Proses, Sib!
Tuesday, 05 April 2016 | 10:47
Saya boleh dibilang hanya bobotoh yang baru karena saya pun masih duduk di bangku SMP. Entah apa, kapan dan siapa yang membuat saya begitu cintanya dengan Persib, padahal saya juga bukan orang Sunda.
Awal mula saya mengenal Persib adalah pada era Drago Mamic (2011-2012). Pada saat itu, saya yang masih SD tidak terlalu suka terhadap sepakbola. Namun, ayah saya yang selalu menonton menjadikan saya bertanya-tanya, apa yang bagus dari bola ini? Tapi lama kelamaan, saya tertarik kepada permainan ini. Dan akhirnya, saya memilih Persib sebagai klub idola. Entah apa yang merasuki tubuh saya hingga saya begitu suka kepada klub ini. Setiap hari pun saya ikuti perkembangannya. Dari menangnya Persib, kalahnya Persib, semua saya hadapi dengan setia.
Hingga pada akhirnya muncul Jajang Nurjaman. Mungkin saya pesimis untuk ini karena pada musim pertamanya masih saja Persib belum juara. Saya khawatir, bobotoh tidak bisa menerimanya, karena saya pun tahu sudah lama Persib disebut tim besar tapi tidak sebanding dengan prestasi yang diraihnya. Jajang Nurjaman yang pada saat itu masih dipercaya menjadi pelatih, akhirnya membuktikan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Persib masuk final ISL yang saat itu menggunakan sistem turnamen. Saya tak percaya karena saat itu Persib yang tak diunggulkan, secara dramatis menang 3-2 atas Arema. Kesenangan itu hanya berlangsung sejenak sesaat setelah saya teringat saya akan mengikuti lomba yang dilaksanakan tepat pada hari dan waktu yang sama. Tapi saya berdoa agar masih ada kesempatan untuk melihatnya.
Hari yang ditunggu tiba, saya pesimis, bukan saya tidak percaya kepada Persib tetapi lawannya (Persipura) yang membuat saya ragu. Tetapi saya yang baru menyelesaikan lomba, bertanya pada ayah saya tentang hasil pertandingan final tadi. Begitu senang dan bangganya saya karena ayah saya memberitahu bahwa Persiblah juaranya. Itulah yang membuat saya makin bangga dan cinta dengan Persib.
Di situasi sepakbola yang kisruh ini, sebuah kompetisi untuk mengisi kekosongan pun dimulai. Dengan semangat sebagai juara bertahan ISL, kini saya percaya bahwa tiada lawan yang susah sekarang. Benar saja Zulham Zamrun dkk membawa Persib kembali juara yang membawa euforia untuk bobotohnya. Semakin percaya dirinya Persib kemudian mengantarkan Persib ke sebuah turnamen yaitu Piala Bhayangkara. Sayangnya, saat itu Persib tidak dapat menjadi juara. Jangan kan juara tembus dari grup pun tidak. Sejumlah pemain emas mulai meninggalkan Persib entah apa masalahnya tapi yang jelas mereka meninggalkan lubang yang besar.
Setelah selesai, saya yang terbiasa membaca berita Persib terkejut melihat berita bahwa coach Djanur akan berlatih ke Italia sebagai hubungan Inter dengan Persib. Rasanya senang sekaligus sedih, pelatih yang membawa kejayaan dengan gaya tenangnya ini akan pergi. Selintas pertanyaan yang ada dibenak saya adalah “penggantinya siapa?”
Beberapa hari setelah kepergian Djanur muncul kembali berita bahwa pengganti Djanur adalah Dejan Antonic. Saya optimis dengan coach ini. Sepertinya ia bisa menggantikan coach sekaligus legenda Persib itu. Buktinya baru beberapa hari, pemain baru langsung banyak berdatangan mulai dari Samsul, Purwaka, Hermawan, Belencoso dll. Mereka memberi secerca harapan untuk kembali juara.
Pertandingan pertama Dejan adalah vs Bali UTD. Persib yang kala itu menang meyakinkan, 3-1, semakin menguatkan bahwa Persib bisa juara di 2 turnamen yang akan diikutinya yaitu Piala Bhayangkara dan Bali Island Cup. Di Bali Island, Persib hanya menjadi runner up seteleh kalah dari Arema, 1-0, dengan grafik menurun bobotoh langsung menyoroti Dejan. Banyak yang mereka permasalahkan mulai dari gaya permainan, formasi dll.
