Perlunya Sebuah Tim Reserves Bagi Persib
Tuesday, 31 January 2012 | 07:59Penulis: Reza Setiawan – @rezabaonk
Sebagian orang mungkin merasa asing sebuah tim reserves. Orang-orang mungkin lebih tahu mengenai tim junior (U-21 atau U-17). Padahal di liga-liga Eropa sana sudah lama dibuat sebuah liga bagi tim reserves atau cadangan yang tidak masuk ke dalam tim inti dari sebuah klub.
Tim Liga Spanyol bahkan menurunkan tim reserves-nya di liga kasta bawah untuk lebih memperbanyak jam terbang pemain mudanya. Real Madrid Castilla dan Barcelona B contohnya, Tim didikan akademi La Masia atau biasa disebut Barcelona B bahkan sekarang bermain di divisi segunda A (1 tingkat dibawah BBVA league) serta sempat menjuarai Segunda A Division di tahun 2007/2008 dan melahirkan Bojan Kirck sebagai wonderkid-nya.
Di Indonesia hal ini mungkin sulit diterapkan dikarenakan permasalahan yang sangat dasar yaitu “BIAYA”. Jangankan membiayai tim reserves, untuk tim seniornmya saja bisa engap-engapan dalam mengeluarkan anggaran. Tetapi yang menarik saat ISL 2011/2012 digulirkan Drago Mamic sempat menerapkan sebuah gebrakan dengan mengumpulkan pemain-pemain yang tidak dipakai dalam pertandingan resmi untuk bertanding persahabatan dengan tim lain. Tapi kemudian sekarang tidak terdengar lagi program tersebut. Sekilas mirip dengan tim reserves apa yang dilakukan Drago Mamic tersebut dengan tujuan memberikan pengalaman bertanding sekaligus menjaga fisik dan stamina pemain.
Disaat kompetisi ISL sudah berjalan, berasa sebuah petir yang menggelegar sebuah rencana dari mantan Persib yang ingin membuat tim untuk memfasilitasi bibit-bibit muda kota Bandung yang “disia-siakan” Persib. Jejen, Dias Angga yang kini terbuang dari Persib bahkan bibit muda potensial seperti Rudi Geofani yang sukses di Persib U-21 tidak pernah dipanggil ke Persib Senior. Atau bahkan Ferdinand Sinaga, pemain timnas U-23 Indonesia yang harus merantau jauh ke Wamena dan Padang, padahal dia adalah didikan Persib yang terbuang. Tetapi rencana ini banyak mendapat tentangan dari sana-sini akibat rencana pemakaian nama tim PERSIB 1993. Padahal niat dari mantan Persib ini bagus, menampung dan memberikan pengalaman bagi para pemain muda asli Bandung mengingat vakumnya Liga Super U-21 dan mandeknya program DIklat Persib.
Melihat latar belakang seperti itu, saya pribadi merasa sudah saatnya Persib bergerak maju sebagai pioneer bagi tim Indonesia bahkan Asia untuk menciptakan sebuah tim reserves. Mengingat dana berlimpah dari Konsorsium serta Sponsor, membentuk sebuah tim reserves dan diturunkan di Liga kasta rendah / liga amatir saya rasa bukan hal yang terlalu sulit. Karena dengan terbentuk sebuah tim reserves seperti ini maka pengalaman bertanding akan didapatkan pemain-pemain muda serta skill mereka pun akan terasah seiring dengan pertandingan-pertandingan yang dijalankan secara reguler. Tetapi patut diingat, pemberian kontrak jangka panjang bagi pemain-pemain muda ini wajib diberikan untuk mengantisipasi “tangan-tangan jahil” seperti pembajakan pemain muda potensial oleh klub lain.
Semoga tulisan saya ini terbaca oleh pengurus Persib sehingga bisa memberikan sebuah masukan yang positif bagi Persib serta pemain muda potensial dari Bandung. Tim yang besar itu adalah tim yang memperhatikan pembinaan pemain mudanya, serta tidak melupakan jasa-jasa pendahulunya.
Sekian.
Penulis adalah Bobotoh Persib yang sekedar ingin menyampaikan idenya untuk kembali memberdayakan pemain lokal Bandung.

Penulis: Reza Setiawan – @rezabaonk
Sebagian orang mungkin merasa asing sebuah tim reserves. Orang-orang mungkin lebih tahu mengenai tim junior (U-21 atau U-17). Padahal di liga-liga Eropa sana sudah lama dibuat sebuah liga bagi tim reserves atau cadangan yang tidak masuk ke dalam tim inti dari sebuah klub.
