Persatuan Sepakbola Imbang Bandung
Sunday, 03 October 2021 | 19:29
Pada dasarnya sepak bola adalah hiburan untuk melepas penat dari segala rutinitas harian yang menjengkelkan ataupun membosankan bagi para penonton insan bola. Terutama bagi pendukung sebuah kesebelasan tertentu sepak bola sudah tak lagi sebagai hiburan , tapi berubah jadi sebuah fanatisme yang bisa membuat atau menentukan mood mereka dalam kehidupan.
Ada sebuah kepuasan, ketenangan dan kebahagiaan ketika melihat tim kesayangannya menang dalam sebuah laga atau bahkan mungkin sampai jadi juara entah itu liga , turnamen dan segala macamnya. Tapi yang saya sebutkan di atas adalah sebuah hasil akhir.
Sebuah kemenangan tentu berharga dan memberikan rasa senang bagi kelompok suporter, tapi yang lebih penting dari itu semua adalah bagaimana cara sebuah tim memenangkan sebuah pertandingan alias proses pada saat mereka meraih kemenangan tersebut. Di dalamnya tentu ada andil dari seorang pelatih melalui skema yang ia buat agar tim memperlihatkan permainan yang ciamik, tak hanya menghibur dari sisi entertainment, tapi juga bisa memberi decak kagum dari pendukung tim sendiri juga lawan.
Rasanya hal itulah yang kini hilang dari Persib Bandung. Sebuah tim besar yang mempunyai sejarah panjang, tim yang selalu tak surut dukungan moral maupun finansial. Dengan berbekal apa yang Persib punya sekarang (base suporter, finansial yang sehat) ini rasanya di atas kertas tak sulit jika Persib harus menguasai liga dan selalu jadi tim penantang di setiap musim, jika dibandingkan dengan tim lain yang terkadang untuk menggaet sponsor saja sulit, sering bermasalah dengan pemenuhan hak para pemain dan lain semacamnya. Tapi itu di atas kertas, nyatanya sekarang tim ini sama saja dengan tim lain, empat pertandingan awal yang sangat tidak impresive sama sekali.
Pada saat kalah di turnamen pra musim saya masih bisa terima dan masih sabar untuk melihat tim ini merespon dengan evaluasi yang mendalam karena jeda yang cukup lama dari berakhirnya musim sampai di mulainya liga satu. Tapi puncak kekesalan ini datang saat laga melawan Bali United yang seharusnya berakhir mudah, karena bukan hanya unggul pemain, Persib juga unggul di papan skor.
Tapi melihat permainan di lapangan sungguh sangat menjijikan, melihat permainan tim yang kacau mudah sekali melakukan kesalahan, akurasi umpan yang aneh untuk semacam tim yang hari-harinya berlatih di lapangan tentunya (bukan malah lebih banyak membuat konten untuk youtube).
Hingga timbul pertanyaan, tim ini tuh selama latihan ngapain saja sih? Jika dikomparasikan dengan permainan saat turnamen pramusim justru lebih berkesan dan lebih baik saat itu hingga tim sampai dan cuma kalah di final itu tak begitu buruk untuk pencapaian sebuah pramusim.
Di awal liga ini fisik pemain seperti kembali ke nol, terutama pemain macam Ezra yang sama sekali terlihat malas berlari untuk mengejar umpan, Esteban apalagi mungkin ini orang memang sudah habis masanya alias seharusnya di beberapa musim lalu Persib seharusnya merekrutnya karena bagi sebagian Bobotoh juga tahu kalau Esteban pernah trial di Persib dahulu.
Di lini depan terlihat yang bermain make getih cuma Febri dan Beckham yang memang asli putra daerah. Seakan cuma mereka berdua yang mempunyai kewajiban moral untuk tidak membuat malu nama Persib juga Bobotoh, yang lain cuma numpang makan dan mencari nafkah saja.
Kritik pertama untuk Rene Albert
Mungkin sebagai awam ini hanya sebuah opini yang tak berarti, namun melihat komposisi pemain di tambah permainan yang ditampilkan tim ini sangatlah membosankan, terutama di laga kemarin mengapa masih terus memaksakan seorang Klok main meskipun permainannya tak lebih baik dari Dado maupun Abdul aziz. Di lini belakang saya sangat kehilangan sosok Indra Mustafa yang mana di tangan Abah Gomez dia bisa menjadi starting baru di lini pertahanan meskipun memiliki tubuh yang tak tinggi menjulang. Dan mengapa memaksakan Haji Pardi untuk bermain jadi bek tengah.
Bayu Fiqri memang jauh lebih kalem di banding Henhen tapi untuk pertandingan terakhir penampilannya sangat-sangat mengecewakan. Beberapa kali lawan bisa mudah mendobrak pertahanan di sebelah kanan pertahanan, bahkan tibanya gol balasan dari kurang sigapnya dia untuk mengcover seorang Saldi yang baru masuk menggantikan Ilham Udin.
