Sebab Kengototan Tertanam dalam Permainan Boy Jati
Sunday, 19 July 2020 | 18:23
Musim 2005 adalah tahun dimana Boy Jati Asmara berbaju Persib. Ia diperintahkan untuk kembali ke kampung halaman oleh pelatih Indra Tohir setelah berkelana ke bumi Papua memperkuat Persipura Jayapura (2004).
Boy dikenal sebagai penyerang yang ngotot di lapangan. Padahal ia adalah pria asli sunda, karakter pribumi dikenal someah. Dalam sebuah perbincangan Boy menceritakan sebab kenapa kengototan menjadi karakter di lapangan.
Menurutnya setiap fans (terkhusus Bobotoh) adalah orang-orang yang berkorban mengeluarkan sesuatu untuk menonton permainan ia dan rekan-rekannya di pertandingan. Sampai ada cerita Bobotoh yang menjual hartanya yang dipunya untuk menonton Persib berlaga.
Pengorbanan-pengorbanan seperti itu yang menurut Boy harus dibayar setiap pemain di lapangan. Bermain total sepenuh hati meraih kemenangan dan turut menghibur penonton. Sebab itu permainan ngotot tertanam dalam diri Boy Jati.
“Kalau saya berpikir begini ketika saya memakai jersey sebuah klub, saya datang ke lapangan ada orang yang mengeluarkan sesuatu untuk dia menonton saya. Akhirnya bahwa setiap penampilan saya di lapangan harus membayar apa yang penonton keluarkan untuk menonton saya,” bebernya.
Buat Boy setiap pertandingan adalah final. Ia selalu tidak rela dikalahkan lawan. Demi menghindarkan itu Boy tak kenal takut siapa pun lawannya dan bermain ngotot setiap mendapat kesempatan bermain.
“Satu sisi juga setiap pertandingan adalah final buat saya jadi rasa tidak mau kalah rasa ingin selalu menang itu membentuk karakter saya yang seperti itu (ngotot),” paparnya.

Musim 2005 adalah tahun dimana Boy Jati Asmara berbaju Persib. Ia diperintahkan untuk kembali ke kampung halaman oleh pelatih Indra Tohir setelah berkelana ke bumi Papua memperkuat Persipura Jayapura (2004).
Boy dikenal sebagai penyerang yang ngotot di lapangan. Padahal ia adalah pria asli sunda, karakter pribumi dikenal someah. Dalam sebuah perbincangan Boy menceritakan sebab kenapa kengototan menjadi karakter di lapangan.
Menurutnya setiap fans (terkhusus Bobotoh) adalah orang-orang yang berkorban mengeluarkan sesuatu untuk menonton permainan ia dan rekan-rekannya di pertandingan. Sampai ada cerita Bobotoh yang menjual hartanya yang dipunya untuk menonton Persib berlaga.
Pengorbanan-pengorbanan seperti itu yang menurut Boy harus dibayar setiap pemain di lapangan. Bermain total sepenuh hati meraih kemenangan dan turut menghibur penonton. Sebab itu permainan ngotot tertanam dalam diri Boy Jati.
“Kalau saya berpikir begini ketika saya memakai jersey sebuah klub, saya datang ke lapangan ada orang yang mengeluarkan sesuatu untuk dia menonton saya. Akhirnya bahwa setiap penampilan saya di lapangan harus membayar apa yang penonton keluarkan untuk menonton saya,” bebernya.
Buat Boy setiap pertandingan adalah final. Ia selalu tidak rela dikalahkan lawan. Demi menghindarkan itu Boy tak kenal takut siapa pun lawannya dan bermain ngotot setiap mendapat kesempatan bermain.
“Satu sisi juga setiap pertandingan adalah final buat saya jadi rasa tidak mau kalah rasa ingin selalu menang itu membentuk karakter saya yang seperti itu (ngotot),” paparnya.
