PERSIB Tidak Boleh “Plat Merah” Kembali!
Sunday, 08 August 2010 | 10:26Penulis: Syahrul Barkah
Artikel ini saya buat untuk mengomentari berita yang diterbitkan Tabloid SPIRIT (Tabloid Khusus PERSIB dan Olah Raga Jawa Barat) edisi 7, 6-19 Agutus 2010 yang dimiliki salah satu organisasi supporter (Bobotoh) PERSIB. Sebelum saya mengupas inti dari artikel saya ini, saya akan mengutip sedikit beritanya di Tabloid SPIRIT tersebut berjudul “PERSIB APBD Lagi?”
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat edaran yang memperbolehkan Pemda di tingkat kota/kabupaten dan provinsi untuk mengeluarkan APBD bagi pengembangan tim sepak bola daerah masing-masing. Hal ini merupakan sikap Presiden pasca Kongres Sepakbola Nasional (KSN) beberapa waktu lalu di Malang.
“Memang kalau ada APBD akan meringankan, terutama untuk belanja pemain. Tapi kita tidak mau terlalu tergantung. karena khawatir menimbulkan polemik. Tetap saja kita kan sudah profesional, jadi harus mencari sponsor APBD sifatnya hanya back up saja,” ujar Haji Umuh, Manajer sekaligus Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB).
“Kita harus tunjukkan bahwa kita bisa profesional. Bahkan kalau bisa tanpa APBD itu kan lebih bagus. Saya tetap berharap bahwa PERSIB bisa menjadi tim profesional, baik lewat prestasi maupun lewat finansial (keuangan)”, kata Wagub Jawa Barat, Dede Yusuf.
Membaca berita tersebut, jujur saya hanya bisa terdiam dan bertanya dalam hati saya sendiri, “Apa maksud dari turunnya surat edaran Presiden melalui Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat edaran yang memperbolehkan Pemda di tingkat kota/kabupaten dan provinsi untuk mengeluarkan APBD bagi pengembangan tim sepak bola daerah masing-masing ini? Bukankah PSSI melalui PT Liga Indonesia merubah “judul” Liga Indonesia menjadi Indonesia Super League yang sudah berjalan dua musim ini ingin menjadikan sepakbola Indonesia profesional seperti Liga-Liga Sepakbola di Eropa? Lalu bagaimana dengan tim kesayangan kita PERSIB melangkah? Apakah tetap yang sekarang sudah profesional atau kembali ke “Plat Merah” (memakai APBD) kembali?”
Seperti yang kita ketahui, di Indonesia Super League 2009/2010 kemarin, hanya ada dua tim yaitu PERSIB Bandung dan Arema yang sudah profesional (non APBD), meskipun sampai sekarang saya juga masih bertanya-tanya apakah benar Arema murni non APBD karena setiap laga kandangnya ada papan sponsor bertuliskan “PEMKAB MALANG”. Kemudian 16 tim lainnya di ISL 2009/2010 masih ada yang beberapa persen Profesional + APBD bahkan masih ada yang 100% APBD meskipun berbentuk PT (Perseroan Terbatas).
Selama saya kuliah dua tahun (baru empat semester, memasuki semester ke lima) di Pendidikan Ekonomi Akuntansi sebuah universitas swasta di bilangan Taman Sari, Kota Bandung, yang namanya PT (Perseroan Terbatas) pengertiannya adalah “Sebuah badan usaha yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan (laba) sebesar-besarnya”. Lalu ke 16 tim kontestan ISL 2009/2010 kemarin baik yang masih sebagian persen bahkan ada yang masih 100% APBD itu dikatakan apa meskipun sudah berbentuk PT? Apakah PT APBD “Nama Timnya” atau PT Uang Rakyat “Nama Timnya”. Yang namanya PT (Perseroan Terbatas) itu harus murni Non APBD (kecuali Perusahan BUMN dan Daerah). Tidak boleh satu rupiah pun uang rakyat ada dalam PT tersebut.
