Persib Tak Bisa Jiplak Konsep Feeder Club Tim Eropa
Monday, 10 June 2019 | 19:58
Persib Bandung membangun tim satelit dengan mengakuisisi klub kontestan Liga 2, Blitar United. Nantinya, tim yang dinamakan Persib B ini akan menjadi sarana pemain muda mematangkan cara bermain mereka. Robert Rene Alberts pun mendukung dibentuknya feeder club ini.
Menurutnya kerjasama satu klub dengan klub lain merupakan hal yang lumrah terutama di Eropa. Meski demikian ia menolak jika Persib harus meniru konsep feeder club klub luar. “Saya tidak berpikir Persib perlu mengikuti tim lain di Eropa, karena ada perbedaan sistem,” kata Robert saat diwawancara, Senin (10/6).
Kebanyakan klub luar negeri terutama Eropa menjalin kerjasama dengan banyak klub negara lain. Itu membuka peluang dari klub tersebut untuk meminang bakat bertalenta dari tim rekanannya. Biasanya opsi pertama dimiliki oleh klub yang bermitra.
Konsep lain dari feeder club di tim elit Eropa adalah sebagai kawah candradimuka para pemain belia. Ketika pemain potensial butuh jam terbang bermain di level teratas mereka dipinjamkan menuju tim satelit di liga lain.
“Klub-klub di Eropa bekerjasama dengan beberapa klub dan saat mereka mendapat talenta dari luar tapi belum siap diturunkan, mereka dipinjamkan ke klub satelit di luar negeri,” kata pria asal Belanda ini
“Contohnya Ajax yang bekerjasama dengan klub dari Skandinavia. Jadi klub bisa memantau pemainnya dengan status pinjaman lalu menariknya kembali ke tim (jika sudah siap),” lanjut Robert.
Sedangkan bagi Persib, mereka butuh klub yang menampung bakat-bakat Jawa Barat untuk tampil di kompetisi. Maka dari itu dia menolak jika harus meniru konsep dari Jong Ajax atau tim dari negara lain. Menurutnya situasi Indonesia membuat dia beserta manajemen membuat konsep yang berbeda.
“Situasinya, kami tak bisa meniru dari negara lain. Indonesia mempunyai keunikan tersendiri, jadi kami mengembangkan dengan sistem sendiri,” tutur pelatih yang sudah cukup berpengalaman dalam dunia kepelatihan ini.
“Tapi tentunya melihat contoh dari klub Spanyol, Belanda atau Inggris dan itu normal karena liga mereka yang terdepan. Tapi tidak bisa seutuhnya meniru karena keadaaannya juga berbeda,” pungkasnya.

Persib Bandung membangun tim satelit dengan mengakuisisi klub kontestan Liga 2, Blitar United. Nantinya, tim yang dinamakan Persib B ini akan menjadi sarana pemain muda mematangkan cara bermain mereka. Robert Rene Alberts pun mendukung dibentuknya feeder club ini.
Menurutnya kerjasama satu klub dengan klub lain merupakan hal yang lumrah terutama di Eropa. Meski demikian ia menolak jika Persib harus meniru konsep feeder club klub luar. “Saya tidak berpikir Persib perlu mengikuti tim lain di Eropa, karena ada perbedaan sistem,” kata Robert saat diwawancara, Senin (10/6).
Kebanyakan klub luar negeri terutama Eropa menjalin kerjasama dengan banyak klub negara lain. Itu membuka peluang dari klub tersebut untuk meminang bakat bertalenta dari tim rekanannya. Biasanya opsi pertama dimiliki oleh klub yang bermitra.
Konsep lain dari feeder club di tim elit Eropa adalah sebagai kawah candradimuka para pemain belia. Ketika pemain potensial butuh jam terbang bermain di level teratas mereka dipinjamkan menuju tim satelit di liga lain.
“Klub-klub di Eropa bekerjasama dengan beberapa klub dan saat mereka mendapat talenta dari luar tapi belum siap diturunkan, mereka dipinjamkan ke klub satelit di luar negeri,” kata pria asal Belanda ini
“Contohnya Ajax yang bekerjasama dengan klub dari Skandinavia. Jadi klub bisa memantau pemainnya dengan status pinjaman lalu menariknya kembali ke tim (jika sudah siap),” lanjut Robert.
Sedangkan bagi Persib, mereka butuh klub yang menampung bakat-bakat Jawa Barat untuk tampil di kompetisi. Maka dari itu dia menolak jika harus meniru konsep dari Jong Ajax atau tim dari negara lain. Menurutnya situasi Indonesia membuat dia beserta manajemen membuat konsep yang berbeda.
“Situasinya, kami tak bisa meniru dari negara lain. Indonesia mempunyai keunikan tersendiri, jadi kami mengembangkan dengan sistem sendiri,” tutur pelatih yang sudah cukup berpengalaman dalam dunia kepelatihan ini.
“Tapi tentunya melihat contoh dari klub Spanyol, Belanda atau Inggris dan itu normal karena liga mereka yang terdepan. Tapi tidak bisa seutuhnya meniru karena keadaaannya juga berbeda,” pungkasnya.

Ti urang, ku urang, jang urang….