Perlunya Membangun Strategi Dasar dan Visi Bermain
Thursday, 23 January 2014 | 13:57Ketika tulisan ini dibuat bisa saja terkesan menggurui, akan tetapi meski saya hanya seorang pemerhati dan pecinta PERSIB yang hanya berlatar belakang sertfikat pelatih sepakbola S3 Jamannya PSSI baheula, merasa terpanggil dan tergelitik melihat pola dan cara main team PERSIB yang ditangani kang Jajang Nurjaman untuk kedua kalinya.
Ketika membuat tulisan ini tidak berarti saya tidak respek kepada Kang Jajang Nurjaman sebagai mantan bintang dan pahlawan Persib saat mengalahkan PERSEMAN Manokwari di Final Kompetisi Perserikatan beberapa tahun silam ini hanyalah pemikiran dan pengamatan seorang yang sama-sama merindukan Sepak Bola Bandung menajdi kampiun di pentas nasional. Beberapa catatan yang dapat saya sampaikan antara lain :
Pola Serangan Monoton :
Mengapa dikatakan monoton? hal ini terlihat saat PERSIB menerapkan gaya menyerang lewat kedua sayap yaitu duet Supardi dan M. Ridwan di Kanan, serta Tantan dan Toni Sucipto/Ferdinand sesekali Firman Utina di kiri. Tanpa diimbangi kreatifitas umpan terobosan atau bola tarik ke kotak pinakti untuk suplai striker. Celakanya lagi hampir setiap moment tusukan Tantan ataupun Ridwan, Supardi diakhiri angkatan bola atau sesekali umpan datar yang disodorkan sekitar 2 M dari jangkauan penjaga gawang, dimana pada area tersebut biasanya bek lawan cukup waspada menjaga daerahnya. Alhasil pola seperti ini seringkali gagal karena lawan sangat mudah memotong dan membuang bola, apalagi jika passing yang dilepaskan tidak akurat.
Kelemahan lainnya yang membuat saya heran, semstinya jika PERSIB memilih pola serangan lewat sayap kiri atau kanan harusnya pemain PERSIB di lapangan tengah melakukan suport dan mengambil posisi yang tepat di area kotak penalti lawan dan pemain belakang mensuport lini tengah yang ditinggalkan, sayangnya hal ini jarang terjadi saat pemain mengumpan dari sayap di kotak penalti hanya ada striker tunggal persib seorang, atau paling untung ada Konate Makan yang masuk menusuk. Anehnya situasi ini sering berulang sepanjang pertandingan. tanpa pernah ada perbaikan. Padahal skuad timnas U 19 pernah mempertontonkan mereka mampu membobol korea selatan dengan mengandalkan sayap lincah, dengan cara sesekali menyodorkan umpan kearah seperempat area depan kotak penalti atau keluar kotak penalti untuk dapat dieksekusi pemain tengah yang melakukan coming from behind. Satu hal yang saya kurang puas adalah dalam menghadapi setiap lawan cenderung memainkan pola yang sama.
Beberapa Pemain Terlalu Lama Memegang Bola :
Dari beberapa rekaman atau tontonan pertandingan, biasanya tim yang memiliki basis serangan lewat sayap pemainnya akan sangat cepat mengalihkan bola terlebih saat melakukan serangan balik, akan tetapi berbeda yang dilakukan oleh pemain PERSIB, seringkali Atep, Ridwan, Firman, Konate Ridwan, Tantan, Supardi melakukan gerakan dribling yang tak perlu sehingga alur serangan terlambat dan berakibat kehilangan moment.
Penguasaan bola dan pergerakan itu penting sebagai kretaifitas dan inovasi, tetapi jika itu terlalu banyak dilakukan sangat mengganggu pola permainan. Dari beberapa partai yang dilalui PERSIB saya belum pernah melihat pemain depan PERSIB berhasil menerobos pertahanan lawan dengan umpan terobosan dan berhadapan langsung dengan penjaga gawang lawan, rata-rata goal persib lahir dari tendangan bebas, blunder lawan, sundulan dari sepak bojok dan penalti. ini menunjukan belum berjalannya felling antar pemanin dalam melakukan tiktak efektip tanpa harus terlalu lama menengok posisi kawan, dengan kata lain sepertinya chemistry belum begitu terbangun kuat antar pemain PERSIB. Bahkan sepertinya pemain kurang begitu sadar kapan harus mendelay permainan dengan ball position sehingga dapat dirasakan saat melawan Mitra Kukar Kebobolan di menit akhir dan kemenangan menjadi buayar hanya karena para pemain tidak cukup pintar mengatur waktu dengan memainkan tempo.
Kondisi Fisik dan Visi Permainan
Seorang pemain bola harus memilki stamina yang baik, sehingga dapat bermain konsisten selama 90 menit, akan tetapi stamina saja tidak cukup karena perlu didukung tenaga, kelenturan, kelincahan serta kecerdasan/intelegensi. Kata terakhir ini penting untuk disimak, karena dari sekian Pemain PERSIB hanya Kanoute Makan, Firman Utina saja yang dapat menggunakan kecerdasan bermainnya dengan baik, pemain lainnya seringkali terjebak emosi menunjukan skill tingginya sehingga sering memaksakan diri menggiring bola. akibatnya permainan jadi tidak efektip dan mudah kehilangan bola.
Untuk hal kebugaran dan daya tahan sudah cukup memuaskan tapi urusan kelincahan gerak, dan kelenturan beberapa pemain masih harus dipoles contohnya Abdurahman, Hariono, Tantan, Ferdinand . Hal yang mengherankan mengapa pemain yang didatangkan PERSIB setelah bermukim di bandung terlihat agak meral dan pergerakannya lamban, mungkinkah mereka kurang disiplin menjaga asupan makanan dan pola tidur?