Baru setelah gol itu terjadi Lord Henhen masuk menggantikan Bayu Fiqri di posisi fullback kanan, padahal dalam posisi untuk mengejar kemenangan kandang kita butuh sosok Haji Pardi yang bisa memberi ancaman untuk overlapping di sisi kanan, dan berikan pos bek tengah kepada Indra Mustafa.
Karena sudah empat game berlangsung dengan pergantian yang dilakukan hampir selalu sama, seolah-olah cuma itu pemain yang tersedia, ini lah yang membuat sebagian bobotoh marah dan kecewa.
Bukan masalah hasil seri yang didapat, mau sampai lima game berturut-turut berakhir dengan hasil imbang pun bukan masalah selagi permainnya enak dilihat legit menggigit bisa dinikmati dan menghibur. Bobotoh tak akan semarah dan sekecewa ini saya pikir.
Saya berangkat dengan objektibitas ketika di pramusim tampil kurang maksimal aku paham dan tak ikut seperti bobotoh lainnya yang marah dan kesal ketika saat kalah di final. Namun kali ini saya harus bersuara karena kini kita sudah berada pada pertarungan yang sesungguhnya. Jika turnamen diibaratkan sebuah sunah, maka pertandingan liga adalah hal wajib yang mana sudah tak ada lagi harusnya berbagai macam kesalahan mendasar seperti salah passing stamina belum 100% dan lain-lain. Sudah tak ada tempat untuk alasan karena tim lain sudah persiapan lebih lama bla bla bla. Hey bung ini sudah memasuki pekan ke enam. Dan kalian itu atlit profesional yang sudah seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menjaga fisik kalian prima untuk bermain kapan saja.
Di beberapa laga awal aku masih bisa terima jika skema permainan masih belum matang karena memang Persib tidak seperti beberapa tim lain yang mempunyai waktu yang lebih awal untuk persiapan, tapi untuk stamina yang benar-benar kedodoran saya jelas tak bisa terima ini sebagai alasan. Kalian bermain seperti banyak pikiran, memikirkan gaji yang telat dibayarkan, memikirkan fasilitas klub yang kurang atau bahkan takut akun instagram kurang populer.
Di Persib kalian tak perlu takut dan memikirkan hal itu semua. Kalian harus terus fokus pada tanggung jawab kalian atas apa yang kalian dapatkan dari klub juga kepercayaan dari pendukung, atau memang mental kalian belumlah sampai di level klub sebesar Persib, yang mana bermain jelek sekali saja sudah tidak bisa menerima cemoohan (bagaimanapun saya tak mendukung mereka yang melampiaskan kekesalan dengan cara melanggar hukum) tapi semisal cuma umpatan dan cemoohan yang datang di dunia maya masih bisa dianggap wajar. Toh kalian tinggal jangan buka medsos selama perform kalian jelek itu bukan masalah bukan, dan akan tetap menentramkan hati juga mental kalian.
Bahkan jika kita bandingkan dulu atas apa yang diterima Kim itu jauh lebih menyakitkan, diteriaki secara personal saat ia latihan. Kalian beruntung Bobotoh memukul rata permainan kalian sebagai sebuah tim, tidak hanya menyasar satu nama. Tapi Kim dulu dengan mental yang ia miliki, mengubah kritik juga cemoohan Bobotoh jadi rasa cinta, Kim jadi pemain yang dielu-elukan Bobotoh bahkan sampai dia cedera panjang pun Bobotoh jadi merasa sangat kehilangan.
Musim memang masih panjang. Saya harap Rene Albert bisa lebih adil lagi dalam memilih pemainnya untuk tampil. Sudah empat game dengan pemain tengah yang itu-itu saja tapi permainan tetap menjijikan. Bahkan bisa kita lihat ketika Beckham tidak bermain, lini tengah seperti Mall saat PSBB, sepi, tak jarang lawan yang menguasai lini tengah.
Apalagi dengan kontrak panjang yang di berikan kepada Rene Albert, harusnya bisa dijawab dengan komitmen sepak bola jangka panjangnya seperti saat kamu berkilah akan menjadikan Persib bak Liverpool di era Jurgen Klopp sekarang ini.
Satu-satunya membayar dan melupakan kekecewaan Bobotoh cuma dengan kemenangan dan cara bermain yang berkesan itu saja. Dengan sendirinya Bobotoh akan berbalik mencintai kalian tanpa keraguan dan segera lekas lupa bahwa kalian pernah kecewakan kami. Jangan bawa kami kembali ke Golden era beberapa musim lalu.
Penulis adalah seorang bobotoh yang ingin dikenal dengan nick name Angga AlterEgo. Bisa disapa di Twitter @prfromaga.

