Robert Komentari Wacana Pemain U-20 Wajib Diturunkan
Friday, 26 June 2020 | 20:16
Wacana penerapan regulasi setiap klub wajib memainkan pemain U-20 mengemuka. Ini sebagai bentuk persiapan tim nasional di bawah 20 tahun untuk tampil di Piala Dunia 2021 tahun depan. Kabar ini menuai pro dan kontra karena ada yang setuju, namun tidak sedikit pula yang sangsi kebijakan ini akan sukses.
Robert Rene Alberts pun memberi pandangannya soal wacana itu. Menurutnya kewajiban memainkan pemain muda di level liga bukan kebijakan yang tepat. Hal ini sudah pernah dicoba pada Liga 1 2017 lalu ketika setiap klub wajib memainkan tiga pemain U-23 namun tidak berbuah hasil positif.
“Beberapa tahun lalu ada regulasi yang mewajibkan setiap tim menurunkan pemain U-23. Dan semuanya tahu bahwa peraturan itu tidak bekerja dengan baik karena kami tidak bisa memaksakan pemain yang belum siap untuk tampil. Jika pemain sudah cukup siap, maka otomatis dia akan bermain,” kata Robert pada awak media ketika diwawancara.
Menurutnya keputusan klub untuk mempromosikan pemain muda dan memainkannya itu harus berdasarkan talenta sang pemain. Bukan karena adanya peraturan dari federasi. Misalnya Beckham Putra yang mulai mendapat kesempatan bermain di tim senior Persib, Robert menyebut itu karena Beckham punya kapasitas.
“Contohnya Beckham, dia sudah mulai bermain dengan tim senior dari musim lalu dan kami akan melanjutkan itu karena dia punya kualitas. Tetapi dia mungkin belum siap untuk bermain 90 menit di setiap laga di liga karena melihat kebutuhannya. Hanya saja perkembangan talenta Beckham adalah prioritas,” jelasnya.
Persib sendiri punya pemain muda lain yang mengikuti pemusatan latihan timnas U-20, dia adalah Erlangga Setyo. Kiper jangkung dari Persib U-18 itu dilirik oleh Shin Tae Yong sebagai calon kiper timnas. Dikatakan Robert, meski potensial, tapi Erlangga tidak bisa dipaksakan mengikuti jejak Beckham untuk tampil di level kompetisi kasta tertinggi.
“Tapi jika bicara Erlangga, ini kasus yang berbeda karena dia belum masuk dalam tim senior. Jadi jika kami menempatkan dia (pada tim senior) dan memaksakannya bermain di Liga Indonesia, kami tidak bisa mengembangkan permainannya. Kenapa? Karena dia secara fisik dan mental belum siap untuk menghadapi kompetisi level tertinggi Indonesia,” jelasnya.

Wacana penerapan regulasi setiap klub wajib memainkan pemain U-20 mengemuka. Ini sebagai bentuk persiapan tim nasional di bawah 20 tahun untuk tampil di Piala Dunia 2021 tahun depan. Kabar ini menuai pro dan kontra karena ada yang setuju, namun tidak sedikit pula yang sangsi kebijakan ini akan sukses.
Robert Rene Alberts pun memberi pandangannya soal wacana itu. Menurutnya kewajiban memainkan pemain muda di level liga bukan kebijakan yang tepat. Hal ini sudah pernah dicoba pada Liga 1 2017 lalu ketika setiap klub wajib memainkan tiga pemain U-23 namun tidak berbuah hasil positif.
“Beberapa tahun lalu ada regulasi yang mewajibkan setiap tim menurunkan pemain U-23. Dan semuanya tahu bahwa peraturan itu tidak bekerja dengan baik karena kami tidak bisa memaksakan pemain yang belum siap untuk tampil. Jika pemain sudah cukup siap, maka otomatis dia akan bermain,” kata Robert pada awak media ketika diwawancara.
Menurutnya keputusan klub untuk mempromosikan pemain muda dan memainkannya itu harus berdasarkan talenta sang pemain. Bukan karena adanya peraturan dari federasi. Misalnya Beckham Putra yang mulai mendapat kesempatan bermain di tim senior Persib, Robert menyebut itu karena Beckham punya kapasitas.
“Contohnya Beckham, dia sudah mulai bermain dengan tim senior dari musim lalu dan kami akan melanjutkan itu karena dia punya kualitas. Tetapi dia mungkin belum siap untuk bermain 90 menit di setiap laga di liga karena melihat kebutuhannya. Hanya saja perkembangan talenta Beckham adalah prioritas,” jelasnya.
Persib sendiri punya pemain muda lain yang mengikuti pemusatan latihan timnas U-20, dia adalah Erlangga Setyo. Kiper jangkung dari Persib U-18 itu dilirik oleh Shin Tae Yong sebagai calon kiper timnas. Dikatakan Robert, meski potensial, tapi Erlangga tidak bisa dipaksakan mengikuti jejak Beckham untuk tampil di level kompetisi kasta tertinggi.
“Tapi jika bicara Erlangga, ini kasus yang berbeda karena dia belum masuk dalam tim senior. Jadi jika kami menempatkan dia (pada tim senior) dan memaksakannya bermain di Liga Indonesia, kami tidak bisa mengembangkan permainannya. Kenapa? Karena dia secara fisik dan mental belum siap untuk menghadapi kompetisi level tertinggi Indonesia,” jelasnya.