Tetapi apa nyatanya sekarang? Tim-tim mereka merubah judul uang APBD tersebut adalah “hibah (pemberian)” dari pemerintah daerahnya. Hibah? Memang di dalam sistem finansial PT (Perseroan Terbatas) mengenal istilah hibah? Yang namanya PT, satu rupiah pun dikatakan “modal” yang bermuara pada satu tahun kalender (kalau di PT di sepakbola mungkin satu musim) hasilnya adalah laba atau keuntungan si investor-investor tersebut.
LALU PERSIB INGIN DIBAWA KEMANA? APAKAH TETAP YANG SEKARANG SUDAH PROFESIONAL ATAU KEMBALI KE “PLAT MERAH”?
Saya dan jutaan Bobotoh SaAlam Dunya mungkin sangat setuju PERSIB harus tetap profesional, tidak boleh “Plat Merah” kembali! Kenapa? Benar kata Bapak Haji Umuh, “khawatir menimbulkan polemik” di kemudian hari. PERSIB sebagai salah satu tim tertua dan disegani di kancah persepakbolaan negeri ini sudah waktunya harus profesional tidak boleh memakai uang rakyat kembali.
LALU BAGAIMANA YANG KATANYA PERSIB MERUGI Rp. 13 MILYAR ISL 2009/2010 KEMARIN?
Seperti yang kita ketahui dari pemberitaan media masa dan website-website yang memberitakan PERSIB kemarin, pada ISL 2009/2010 kemarin PERSIB dipinjamkan dana segar dari konsorsium-konsorsium yang melekat penuh pada apparel (kaos tim) sebesar Rp. 20 Milyar dan merugi sekitar Rp 13 Milyar. Kalau dihitung-hitung, berarti PERSIB hanya memperoleh keuntungan Rp. 7 Milyar dalam satu musim yang seperti kitahui hanya dari penjualan tiket kandang, penjualan Jersey Original PERSIB diakhir musim dan usaha-usaha lain yang kita tidak semua ketahui.
LALU SOLUSINYA APA UNTUK MENGGENJOT PEMASUKAN TIM AGAR TIDAK MENJADI TIM “PLAT MERAH”?
Saya mempunyai beberapa ide atau solusi untuk menggenjot pemasukan tim agar hutang Rp. 13 Milyar tersebut terlunasi:
1. Tiketing
Dalam hal ini panpel PERSIB harus tegas kepada oknum-oknum Bobotoh yang sering masuk ke dalam stadion tanpa membeli tiket, supaya kebocoran penghasilan dari tiket ini tidak terjadi kembali. Bahkan sering saya melihat sendiri karena hampir semua pertandingan kandang PERSIB saya tidak pernah absen, melihat oknum aparat yang memperbolehkan satu tiket untuk dua penonton bahkan hingga lima. Dan ada juga oknum aparat yang masih bisa disogok atau istilahnya “uang rokok” dari oknum Bobotoh juga.
Usul saya, di setiap sudut pintu masuk, minimal lima orang dari panpel yang terpercaya, tegas dan kalau perlu disumpah agar takut dosa jika memasukkan oknum Bobotoh yang tidak mempunyai tiket, masuk dalam stadion. Dan yang terpenting, tiket harus disobek. Sedangkan aparat hanyalah sebagai patugas pengamanan saja, bukan malah petugas penyobek tiket. Dari Bobotoh juga harus sadar sesadar-sadarnya untuk membeli tiket. Karena dengan tiket tersebut, kita turut memberikan pemasukan kepada PERSIB tercinta.
2. Distro
Seperti artikel ke dua saya kemarin yang membahas tentang “Sudah Waktunya PERSIB memiliki Official Distro Sebagai Pemasukan Tim”, saya mengkritik janji Manajemen PERSIB yang katanya ingin membuat Original Distro PERSIB, tetapi sampai sekarang belum terlaksana. Kemudian penjualan merchandise dan jersey PERSIB yang dijual bebas di website-website, distro-distro bermodal yang lumayan, dan penjualan secara Online lainnya milik Bobotoh turut ikut menyisihkan keuntungannya (minimal 5%) untuk pemasukan PERSIB. Bagaimana caranya?
