Robert Bercerita Awal Ketertarikan Jadi Seorang Pelatih
Monday, 12 October 2020 | 20:40
Profesi sebagai pelatih sudah dijalankan oleh Robert Rene Alberts lebih dari tiga dekade. Dia terbilang masih belia ketika meniti karir sebagai juru racik taktik bersama tim asal Swedia, Hittarps IK. Padahal dia mengaku tidak pernah terlintas di pikiran untuk menjadi seorang pelatih.
Sejak masih belia, Robert hanya berangan-angan ingin jadi seorang pesepakbola. Upaya pun dilakukannya sejak berusia 12 tahun dengan mengikuti akademi Ajax Amsterdam. Hasilnya kontrak profesional pun didapatkannya meski hanya sebentar menjadi bagian dari tim Ajax.
Dia lalu melanjutkan karir dengan membela klub Vancouver Whitecaps yang bermain di kompetisi North American Soccer League (NASL). Ketertarikan menjadi seorang pelatih mulai tumbuh. Banyak berinteraksi dengan orang-orang membuatnya tertarik untuk menjadi nahkoda sebuah tim.
“Saat saya masih muda, di usia yang sangat muda, saya sudah bercita-cita menjadi pesepakbola. Belum terpikirkan untuk menjadi pelatih sepakbola, tapi ketika saya memasuki tahap bermain di NASL, bagian dari pekerjaan pemain adalah harus bisa menjalin hubungan dengan komunitas,” ujar dia ketika diwawancara secara virtual, Senin (12/10).
“Pergi ke luar dengan melakukan kegiatan seperti coaching clinic. Dan dari sana saya banyak berinteraksi dengan anak kecil, berinteraksi dengan orang-orang dan itu merangsang mereka. Itu otomatis berpengaruh dalam hidup saya,” tutur pria berusia 65 tahun ini melanjutkan.
Kegemaran dalam membuat orang-orang suka sepakbola hingga meningkat kemampuannya pun terus dibawa dalam karir Robert. Hingga akhirnya tawaran menjadi sebuah klub diberikan saat membela Hittarps IK dengan status pemain merangkap pelatih pada usia 31 tahun. Kini sudah lebih dari 30 tahun dirinya menikmati pekerjaan ini.
“Hal itu sangat saya sukai dan membuat saya senang menjadi pelatih, dan hingga ini masih saya sukai. Usia bukan suatu ukuran soal untuk tak melakukan hal yang disukai. Meski di luaran sana tetap ada orang yang membenci atau cemburu,” tukasnya.

Profesi sebagai pelatih sudah dijalankan oleh Robert Rene Alberts lebih dari tiga dekade. Dia terbilang masih belia ketika meniti karir sebagai juru racik taktik bersama tim asal Swedia, Hittarps IK. Padahal dia mengaku tidak pernah terlintas di pikiran untuk menjadi seorang pelatih.
Sejak masih belia, Robert hanya berangan-angan ingin jadi seorang pesepakbola. Upaya pun dilakukannya sejak berusia 12 tahun dengan mengikuti akademi Ajax Amsterdam. Hasilnya kontrak profesional pun didapatkannya meski hanya sebentar menjadi bagian dari tim Ajax.
Dia lalu melanjutkan karir dengan membela klub Vancouver Whitecaps yang bermain di kompetisi North American Soccer League (NASL). Ketertarikan menjadi seorang pelatih mulai tumbuh. Banyak berinteraksi dengan orang-orang membuatnya tertarik untuk menjadi nahkoda sebuah tim.
“Saat saya masih muda, di usia yang sangat muda, saya sudah bercita-cita menjadi pesepakbola. Belum terpikirkan untuk menjadi pelatih sepakbola, tapi ketika saya memasuki tahap bermain di NASL, bagian dari pekerjaan pemain adalah harus bisa menjalin hubungan dengan komunitas,” ujar dia ketika diwawancara secara virtual, Senin (12/10).
“Pergi ke luar dengan melakukan kegiatan seperti coaching clinic. Dan dari sana saya banyak berinteraksi dengan anak kecil, berinteraksi dengan orang-orang dan itu merangsang mereka. Itu otomatis berpengaruh dalam hidup saya,” tutur pria berusia 65 tahun ini melanjutkan.
Kegemaran dalam membuat orang-orang suka sepakbola hingga meningkat kemampuannya pun terus dibawa dalam karir Robert. Hingga akhirnya tawaran menjadi sebuah klub diberikan saat membela Hittarps IK dengan status pemain merangkap pelatih pada usia 31 tahun. Kini sudah lebih dari 30 tahun dirinya menikmati pekerjaan ini.
“Hal itu sangat saya sukai dan membuat saya senang menjadi pelatih, dan hingga ini masih saya sukai. Usia bukan suatu ukuran soal untuk tak melakukan hal yang disukai. Meski di luaran sana tetap ada orang yang membenci atau cemburu,” tukasnya.
