Robert Beberkan Proses Ketertarikan Mulai Karir di Asia
Friday, 19 June 2020 | 20:57
Karir kepelatihan Robert Rene Alberts pada dua dekade terakhir banyak berkutat di kompetisi Asia. Sebagai pria asal Belanda, Robert sudah menjejakkan kaki di benua kuning sejak 1992. Sang pelatih lalu menceritakan awal ketertarikan dia menjajal karir sebagai pelatih di Malaysia.
Robert menerima pinangan Kedah FA yang bermain di liga kasta tertinggi Malaysia. Dia merasa ada antusiasme yang tinggi di kompetisi Negeri Jiran dan manajemen juga mendukungnya untuk dengan leluasa membentuk tim. Komposisi pemain yang mumpuni menurutnya jadi alasan Kedah sukses dibawa menjadi juara.
“Ketika datang ke Malaysia, dan memulai karir pelatih bersama Kedah pada 1992, ini adalah awal dari sepakbola profesional di Asia Tenggara. Saya senang bisa menjadi bagian dari masa itu, antusiasmenya dan klub juga memiliki rencana bagus untuk masa depan,” ujar Robert ketika diwawancara.
“Mereka pun banyak menyiapkan dana dan merekrut banyak pemain asing yang bagus untuk Kedah. Saya mendapat keleluasaan untuk mendatangkan pemain asing yang bagus, di sana juga ada banyak pemain lokal yang bagus,” lanjut pelatih asal Belanda itu.
Pengalaman menjadi pelatih di Malaysia membuatnya mulai banyak mencari informasi mengenai kompetisi di Asia. Selain itu posisi Malaysia yang tidak buruk di peringkat FIFA membuatnya semakin yakin ada potensi dari sepakbola Asia. Hal itu yang membuatnya makin tertarik.
“Dari sana saya juga mulai belajar mengenai sepakbola di Asia Tenggara, mentalitasnya dan ternyata tidak buruk. Saya teringat pada tahun 1993-1994, Malaysia saat itu menempati posisi 78 di peringkat FIFA. Itu posisi yang tidak terlalu buruk,” katanya bercerita.
Prestasi bersama Kedah FA juga membuatnya diberi keleluasaan merancang pemusatan latihan untuk musim berikutnya. Robert pun mengajukan proposal membawa timnya ke Amerika Serikat, pihak manajemen pun menyetujuinya. Dari sana Kedah mampu memberikan perlawanan sengit menghadapi tim-tim Negeri Paman Sam.
“Setelah mengajukan proposal, kami memilih bertolak ke Amerika Serikat. Kami (Kedah) melakukan perjalanan pada tahun 1994 dan itu berlangsung kurang lebih satu bulan. Pertama kami pergi ke Hawaii untuk bertanding menghadapi Hawaii Selection, lalu kami pergi ke Florida memainkan 3 pertandingan,” ucapnya.
Dia tidak kalah di setiap laga baik ketika menghadapi tim yang profesional dan tim universitas. Selain itu Kedah dibawanya menghadapi tim nasional Amerika Serikat yang sedang melakukan persiapan jelang Piala Dunia. Dari sana banyak apresiasi yang didapat dari kualitas tim Asia dan itu yang membuatnya yakin menekuni karir di klub Asia hingga saat ini.
“Jadi secara kualitas, level Kedah cukup bagus saat itu. Lalu ketika kami pergi ke California, tim nasional Amerika sedang melakukan persiapan untuk Piala Dunia 1994 karena mereka tuan rumah. Kami datang dua bulan sebelum Piala Dunia dimulai, dan kami memainkan uji coba melawan Amerika yang sedang melakukan persiapan akhir,” jelasnya.
“Kami sebagai klub memberikan perlawanan untuk timnas Amerika meski kalah 3-1. Tapi setelah pertandingan orang-orang datang kepada saya dan bertanya ‘ini klub dari Malaysia?’ dan mereka tidak pernah mendengar soal sepakbola di Malaysia. Jadi yang saya maksud, saat itu level dan standar klub Asia Tenggara itu cukup bagus,” tukasnya.