Pada dasarnya sepak bola adalah hiburan untuk melepas penat dari segala rutinitas harian yang menjengkelkan ataupun membosankan bagi para penonton insan bola. Terutama bagi pendukung sebuah kesebelasan tertentu sepak bola sudah tak lagi sebagai hiburan , tapi berubah jadi sebuah fanatisme yang bisa membuat atau menentukan mood mereka dalam kehidupan.
Ada sebuah kepuasan, ketenangan dan kebahagiaan ketika melihat tim kesayangannya menang dalam sebuah laga atau bahkan mungkin sampai jadi juara entah itu liga , turnamen dan segala macamnya. Tapi yang saya sebutkan di atas adalah sebuah hasil akhir.
Sebuah kemenangan tentu berharga dan memberikan rasa senang bagi kelompok suporter, tapi yang lebih penting dari itu semua adalah bagaimana cara sebuah tim memenangkan sebuah pertandingan alias proses pada saat mereka meraih kemenangan tersebut. Di dalamnya tentu ada andil dari seorang pelatih melalui skema yang ia buat agar tim memperlihatkan permainan yang ciamik, tak hanya menghibur dari sisi entertainment, tapi juga bisa memberi decak kagum dari pendukung tim sendiri juga lawan.
Rasanya hal itulah yang kini hilang dari Persib Bandung. Sebuah tim besar yang mempunyai sejarah panjang, tim yang selalu tak surut dukungan moral maupun finansial. Dengan berbekal apa yang Persib punya sekarang (base suporter, finansial yang sehat) ini rasanya di atas kertas tak sulit jika Persib harus menguasai liga dan selalu jadi tim penantang di setiap musim, jika dibandingkan dengan tim lain yang terkadang untuk menggaet sponsor saja sulit, sering bermasalah dengan pemenuhan hak para pemain dan lain semacamnya. Tapi itu di atas kertas, nyatanya sekarang tim ini sama saja dengan tim lain, empat pertandingan awal yang sangat tidak impresive sama sekali.
Pada saat kalah di turnamen pra musim saya masih bisa terima dan masih sabar untuk melihat tim ini merespon dengan evaluasi yang mendalam karena jeda yang cukup lama dari berakhirnya musim sampai di mulainya liga satu. Tapi puncak kekesalan ini datang saat laga melawan Bali United yang seharusnya berakhir mudah, karena bukan hanya unggul pemain, Persib juga unggul di papan skor.
Tapi melihat permainan di lapangan sungguh sangat menjijikan, melihat permainan tim yang kacau mudah sekali melakukan kesalahan, akurasi umpan yang aneh untuk semacam tim yang hari-harinya berlatih di lapangan tentunya (bukan malah lebih banyak membuat konten untuk youtube).
Hingga timbul pertanyaan, tim ini tuh selama latihan ngapain saja sih? Jika dikomparasikan dengan permainan saat turnamen pramusim justru lebih berkesan dan lebih baik saat itu hingga tim sampai dan cuma kalah di final itu tak begitu buruk untuk pencapaian sebuah pramusim.
Di awal liga ini fisik pemain seperti kembali ke nol, terutama pemain macam Ezra yang sama sekali terlihat malas berlari untuk mengejar umpan, Esteban apalagi mungkin ini orang memang sudah habis masanya alias seharusnya di beberapa musim lalu Persib seharusnya merekrutnya karena bagi sebagian Bobotoh juga tahu kalau Esteban pernah trial di Persib dahulu.
Di lini depan terlihat yang bermain make getih cuma Febri dan Beckham yang memang asli putra daerah. Seakan cuma mereka berdua yang mempunyai kewajiban moral untuk tidak membuat malu nama Persib juga Bobotoh, yang lain cuma numpang makan dan mencari nafkah saja.
Kritik pertama untuk Rene Albert
Mungkin sebagai awam ini hanya sebuah opini yang tak berarti, namun melihat komposisi pemain di tambah permainan yang ditampilkan tim ini sangatlah membosankan, terutama di laga kemarin mengapa masih terus memaksakan seorang Klok main meskipun permainannya tak lebih baik dari Dado maupun Abdul aziz. Di lini belakang saya sangat kehilangan sosok Indra Mustafa yang mana di tangan Abah Gomez dia bisa menjadi starting baru di lini pertahanan meskipun memiliki tubuh yang tak tinggi menjulang. Dan mengapa memaksakan Haji Pardi untuk bermain jadi bek tengah.
Bayu Fiqri memang jauh lebih kalem di banding Henhen tapi untuk pertandingan terakhir penampilannya sangat-sangat mengecewakan. Beberapa kali lawan bisa mudah mendobrak pertahanan di sebelah kanan pertahanan, bahkan tibanya gol balasan dari kurang sigapnya dia untuk mengcover seorang Saldi yang baru masuk menggantikan Ilham Udin.
