Persib di Piala Jenderal Sudirman, di Ambang Karam (Bagian I)
Saturday, 13 June 2020 | 17:48
Euforia kemenangan Piala Presiden (10 Oktober 2015) masih dirasakan, ketika itu Persib menjadi klub tak terhentikan meraih gelar di dua musim berturut-turut–selain juara Indonesia Super League (ISL) 2014. Memang Piala Presiden adalah ajang kelas turnamen, namun gengsi yang luar biasa mengingat di tahun itu kompetisi ditiadakan karena perseturuan PSSI dan Menpora.
Juara tersebut bagaikan menjuarai liga, Persib diarak keliling Kota Bandung mengulangi kejayaan di 2014. Tetapi rupanya juara tersebut menjadi euforia terakhir yang Persib dapatkan. Babak baru dimulai segera dimulai, tak ada yang tahu skuad juara Maung Bandung bagai kapal diambang karam.
Vladimir Vujovic memutuskan pulang kampung ke Montenegro mengingat ketidakjelasan Liga Indonesia karena dibanned FIFA. Para pemain yang membutuhkan pemasukan untuk melanjutkan hidup, secara sembunyi-sembunyi menjalani pertandingan tarkam di kampung-kampung. Seperti yang dilakukan Zulham Zamrun di Turnamen Habibie Cup.
Persib dihadapkan kembali kepada sebuah turnamen yang diadakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bertajuk Piala Jenderal Sudirman, kick-off kurang lebih sebulan pasca Persib menjadi juara. Manajemen dan pelatih bergegas menghubungi para pemain yang rata-rata dalam keadaan wait and see.
Persiapan Persib di Piala Jenderal Sudirman terbilang tak ideal. Mereka datang ke Surabaya tempat dihelat pertandingan dalam komposisi pemain tidak lengkap. Janur bahkan mencomot pemain dari tim usia muda Persib Febri Hariyadi dan Gian Zola disamping pemenuhan kewajiban memainkan pemain muda di turnamen tersebut.
Janur menjatuhkan keputusan untuk mendaftarkan bek asing asal Kamerun David Pagbe sebagai pengganti Vladimir Vujovic di lini pertahanan. Persib juga kehilangan Muhammad Ridwan yang beristirahat untuk pemulihan cedera telapak kaki. Zulham Zamrun yang memaksakan ikut tak bisa berkontribusi banyak atas cedera lutut yang ia dapat di Habibie Cup.
Ya Maung Bandung tak begitu siap, namun memaksa berpartisipasi pada ajang Piala Jenderal Sudirman. Kurang motivasi tidak seperti optimisme di ajang Piala Presiden. Janur sempat menyebut berat.
Lawan terbesar mereka saat itu justru adalah diri sendiri. Menyudahi dahaga gelar Atep cs. seakan telah puas. Capaian tinggi, puncak karier, lalu apalagi yang harus mereka wujudkan? Hujan pun akan ada redanya.

Euforia kemenangan Piala Presiden (10 Oktober 2015) masih dirasakan, ketika itu Persib menjadi klub tak terhentikan meraih gelar di dua musim berturut-turut–selain juara Indonesia Super League (ISL) 2014. Memang Piala Presiden adalah ajang kelas turnamen, namun gengsi yang luar biasa mengingat di tahun itu kompetisi ditiadakan karena perseturuan PSSI dan Menpora.
Juara tersebut bagaikan menjuarai liga, Persib diarak keliling Kota Bandung mengulangi kejayaan di 2014. Tetapi rupanya juara tersebut menjadi euforia terakhir yang Persib dapatkan. Babak baru dimulai segera dimulai, tak ada yang tahu skuad juara Maung Bandung bagai kapal diambang karam.
Vladimir Vujovic memutuskan pulang kampung ke Montenegro mengingat ketidakjelasan Liga Indonesia karena dibanned FIFA. Para pemain yang membutuhkan pemasukan untuk melanjutkan hidup, secara sembunyi-sembunyi menjalani pertandingan tarkam di kampung-kampung. Seperti yang dilakukan Zulham Zamrun di Turnamen Habibie Cup.
Persib dihadapkan kembali kepada sebuah turnamen yang diadakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bertajuk Piala Jenderal Sudirman, kick-off kurang lebih sebulan pasca Persib menjadi juara. Manajemen dan pelatih bergegas menghubungi para pemain yang rata-rata dalam keadaan wait and see.
Persiapan Persib di Piala Jenderal Sudirman terbilang tak ideal. Mereka datang ke Surabaya tempat dihelat pertandingan dalam komposisi pemain tidak lengkap. Janur bahkan mencomot pemain dari tim usia muda Persib Febri Hariyadi dan Gian Zola disamping pemenuhan kewajiban memainkan pemain muda di turnamen tersebut.
Janur menjatuhkan keputusan untuk mendaftarkan bek asing asal Kamerun David Pagbe sebagai pengganti Vladimir Vujovic di lini pertahanan. Persib juga kehilangan Muhammad Ridwan yang beristirahat untuk pemulihan cedera telapak kaki. Zulham Zamrun yang memaksakan ikut tak bisa berkontribusi banyak atas cedera lutut yang ia dapat di Habibie Cup.
Ya Maung Bandung tak begitu siap, namun memaksa berpartisipasi pada ajang Piala Jenderal Sudirman. Kurang motivasi tidak seperti optimisme di ajang Piala Presiden. Janur sempat menyebut berat.
Lawan terbesar mereka saat itu justru adalah diri sendiri. Menyudahi dahaga gelar Atep cs. seakan telah puas. Capaian tinggi, puncak karier, lalu apalagi yang harus mereka wujudkan? Hujan pun akan ada redanya.
