Prihatin Lihat Bekas Tim, Yaris Ingin Kompetisi Terlaksana
Friday, 11 December 2015 | 15:17
Menaruh banyak perhatian pada bobroknya sepak bola Indonesia saat ini, mantan gelandang Persib Yaris Riyadi cukup prihatin dengan kondisi seputar olahraga yang banyak diminati masyarakat ini. Persoalan dan janji beberapa penguasa untuk memajukan sepak bola tak juga menemui hasilnya, terkesan mengambang, dan tak bertindak cepat untuk memikirkan nasib pelaku sepak bola di tanah air.
Polemik ini diprediksi Yaris Riyadi akan berlangsung lama. Kini tim-tim profesional di Indonesia hanya mengandalkan turnamen dan turnamen yang tidak tentu akan pelaksanaannya. Sifat turnamen yang hanya digelar beberapa minggu saja dianggap tidak kompetitif sekelas kompetisi satu musim penuh.
“Disayangkan (polemik sepak bola Indonesia) soalnya kita ingin kompetisi bukan turnamen. Ini kan turnamen untuk sementara waktu, kalau kompetisi setiap tahun direncanakan. Untuk tim-tim sekaarng kayanya enggak semua betul-betul kaya kompetisi,” paparnya saat ditemui belum lama ini.
Kejelasan kontrak pemain melalui manajemen pun dinilai tidak tentu. Setelah turnamen selesai nasib pemain menjadi bebas transfer membuat sang pemain kebingungan meneruskan nasibnya. “Sangat disayangkan pemain abis turnamen selesai kan bingung mau gimana lagi. Sedangkan kalau kompetisi setiap tahun ada kan ada kepastian,” ulasnya.
Kompetisi utuh membuat rasa dan nasib pelaku sepak bola menjadi lebih pasti. Keterikatan tim kepada pemain cukup penting yang mempengaruhi kinerja pemain saat di lapangan. Maka, hal lumrah lah bila baru-baru ini pemain Persib menuntut adanya kontrak dari manajemen.
“Mungkin ada pengaruhnya, pemain pemain itu lebih terikat, keterikatan itu kalau ada apa-apa jadi enggak takut si pemain, bedalah kalau turnamen itu enggak diharapkan, Kompetisi itu sifatnya lebih profesional ada jaminan keselamat, kesehatan pula,” imbuhnya.
Dampak sikap dua kubu yang tak bertanggung jawab ini meluber kepada Timnas Indonesia. Sepak bola Indonesia menjadi rendah di mata FIFA dan AFC. Bahkan perhelatan Liga Champions Asia (LCA) dan Asian Football
Confederation (AFC) musim 2016 dipastikan tanpa ada perwakilan dari negara Indonesia.
“Otomatis ke pemain dan tim pengaruh, Timnas ada pengaruhnya. Intinya kompetisi resmi dan sah memang harus ada,” bebernya.
Tak salah memang kini banyak punggawa Persib yang harus berlarian ke tim lain di Liga Malaysia. Makan Konate ke T-Team, Ilija Spasojevic ke Melaka United. Firman Utina dan Abdul Rahman pun sudah berpamitan meninggal tim yang sukses dibawainya juara.
“Pasti pengaruh, pemain Persib banyak pergi kemarin, intinya tinm Persib sangat disayangkan kondisi ini. Untuk Menpora harus lebih ada jalan terbaik seperti apa kedepannya,” pungkas Yaris.

Menaruh banyak perhatian pada bobroknya sepak bola Indonesia saat ini, mantan gelandang Persib Yaris Riyadi cukup prihatin dengan kondisi seputar olahraga yang banyak diminati masyarakat ini. Persoalan dan janji beberapa penguasa untuk memajukan sepak bola tak juga menemui hasilnya, terkesan mengambang, dan tak bertindak cepat untuk memikirkan nasib pelaku sepak bola di tanah air.
Polemik ini diprediksi Yaris Riyadi akan berlangsung lama. Kini tim-tim profesional di Indonesia hanya mengandalkan turnamen dan turnamen yang tidak tentu akan pelaksanaannya. Sifat turnamen yang hanya digelar beberapa minggu saja dianggap tidak kompetitif sekelas kompetisi satu musim penuh.
“Disayangkan (polemik sepak bola Indonesia) soalnya kita ingin kompetisi bukan turnamen. Ini kan turnamen untuk sementara waktu, kalau kompetisi setiap tahun direncanakan. Untuk tim-tim sekaarng kayanya enggak semua betul-betul kaya kompetisi,” paparnya saat ditemui belum lama ini.
Kejelasan kontrak pemain melalui manajemen pun dinilai tidak tentu. Setelah turnamen selesai nasib pemain menjadi bebas transfer membuat sang pemain kebingungan meneruskan nasibnya. “Sangat disayangkan pemain abis turnamen selesai kan bingung mau gimana lagi. Sedangkan kalau kompetisi setiap tahun ada kan ada kepastian,” ulasnya.
Kompetisi utuh membuat rasa dan nasib pelaku sepak bola menjadi lebih pasti. Keterikatan tim kepada pemain cukup penting yang mempengaruhi kinerja pemain saat di lapangan. Maka, hal lumrah lah bila baru-baru ini pemain Persib menuntut adanya kontrak dari manajemen.
“Mungkin ada pengaruhnya, pemain pemain itu lebih terikat, keterikatan itu kalau ada apa-apa jadi enggak takut si pemain, bedalah kalau turnamen itu enggak diharapkan, Kompetisi itu sifatnya lebih profesional ada jaminan keselamat, kesehatan pula,” imbuhnya.
Dampak sikap dua kubu yang tak bertanggung jawab ini meluber kepada Timnas Indonesia. Sepak bola Indonesia menjadi rendah di mata FIFA dan AFC. Bahkan perhelatan Liga Champions Asia (LCA) dan Asian Football
Confederation (AFC) musim 2016 dipastikan tanpa ada perwakilan dari negara Indonesia.
“Otomatis ke pemain dan tim pengaruh, Timnas ada pengaruhnya. Intinya kompetisi resmi dan sah memang harus ada,” bebernya.
Tak salah memang kini banyak punggawa Persib yang harus berlarian ke tim lain di Liga Malaysia. Makan Konate ke T-Team, Ilija Spasojevic ke Melaka United. Firman Utina dan Abdul Rahman pun sudah berpamitan meninggal tim yang sukses dibawainya juara.
“Pasti pengaruh, pemain Persib banyak pergi kemarin, intinya tinm Persib sangat disayangkan kondisi ini. Untuk Menpora harus lebih ada jalan terbaik seperti apa kedepannya,” pungkas Yaris.