Tapi mungkin itu semua bisa dibuktikan di turnamen berikutnya. Persib yang saat itu tidak mengusung target juara, secara mulus maju ke final. Dejan kembali bertemu dengan Arema. Banyak yang menyebutkan bahwa ini final ideal. Setidaknya kedua tim sama sama diunggulkan. Tapi lagi lagi Persib kalah dari tim asuhan Milo ini, justru lebih parah, yaitu 2-0. Hal ini menimbulkan kekecewaan bobotoh yang harus puas menjadi runner up lagi. Hal ini juga yang menyebabkan pesimisnya bobotoh di Persib sekarang ini. Banyak bobotoh yang mengatakan bahwa permainan Persib tidak setajam dulu di era Djanur. Tapi menurut saya benar kata Dejan bahwa Djanur butuh 2-3 tahun untuk juara dan Dejan baru beberapa bulan di Persib. Dejan juga seharusnya diapresiasi kinerjanya karena ia mampu menjadikan Persib sebagai runner up di 2 turnamen terakhir.
Persepakbolaan Indonesia bukan seperti Spanyol yang melulu soal Barcelona dan Real Madrid. Tetapi Indonesia seperti Liga Inggris yang setiap tahunnya berganti juara. Prestasi di sepak bola bukan instan. Sebut saja mie goreng, walau dia disebut makanan siap saji tapi tetap butuh proses yaitu adanya perebusan dan penggorengan. Yang harus kita lakukan adalah mendukung dan berdoa untuk kebaikan Persib. Boleh kita memberi kritikan tapi setidaknya kita tahu susahnya persepakbolaan Indonesia yang sengit.
Bobotoh Harus tetap jadi supporter terbaik. Tetap maju pantang mundur sib. WE WILL STAY BEHIND YOU!
Ditulis oleh @zidan_muzaki

Saya boleh dibilang hanya bobotoh yang baru karena saya pun masih duduk di bangku SMP. Entah apa, kapan dan siapa yang membuat saya begitu cintanya dengan Persib, padahal saya juga bukan orang Sunda.
Awal mula saya mengenal Persib adalah pada era Drago Mamic (2011-2012). Pada saat itu, saya yang masih SD tidak terlalu suka terhadap sepakbola. Namun, ayah saya yang selalu menonton menjadikan saya bertanya-tanya, apa yang bagus dari bola ini? Tapi lama kelamaan, saya tertarik kepada permainan ini. Dan akhirnya, saya memilih Persib sebagai klub idola. Entah apa yang merasuki tubuh saya hingga saya begitu suka kepada klub ini. Setiap hari pun saya ikuti perkembangannya. Dari menangnya Persib, kalahnya Persib, semua saya hadapi dengan setia.
Hingga pada akhirnya muncul Jajang Nurjaman. Mungkin saya pesimis untuk ini karena pada musim pertamanya masih saja Persib belum juara. Saya khawatir, bobotoh tidak bisa menerimanya, karena saya pun tahu sudah lama Persib disebut tim besar tapi tidak sebanding dengan prestasi yang diraihnya. Jajang Nurjaman yang pada saat itu masih dipercaya menjadi pelatih, akhirnya membuktikan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Persib masuk final ISL yang saat itu menggunakan sistem turnamen. Saya tak percaya karena saat itu Persib yang tak diunggulkan, secara dramatis menang 3-2 atas Arema. Kesenangan itu hanya berlangsung sejenak sesaat setelah saya teringat saya akan mengikuti lomba yang dilaksanakan tepat pada hari dan waktu yang sama. Tapi saya berdoa agar masih ada kesempatan untuk melihatnya.
Hari yang ditunggu tiba, saya pesimis, bukan saya tidak percaya kepada Persib tetapi lawannya (Persipura) yang membuat saya ragu. Tetapi saya yang baru menyelesaikan lomba, bertanya pada ayah saya tentang hasil pertandingan final tadi. Begitu senang dan bangganya saya karena ayah saya memberitahu bahwa Persiblah juaranya. Itulah yang membuat saya makin bangga dan cinta dengan Persib.
Di situasi sepakbola yang kisruh ini, sebuah kompetisi untuk mengisi kekosongan pun dimulai. Dengan semangat sebagai juara bertahan ISL, kini saya percaya bahwa tiada lawan yang susah sekarang. Benar saja Zulham Zamrun dkk membawa Persib kembali juara yang membawa euforia untuk bobotohnya. Semakin percaya dirinya Persib kemudian mengantarkan Persib ke sebuah turnamen yaitu Piala Bhayangkara. Sayangnya, saat itu Persib tidak dapat menjadi juara. Jangan kan juara tembus dari grup pun tidak. Sejumlah pemain emas mulai meninggalkan Persib entah apa masalahnya tapi yang jelas mereka meninggalkan lubang yang besar.