Manajemen PERSIB dalam hal ini PT PBB menawarkan HANG TAG secara terbuka kepada website-website, distro-distro bermodal yang lumayan, dan penjualan secara Online lainnya milik Bobotoh. Dalam pengerjaannya, biarlah Original Distro PERSIB (jika sudah ada nanti) dan lainnya tersebut berjalan bersama-sama, dengan PT PBB menawarkan HANG TAG (sertifikat original PT PBB) minimal 5% keuntungan mereka berjualan. Karena tidak bisa dipungkiri, penjualan merchandise atau jersey yang dijual tersebut adalah kreatifitas anak muda Bobotoh dalam bidang clothing.
Bisa dibayangkan, berapa Milyar pemasukan dari distro asli buatan PT PBB dan lainnya tersebut (yang memiliki HANG TAG) untuk PERSIB saja? Saya memperkirakan bisa hingga Rp. 10 Milyar per musim. Tapi dengan catatan, clothing yang dijual baik sevara langsung maupun online tersebut semuanya memiliki HANG TAG dan jujur dalam pengelolaannya.
Saya yakin dan percaya, semuanya akan laris karena HANG TAG tersebut dan bangga memakai merchandise atau jersey di dalam stadion maupun di luar stadion stadion dengan bangga Bobotoh tersebut berbicara “Yeuh.. acuk aing original PERSIB aya HANG TAG na, berati aing geus mere artos/pemasukan kanggo PERSIB”
PERSIB kesayangan jutaan Bobotoh, kamu harus tetap menjadi tim profesional tidak boleh “Plat Merah” kembali.
PERSIB kesayangan jutaan Bobotoh, kamu harus berkreatif dan inovatif untuk memperkuat pundi-pundi finansial mengarungi samudera kompetisi keras yang akan kau hadapi satu bulan lagi.
Pendapat yang dinyatakan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, dan tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

Penulis: Syahrul Barkah
Artikel ini saya buat untuk mengomentari berita yang diterbitkan Tabloid SPIRIT (Tabloid Khusus PERSIB dan Olah Raga Jawa Barat) edisi 7, 6-19 Agutus 2010 yang dimiliki salah satu organisasi supporter (Bobotoh) PERSIB. Sebelum saya mengupas inti dari artikel saya ini, saya akan mengutip sedikit beritanya di Tabloid SPIRIT tersebut berjudul “PERSIB APBD Lagi?”
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat edaran yang memperbolehkan Pemda di tingkat kota/kabupaten dan provinsi untuk mengeluarkan APBD bagi pengembangan tim sepak bola daerah masing-masing. Hal ini merupakan sikap Presiden pasca Kongres Sepakbola Nasional (KSN) beberapa waktu lalu di Malang.
“Memang kalau ada APBD akan meringankan, terutama untuk belanja pemain. Tapi kita tidak mau terlalu tergantung. karena khawatir menimbulkan polemik. Tetap saja kita kan sudah profesional, jadi harus mencari sponsor APBD sifatnya hanya back up saja,” ujar Haji Umuh, Manajer sekaligus Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PT. PBB).
“Kita harus tunjukkan bahwa kita bisa profesional. Bahkan kalau bisa tanpa APBD itu kan lebih bagus. Saya tetap berharap bahwa PERSIB bisa menjadi tim profesional, baik lewat prestasi maupun lewat finansial (keuangan)”, kata Wagub Jawa Barat, Dede Yusuf.