Baru setelah gol itu terjadi Lord Henhen masuk menggantikan Bayu Fiqri di posisi fullback kanan, padahal dalam posisi untuk mengejar kemenangan kandang kita butuh sosok Haji Pardi yang bisa memberi ancaman untuk overlapping di sisi kanan, dan berikan pos bek tengah kepada Indra Mustafa.
Karena sudah empat game berlangsung dengan pergantian yang dilakukan hampir selalu sama, seolah-olah cuma itu pemain yang tersedia, ini lah yang membuat sebagian bobotoh marah dan kecewa.
Bukan masalah hasil seri yang didapat, mau sampai lima game berturut-turut berakhir dengan hasil imbang pun bukan masalah selagi permainnya enak dilihat legit menggigit bisa dinikmati dan menghibur. Bobotoh tak akan semarah dan sekecewa ini saya pikir.
Saya berangkat dengan objektibitas ketika di pramusim tampil kurang maksimal aku paham dan tak ikut seperti bobotoh lainnya yang marah dan kesal ketika saat kalah di final. Namun kali ini saya harus bersuara karena kini kita sudah berada pada pertarungan yang sesungguhnya. Jika turnamen diibaratkan sebuah sunah, maka pertandingan liga adalah hal wajib yang mana sudah tak ada lagi harusnya berbagai macam kesalahan mendasar seperti salah passing stamina belum 100% dan lain-lain. Sudah tak ada tempat untuk alasan karena tim lain sudah persiapan lebih lama bla bla bla. Hey bung ini sudah memasuki pekan ke enam. Dan kalian itu atlit profesional yang sudah seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menjaga fisik kalian prima untuk bermain kapan saja.
Di beberapa laga awal aku masih bisa terima jika skema permainan masih belum matang karena memang Persib tidak seperti beberapa tim lain yang mempunyai waktu yang lebih awal untuk persiapan, tapi untuk stamina yang benar-benar kedodoran saya jelas tak bisa terima ini sebagai alasan. Kalian bermain seperti banyak pikiran, memikirkan gaji yang telat dibayarkan, memikirkan fasilitas klub yang kurang atau bahkan takut akun instagram kurang populer.
Di Persib kalian tak perlu takut dan memikirkan hal itu semua. Kalian harus terus fokus pada tanggung jawab kalian atas apa yang kalian dapatkan dari klub juga kepercayaan dari pendukung, atau memang mental kalian belumlah sampai di level klub sebesar Persib, yang mana bermain jelek sekali saja sudah tidak bisa menerima cemoohan (bagaimanapun saya tak mendukung mereka yang melampiaskan kekesalan dengan cara melanggar hukum) tapi semisal cuma umpatan dan cemoohan yang datang di dunia maya masih bisa dianggap wajar. Toh kalian tinggal jangan buka medsos selama perform kalian jelek itu bukan masalah bukan, dan akan tetap menentramkan hati juga mental kalian.
Bahkan jika kita bandingkan dulu atas apa yang diterima Kim itu jauh lebih menyakitkan, diteriaki secara personal saat ia latihan. Kalian beruntung Bobotoh memukul rata permainan kalian sebagai sebuah tim, tidak hanya menyasar satu nama. Tapi Kim dulu dengan mental yang ia miliki, mengubah kritik juga cemoohan Bobotoh jadi rasa cinta, Kim jadi pemain yang dielu-elukan Bobotoh bahkan sampai dia cedera panjang pun Bobotoh jadi merasa sangat kehilangan.
Musim memang masih panjang. Saya harap Rene Albert bisa lebih adil lagi dalam memilih pemainnya untuk tampil. Sudah empat game dengan pemain tengah yang itu-itu saja tapi permainan tetap menjijikan. Bahkan bisa kita lihat ketika Beckham tidak bermain, lini tengah seperti Mall saat PSBB, sepi, tak jarang lawan yang menguasai lini tengah.
Apalagi dengan kontrak panjang yang di berikan kepada Rene Albert, harusnya bisa dijawab dengan komitmen sepak bola jangka panjangnya seperti saat kamu berkilah akan menjadikan Persib bak Liverpool di era Jurgen Klopp sekarang ini.
Satu-satunya membayar dan melupakan kekecewaan Bobotoh cuma dengan kemenangan dan cara bermain yang berkesan itu saja. Dengan sendirinya Bobotoh akan berbalik mencintai kalian tanpa keraguan dan segera lekas lupa bahwa kalian pernah kecewakan kami. Jangan bawa kami kembali ke Golden era beberapa musim lalu.
Penulis adalah seorang bobotoh yang ingin dikenal dengan nick name Angga AlterEgo. Bisa disapa di Twitter @prfromaga.