Tim Liga Spanyol bahkan menurunkan tim reserves-nya di liga kasta bawah untuk lebih memperbanyak jam terbang pemain mudanya. Real Madrid Castilla dan Barcelona B contohnya, Tim didikan akademi La Masia atau biasa disebut Barcelona B bahkan sekarang bermain di divisi segunda A (1 tingkat dibawah BBVA league) serta sempat menjuarai Segunda A Division di tahun 2007/2008 dan melahirkan Bojan Kirck sebagai wonderkid-nya.
Di Indonesia hal ini mungkin sulit diterapkan dikarenakan permasalahan yang sangat dasar yaitu “BIAYA”. Jangankan membiayai tim reserves, untuk tim seniornmya saja bisa engap-engapan dalam mengeluarkan anggaran. Tetapi yang menarik saat ISL 2011/2012 digulirkan Drago Mamic sempat menerapkan sebuah gebrakan dengan mengumpulkan pemain-pemain yang tidak dipakai dalam pertandingan resmi untuk bertanding persahabatan dengan tim lain. Tapi kemudian sekarang tidak terdengar lagi program tersebut. Sekilas mirip dengan tim reserves apa yang dilakukan Drago Mamic tersebut dengan tujuan memberikan pengalaman bertanding sekaligus menjaga fisik dan stamina pemain.
Disaat kompetisi ISL sudah berjalan, berasa sebuah petir yang menggelegar sebuah rencana dari mantan Persib yang ingin membuat tim untuk memfasilitasi bibit-bibit muda kota Bandung yang “disia-siakan” Persib. Jejen, Dias Angga yang kini terbuang dari Persib bahkan bibit muda potensial seperti Rudi Geofani yang sukses di Persib U-21 tidak pernah dipanggil ke Persib Senior. Atau bahkan Ferdinand Sinaga, pemain timnas U-23 Indonesia yang harus merantau jauh ke Wamena dan Padang, padahal dia adalah didikan Persib yang terbuang. Tetapi rencana ini banyak mendapat tentangan dari sana-sini akibat rencana pemakaian nama tim PERSIB 1993. Padahal niat dari mantan Persib ini bagus, menampung dan memberikan pengalaman bagi para pemain muda asli Bandung mengingat vakumnya Liga Super U-21 dan mandeknya program DIklat Persib.
Melihat latar belakang seperti itu, saya pribadi merasa sudah saatnya Persib bergerak maju sebagai pioneer bagi tim Indonesia bahkan Asia untuk menciptakan sebuah tim reserves. Mengingat dana berlimpah dari Konsorsium serta Sponsor, membentuk sebuah tim reserves dan diturunkan di Liga kasta rendah / liga amatir saya rasa bukan hal yang terlalu sulit. Karena dengan terbentuk sebuah tim reserves seperti ini maka pengalaman bertanding akan didapatkan pemain-pemain muda serta skill mereka pun akan terasah seiring dengan pertandingan-pertandingan yang dijalankan secara reguler. Tetapi patut diingat, pemberian kontrak jangka panjang bagi pemain-pemain muda ini wajib diberikan untuk mengantisipasi “tangan-tangan jahil” seperti pembajakan pemain muda potensial oleh klub lain.
Semoga tulisan saya ini terbaca oleh pengurus Persib sehingga bisa memberikan sebuah masukan yang positif bagi Persib serta pemain muda potensial dari Bandung. Tim yang besar itu adalah tim yang memperhatikan pembinaan pemain mudanya, serta tidak melupakan jasa-jasa pendahulunya.
Sekian.
Penulis adalah Bobotoh Persib yang sekedar ingin menyampaikan idenya untuk kembali memberdayakan pemain lokal Bandung.

satuju pisan kang….
Good idea d ^_^ b
Leres psn eta th tpi sigana brat da keuntungan pinancialna ewehan eta mh he he
@kang tedi: kan anu dipilarian sanes keuntungan financial.
tp mendidik bibit muda potensial utk siap pakai persib senior sehingga kapayun na teu kedah ngontrak pemain non bandung anu gaji na selangit 🙂
tambahan aja setelah terbentuk tim binaan persib segera terwujud dari usia 15 , 17 dan 19. Untuk tim usia 15 dan 17 saya ingin pelatih asing berkelas seperti dari negara scotland , jerman dan spanyol . Persib memiliki potensi itu, seperti stadion masa depan, sponsor juga ditopang dengan dana yg cukup. Semoga sukses masa depan persib
saya setuju pisan eta ide hade, mudah”an kabaca sareng kadangu ku pangurus persib… jaba peman asli bandung mah mun di kontrak oge moal marahal teuing,,,
satujuuuu pisan abi mah. ide hd eta teh,,,