Membaca berita tersebut, jujur saya hanya bisa terdiam dan bertanya dalam hati saya sendiri, “Apa maksud dari turunnya surat edaran Presiden melalui Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat edaran yang memperbolehkan Pemda di tingkat kota/kabupaten dan provinsi untuk mengeluarkan APBD bagi pengembangan tim sepak bola daerah masing-masing ini? Bukankah PSSI melalui PT Liga Indonesia merubah “judul” Liga Indonesia menjadi Indonesia Super League yang sudah berjalan dua musim ini ingin menjadikan sepakbola Indonesia profesional seperti Liga-Liga Sepakbola di Eropa? Lalu bagaimana dengan tim kesayangan kita PERSIB melangkah? Apakah tetap yang sekarang sudah profesional atau kembali ke “Plat Merah” (memakai APBD) kembali?”
Seperti yang kita ketahui, di Indonesia Super League 2009/2010 kemarin, hanya ada dua tim yaitu PERSIB Bandung dan Arema yang sudah profesional (non APBD), meskipun sampai sekarang saya juga masih bertanya-tanya apakah benar Arema murni non APBD karena setiap laga kandangnya ada papan sponsor bertuliskan “PEMKAB MALANG”. Kemudian 16 tim lainnya di ISL 2009/2010 masih ada yang beberapa persen Profesional + APBD bahkan masih ada yang 100% APBD meskipun berbentuk PT (Perseroan Terbatas).
Selama saya kuliah dua tahun (baru empat semester, memasuki semester ke lima) di Pendidikan Ekonomi Akuntansi sebuah universitas swasta di bilangan Taman Sari, Kota Bandung, yang namanya PT (Perseroan Terbatas) pengertiannya adalah “Sebuah badan usaha yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan (laba) sebesar-besarnya”. Lalu ke 16 tim kontestan ISL 2009/2010 kemarin baik yang masih sebagian persen bahkan ada yang masih 100% APBD itu dikatakan apa meskipun sudah berbentuk PT? Apakah PT APBD “Nama Timnya” atau PT Uang Rakyat “Nama Timnya”. Yang namanya PT (Perseroan Terbatas) itu harus murni Non APBD (kecuali Perusahan BUMN dan Daerah). Tidak boleh satu rupiah pun uang rakyat ada dalam PT tersebut.
Tetapi apa nyatanya sekarang? Tim-tim mereka merubah judul uang APBD tersebut adalah “hibah (pemberian)” dari pemerintah daerahnya. Hibah? Memang di dalam sistem finansial PT (Perseroan Terbatas) mengenal istilah hibah? Yang namanya PT, satu rupiah pun dikatakan “modal” yang bermuara pada satu tahun kalender (kalau di PT di sepakbola mungkin satu musim) hasilnya adalah laba atau keuntungan si investor-investor tersebut.
LALU PERSIB INGIN DIBAWA KEMANA? APAKAH TETAP YANG SEKARANG SUDAH PROFESIONAL ATAU KEMBALI KE “PLAT MERAH”?
Saya dan jutaan Bobotoh SaAlam Dunya mungkin sangat setuju PERSIB harus tetap profesional, tidak boleh “Plat Merah” kembali! Kenapa? Benar kata Bapak Haji Umuh, “khawatir menimbulkan polemik” di kemudian hari. PERSIB sebagai salah satu tim tertua dan disegani di kancah persepakbolaan negeri ini sudah waktunya harus profesional tidak boleh memakai uang rakyat kembali.
LALU BAGAIMANA YANG KATANYA PERSIB MERUGI Rp. 13 MILYAR ISL 2009/2010 KEMARIN?
Seperti yang kita ketahui dari pemberitaan media masa dan website-website yang memberitakan PERSIB kemarin, pada ISL 2009/2010 kemarin PERSIB dipinjamkan dana segar dari konsorsium-konsorsium yang melekat penuh pada apparel (kaos tim) sebesar Rp. 20 Milyar dan merugi sekitar Rp 13 Milyar. Kalau dihitung-hitung, berarti PERSIB hanya memperoleh keuntungan Rp. 7 Milyar dalam satu musim yang seperti kitahui hanya dari penjualan tiket kandang, penjualan Jersey Original PERSIB diakhir musim dan usaha-usaha lain yang kita tidak semua ketahui.