Karir kepelatihan Robert Rene Alberts pada dua dekade terakhir banyak berkutat di kompetisi Asia. Sebagai pria asal Belanda, Robert sudah menjejakkan kaki di benua kuning sejak 1992. Sang pelatih lalu menceritakan awal ketertarikan dia menjajal karir sebagai pelatih di Malaysia.
Robert menerima pinangan Kedah FA yang bermain di liga kasta tertinggi Malaysia. Dia merasa ada antusiasme yang tinggi di kompetisi Negeri Jiran dan manajemen juga mendukungnya untuk dengan leluasa membentuk tim. Komposisi pemain yang mumpuni menurutnya jadi alasan Kedah sukses dibawa menjadi juara.
“Ketika datang ke Malaysia, dan memulai karir pelatih bersama Kedah pada 1992, ini adalah awal dari sepakbola profesional di Asia Tenggara. Saya senang bisa menjadi bagian dari masa itu, antusiasmenya dan klub juga memiliki rencana bagus untuk masa depan,” ujar Robert ketika diwawancara.
“Mereka pun banyak menyiapkan dana dan merekrut banyak pemain asing yang bagus untuk Kedah. Saya mendapat keleluasaan untuk mendatangkan pemain asing yang bagus, di sana juga ada banyak pemain lokal yang bagus,” lanjut pelatih asal Belanda itu.
Pengalaman menjadi pelatih di Malaysia membuatnya mulai banyak mencari informasi mengenai kompetisi di Asia. Selain itu posisi Malaysia yang tidak buruk di peringkat FIFA membuatnya semakin yakin ada potensi dari sepakbola Asia. Hal itu yang membuatnya makin tertarik.
“Dari sana saya juga mulai belajar mengenai sepakbola di Asia Tenggara, mentalitasnya dan ternyata tidak buruk. Saya teringat pada tahun 1993-1994, Malaysia saat itu menempati posisi 78 di peringkat FIFA. Itu posisi yang tidak terlalu buruk,” katanya bercerita.
Prestasi bersama Kedah FA juga membuatnya diberi keleluasaan merancang pemusatan latihan untuk musim berikutnya. Robert pun mengajukan proposal membawa timnya ke Amerika Serikat, pihak manajemen pun menyetujuinya. Dari sana Kedah mampu memberikan perlawanan sengit menghadapi tim-tim Negeri Paman Sam.
“Setelah mengajukan proposal, kami memilih bertolak ke Amerika Serikat. Kami (Kedah) melakukan perjalanan pada tahun 1994 dan itu berlangsung kurang lebih satu bulan. Pertama kami pergi ke Hawaii untuk bertanding menghadapi Hawaii Selection, lalu kami pergi ke Florida memainkan 3 pertandingan,” ucapnya.
Dia tidak kalah di setiap laga baik ketika menghadapi tim yang profesional dan tim universitas. Selain itu Kedah dibawanya menghadapi tim nasional Amerika Serikat yang sedang melakukan persiapan jelang Piala Dunia. Dari sana banyak apresiasi yang didapat dari kualitas tim Asia dan itu yang membuatnya yakin menekuni karir di klub Asia hingga saat ini.
“Jadi secara kualitas, level Kedah cukup bagus saat itu. Lalu ketika kami pergi ke California, tim nasional Amerika sedang melakukan persiapan untuk Piala Dunia 1994 karena mereka tuan rumah. Kami datang dua bulan sebelum Piala Dunia dimulai, dan kami memainkan uji coba melawan Amerika yang sedang melakukan persiapan akhir,” jelasnya.
“Kami sebagai klub memberikan perlawanan untuk timnas Amerika meski kalah 3-1. Tapi setelah pertandingan orang-orang datang kepada saya dan bertanya ‘ini klub dari Malaysia?’ dan mereka tidak pernah mendengar soal sepakbola di Malaysia. Jadi yang saya maksud, saat itu level dan standar klub Asia Tenggara itu cukup bagus,” tukasnya.