Setelah selesai, saya yang terbiasa membaca berita Persib terkejut melihat berita bahwa coach Djanur akan berlatih ke Italia sebagai hubungan Inter dengan Persib. Rasanya senang sekaligus sedih, pelatih yang membawa kejayaan dengan gaya tenangnya ini akan pergi. Selintas pertanyaan yang ada dibenak saya adalah “penggantinya siapa?”
Beberapa hari setelah kepergian Djanur muncul kembali berita bahwa pengganti Djanur adalah Dejan Antonic. Saya optimis dengan coach ini. Sepertinya ia bisa menggantikan coach sekaligus legenda Persib itu. Buktinya baru beberapa hari, pemain baru langsung banyak berdatangan mulai dari Samsul, Purwaka, Hermawan, Belencoso dll. Mereka memberi secerca harapan untuk kembali juara.
Pertandingan pertama Dejan adalah vs Bali UTD. Persib yang kala itu menang meyakinkan, 3-1, semakin menguatkan bahwa Persib bisa juara di 2 turnamen yang akan diikutinya yaitu Piala Bhayangkara dan Bali Island Cup. Di Bali Island, Persib hanya menjadi runner up seteleh kalah dari Arema, 1-0, dengan grafik menurun bobotoh langsung menyoroti Dejan. Banyak yang mereka permasalahkan mulai dari gaya permainan, formasi dll.
Tapi mungkin itu semua bisa dibuktikan di turnamen berikutnya. Persib yang saat itu tidak mengusung target juara, secara mulus maju ke final. Dejan kembali bertemu dengan Arema. Banyak yang menyebutkan bahwa ini final ideal. Setidaknya kedua tim sama sama diunggulkan. Tapi lagi lagi Persib kalah dari tim asuhan Milo ini, justru lebih parah, yaitu 2-0. Hal ini menimbulkan kekecewaan bobotoh yang harus puas menjadi runner up lagi. Hal ini juga yang menyebabkan pesimisnya bobotoh di Persib sekarang ini. Banyak bobotoh yang mengatakan bahwa permainan Persib tidak setajam dulu di era Djanur. Tapi menurut saya benar kata Dejan bahwa Djanur butuh 2-3 tahun untuk juara dan Dejan baru beberapa bulan di Persib. Dejan juga seharusnya diapresiasi kinerjanya karena ia mampu menjadikan Persib sebagai runner up di 2 turnamen terakhir.
Persepakbolaan Indonesia bukan seperti Spanyol yang melulu soal Barcelona dan Real Madrid. Tetapi Indonesia seperti Liga Inggris yang setiap tahunnya berganti juara. Prestasi di sepak bola bukan instan. Sebut saja mie goreng, walau dia disebut makanan siap saji tapi tetap butuh proses yaitu adanya perebusan dan penggorengan. Yang harus kita lakukan adalah mendukung dan berdoa untuk kebaikan Persib. Boleh kita memberi kritikan tapi setidaknya kita tahu susahnya persepakbolaan Indonesia yang sengit.
Bobotoh Harus tetap jadi supporter terbaik. Tetap maju pantang mundur sib. WE WILL STAY BEHIND YOU!
Ditulis oleh @zidan_muzaki

piala jendral sudirman meureun nu teu lolos grup mah hehe
of course, mantep ieu curhatan bobotoh anu masih sakola SMP tea, sagala ge butuh proses, geuning hayang sakola anu luhur ge ayeuna kudu SMP heula nya jang :D, salam oge nya ka apa ti uwa kituh 😀
Satuju…tos teu pira ge eleh turnamen…lain rejeki urng lurd
Hayu urng sasarengan ngdukung Persib di kompetisi ISC
Insya Allah juara deui
Hebat ah Zidan
maksud saya piala jenderal sudirman.. maaf salah ketik hehehe
Keren, smp keneh geus dewasa jang….. lanjutkan
ieu gara2 aya oknum bobotoh nu nabrak budak leutik tepikeun diamputasi, jadi weh eleh
astafirulloh alazim
Caya dan
Tah ieu nu ngarana bobotoh cerdas. Nembe smp tapi tos dewasa,teu kawas oknum bobotoh nu lain nu nyahona instan hayang juara,nu bisana mencaci tapi teu bisa mere solusi. Sae tulisanna kasep,sok sakola sing luhur jeung tong hilap kana agama