LALU SOLUSINYA APA UNTUK MENGGENJOT PEMASUKAN TIM AGAR TIDAK MENJADI TIM “PLAT MERAH”?
Saya mempunyai beberapa ide atau solusi untuk menggenjot pemasukan tim agar hutang Rp. 13 Milyar tersebut terlunasi:
1. Tiketing
Dalam hal ini panpel PERSIB harus tegas kepada oknum-oknum Bobotoh yang sering masuk ke dalam stadion tanpa membeli tiket, supaya kebocoran penghasilan dari tiket ini tidak terjadi kembali. Bahkan sering saya melihat sendiri karena hampir semua pertandingan kandang PERSIB saya tidak pernah absen, melihat oknum aparat yang memperbolehkan satu tiket untuk dua penonton bahkan hingga lima. Dan ada juga oknum aparat yang masih bisa disogok atau istilahnya “uang rokok” dari oknum Bobotoh juga.
Usul saya, di setiap sudut pintu masuk, minimal lima orang dari panpel yang terpercaya, tegas dan kalau perlu disumpah agar takut dosa jika memasukkan oknum Bobotoh yang tidak mempunyai tiket, masuk dalam stadion. Dan yang terpenting, tiket harus disobek. Sedangkan aparat hanyalah sebagai patugas pengamanan saja, bukan malah petugas penyobek tiket. Dari Bobotoh juga harus sadar sesadar-sadarnya untuk membeli tiket. Karena dengan tiket tersebut, kita turut memberikan pemasukan kepada PERSIB tercinta.
2. Distro
Seperti artikel ke dua saya kemarin yang membahas tentang “Sudah Waktunya PERSIB memiliki Official Distro Sebagai Pemasukan Tim”, saya mengkritik janji Manajemen PERSIB yang katanya ingin membuat Original Distro PERSIB, tetapi sampai sekarang belum terlaksana. Kemudian penjualan merchandise dan jersey PERSIB yang dijual bebas di website-website, distro-distro bermodal yang lumayan, dan penjualan secara Online lainnya milik Bobotoh turut ikut menyisihkan keuntungannya (minimal 5%) untuk pemasukan PERSIB. Bagaimana caranya?
Manajemen PERSIB dalam hal ini PT PBB menawarkan HANG TAG secara terbuka kepada website-website, distro-distro bermodal yang lumayan, dan penjualan secara Online lainnya milik Bobotoh. Dalam pengerjaannya, biarlah Original Distro PERSIB (jika sudah ada nanti) dan lainnya tersebut berjalan bersama-sama, dengan PT PBB menawarkan HANG TAG (sertifikat original PT PBB) minimal 5% keuntungan mereka berjualan. Karena tidak bisa dipungkiri, penjualan merchandise atau jersey yang dijual tersebut adalah kreatifitas anak muda Bobotoh dalam bidang clothing.
Bisa dibayangkan, berapa Milyar pemasukan dari distro asli buatan PT PBB dan lainnya tersebut (yang memiliki HANG TAG) untuk PERSIB saja? Saya memperkirakan bisa hingga Rp. 10 Milyar per musim. Tapi dengan catatan, clothing yang dijual baik sevara langsung maupun online tersebut semuanya memiliki HANG TAG dan jujur dalam pengelolaannya.
Saya yakin dan percaya, semuanya akan laris karena HANG TAG tersebut dan bangga memakai merchandise atau jersey di dalam stadion maupun di luar stadion stadion dengan bangga Bobotoh tersebut berbicara “Yeuh.. acuk aing original PERSIB aya HANG TAG na, berati aing geus mere artos/pemasukan kanggo PERSIB”
PERSIB kesayangan jutaan Bobotoh, kamu harus tetap menjadi tim profesional tidak boleh “Plat Merah” kembali.
PERSIB kesayangan jutaan Bobotoh, kamu harus berkreatif dan inovatif untuk memperkuat pundi-pundi finansial mengarungi samudera kompetisi keras yang akan kau hadapi satu bulan lagi.
Pendapat yang dinyatakan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, dan tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
