Argentina. Sampai akhirnya wasit asal Italia Nicolas Rizzoli meniup peluit akhir perpanjangan waktu 2×15 menit. Jerman bersuka cita, mereka resmi menasbihkan diri menjadi tim terbaik se jagat raya. Tangis haru dan bahagia dengan sekejap merasuki publik Jerman, terlebih saat sang kapten Phillip Lahm mengangkat trofi Jules Rimet yang sangat dibanggakan setiap pesepakbola di seantero bumi ini, pecah sudah euforia, pecah sudah penantian yang selama 24 tahun mereka ( publik Jerman ) idam idamkan.
Terbayang saat skuad Jerman pulang ke negeri mereka, bagaimana luar biasanya sambutan publik Jerman menyambut pahlawan pahlawan mereka. Pesta yang terpusat di Kota Berlin itu di hadiri ribuan warga Jerman yang dengan setia menanti kepulangan Mesut Ozil dkk .
Lamunan saya coba terbang ke tempat dimana euforia itu berpusat. Saya sedikit membayangkan bagaimana saat saya ada di tengah kerumunan ribuan bahkan jutaan manusia yang rela berjam jam “hanya” untuk menunggu kepulangan skuad Jerman. Sungguh akan jadi pengalaman yang sangat luar biasa tentunya.
Tiba tiba lamunan saya kembali ke tanah kelahiran saya sendiri di Bandung. Entah lah sudah berapa lama klub kebanggaan ,kanyaah saya PERSIB BANDUNG ini tidak merasakan euforia yang sama yang saat ini sedang dirasakan oleh publik Jerman.
Terakhir saat di Liga Indonesia I tahun 1994/1995. Saat itu dengan format liga yang meleburkan tim tim Galatama dan Perserikatan dengan partai puncak di helat di Gelora Bung Karno yang dulu masih bernama Stadion Senayan dan masih mampu menampung jumlah penonton hingga 100.000.
Khayalan saya kembali ke masa itu yang banyak orang menyebutnya “masa masa kejayaan PERSIB”. Betapa perkasanya PERSIB BANDUNG yang diarsiteki Indra Thohir pelatih yang sangat tersohor namanya hingga kini. Kala itu skuad PERSIB bermaterikan 100% pemain lokal. Namun dengan skuad demikian nyatanya Pangeran Biru mampu mencapai partai puncak Liga Indonesia I.
Kedigdayaan Maung Bandung di uji di partai puncak. PERSIB di tunggu oleh Petrokimia Putra yang diperkuat 3 pemain asing yaitu Carlos De Mello ,Darryl Sinerine dan Jacksen F Tiago. Senayan di masa itu jadi saksi bagaimana puluhan ribu bahkan ratusan ribu bobotoh berbondong bondong memadati stadion. Bobotoh dari seluruh penjuru datang ke Jakarta.
Wasit Zulkifli Chaniago meniupkan peluit tanda dimulainya pertandingan final Liga Indonesia I antara PERSIB Bandung vs Petrokimia Putra. Silih berganti serangan dilakukan kedua tim, namun hingga babak pertama habis ,tak ada satu gol pun tercipta. Di babak kedua ,jalannya pertandingan masih sengit, tak jauh berbeda dengan babak pertama. Namun entah mimpi apa Sutiono Lamso malam sebelumnya ,menit 76’ pergerakan Yusuf Bachtiar di sisi kanan diakhiri dengan umpan terarah menuju dirinya. Sontekan menyusur tanah dan goooolllllll…..
Bergemuruh seisi Senayan menyambut gol Sutiono Lamso. Hingga akhirnya peluit akhir ditiup wasit Zulkifli Chaniago tanda pertandingan usai ,skor tidak berubah PERSIB 1, Petrokimia 0. Ribuan bobotoh merangsek ke tengah lapangan ,bersuka cita ,berbahagia ,euforia itu benar benar luar biasa. Sungguh saat itu jadi momen yang tak akan pernah bisa ditukar dengan nominal rupiah berapapun juga.
Euforia tersebut sangat terasa bahkan saat rombongan bobotoh beranjak meninggalkan Jakarta kembali ke kampung halamannya masing masing. Sepanjang jalan rombongan bobotoh disambut bak pahlawan padahal mereka hanya sebagai supporter yang mendukung Pangeran Biru bertanding. Lalu lintas dari dan ke Jakarta berhasil “dilumpuhkan” oleh ratusan ribu bobotoh. Hingga keesokan harinya saat skuad PERSIB kembali ke Bandung, jalanan kota Bandung sukses “dibirukan”.
Itu beberapa momen keemasan terakhir klub kebanggaan kita bersama PERSIB Bandung. Rindukah kalian bobotoh akan momen tersebut?Serempak pasti akan menjawab “YA ,Kami Rindu “. Bolehlah sekarang kita melamun, membayangkan tahun ini Maung Bandung kembali mengaum di ISL. Membayangkan bagaimana saat Sang Pangeran Biru mengangkat kembali Piala Presiden. Bagaimana Bandung dan Jawa Barat “dibirukan” kembali oleh bobotoh. Ah memang lamunan yang indah. Mimpi yang teramat indah untuk selalu di bayangkan.
Tapi penulis disini mengajak bobotoh sekalian untuk menengadahkan tangan di akhir Bulan Ramadhan ini. Katanya sih doa orang orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan itu InshaAllah di kabul. Dan katanya juga ucapan itu adalah doa. Mari kita bersama sama memohon pada Yang Maha Kuasa untuk melancarkan usaha para pemain PERSIB merengkuh kembali mahkota juara yang telah lama lupa hadir di Bandung. Mari sama sama memberikan doa positif demi kemajuan klub kebanggaan kita semua PERSIB Bandung. Atas ijin Sang Khalik ,semoga impian kita bersama untuk PERSIB dapat dicapai. AMIN YA RABB..
Penulis seorang bobotoh yang menulis atas dasar kecintaan untuk PERSIB Bandung. Berakun twitter @LastIqbal