Motivasi dan Militansi
Untuk hal ini harus saya katakan apa adanya, motivasi dan kengototan bermain itu hanya diperlihatkan Tantan, Ferdinan, Hariono, pemain lainnya masih harus diberi motivasi agar tampil lebih trengginas. Bahwa bermain untuk PERSIB bukan sebagai puncak karier tetapi ajang pembuktian diri untuk menunjukan kapasitas sebagai skuad team besar. Tidak cukup hanya merasa bangga bermain untuk team sebesar PERSIB yang mampu memposisikan pemainnya laksana selebritis.
Katakan mereka bukan siap-siap kalau tidak mampu mengangkat tim yang dibelanya menjadi Juara. Motivasilah pemain dengan nilai-nilai dan komitmen pada profesi. Bonus besar publikasi media seringkali menadi bumerang yang membuat pemain terlena. Mintalah pemain bertanggungjawab kepada club, suporter, diri sendiri dan keluarga. gajih dan kontrak besar harus dibayar dengan kerja nyata di lapangan
Terlepas dari beberapa kelemahan tadi masih ada waktu buat kang Janur menata tim kebanggaan kita, sepertinya harus mulai dikembangkan sistem kepelatihan partisipatif, dimana permainan/pola main yang dirumuskan menjadi sebuah strategi dasar sebuah tim sepakbola berasal dari hasil rumusan bersama antara pemain dan pelatih dan itulah yang dinamakan Visi Tim. Cara ini memang tidak lazim tetapi pernah dicoba dan terbukti efektip dalam membangun karakter permainan sebuah tim. Kuncinya pelatih menahan diri tidak lebih dulu menyampaikan kosep/pola permainan yang diinginkannya, melainkan meminta pandangan dari seluruh pemain untuk berani mengungkapkan cara bermain seperti apa yang dia sukai.
Kalau sudah demikian pelatih selaku koki barulah meramu sebuah konsep/pola permainan yang dipaparkan kepada pemain berdasarkan gagasan bersama dengan memperhatikan kapasitas masing-masing pemain di setiap posisi dan cara ini lebih membuat pemain beratnggungjawab pada tim. Itulah yang disebut meramu tim, bukannya pelatih yang memaksakan suatu sistem permainan kepada pemain. Akan tetapi jika sudah berada dalam pertandingan sebenarnya, pelatih punya otoritas merubah pola permainan dengan mencermati kelemahan dan kontra strategi lawan di lapangan. Saya menyadari pelatihlah yang lebih tahu kondisi team dan bertanggungjawab mutlak terhadap capaian sebuah tim, tulisan ini semoga saja memotivasi jajaran pelatih dan pemain untuk tampil lebih baik pada kompetisi sesungguhnya dimana kami sangat berharap kalian semua menjadi juara liga se indonesia tahun 2014.
BRAVO PERSIB.
Penulis: Hadian Supriatna
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

Ketika tulisan ini dibuat bisa saja terkesan menggurui, akan tetapi meski saya hanya seorang pemerhati dan pecinta PERSIB yang hanya berlatar belakang sertfikat pelatih sepakbola S3 Jamannya PSSI baheula, merasa terpanggil dan tergelitik melihat pola dan cara main team PERSIB yang ditangani kang Jajang Nurjaman untuk kedua kalinya.
Ketika membuat tulisan ini tidak berarti saya tidak respek kepada Kang Jajang Nurjaman sebagai mantan bintang dan pahlawan Persib saat mengalahkan PERSEMAN Manokwari di Final Kompetisi Perserikatan beberapa tahun silam ini hanyalah pemikiran dan pengamatan seorang yang sama-sama merindukan Sepak Bola Bandung menajdi kampiun di pentas nasional. Beberapa catatan yang dapat saya sampaikan antara lain :
Pola Serangan Monoton :
Mengapa dikatakan monoton? hal ini terlihat saat PERSIB menerapkan gaya menyerang lewat kedua sayap yaitu duet Supardi dan M. Ridwan di Kanan, serta Tantan dan Toni Sucipto/Ferdinand sesekali Firman Utina di kiri. Tanpa diimbangi kreatifitas umpan terobosan atau bola tarik ke kotak pinakti untuk suplai striker. Celakanya lagi hampir setiap moment tusukan Tantan ataupun Ridwan, Supardi diakhiri angkatan bola atau sesekali umpan datar yang disodorkan sekitar 2 M dari jangkauan penjaga gawang, dimana pada area tersebut biasanya bek lawan cukup waspada menjaga daerahnya. Alhasil pola seperti ini seringkali gagal karena lawan sangat mudah memotong dan membuang bola, apalagi jika passing yang dilepaskan tidak akurat.
Kelemahan lainnya yang membuat saya heran, semstinya jika PERSIB memilih pola serangan lewat sayap kiri atau kanan harusnya pemain PERSIB di lapangan tengah melakukan suport dan mengambil posisi yang tepat di area kotak penalti lawan dan pemain belakang mensuport lini tengah yang ditinggalkan, sayangnya hal ini jarang terjadi saat pemain mengumpan dari sayap di kotak penalti hanya ada striker tunggal persib seorang, atau paling untung ada Konate Makan yang masuk menusuk. Anehnya situasi ini sering berulang sepanjang pertandingan. tanpa pernah ada perbaikan. Padahal skuad timnas U 19 pernah mempertontonkan mereka mampu membobol korea selatan dengan mengandalkan sayap lincah, dengan cara sesekali menyodorkan umpan kearah seperempat area depan kotak penalti atau keluar kotak penalti untuk dapat dieksekusi pemain tengah yang melakukan coming from behind. Satu hal yang saya kurang puas adalah dalam menghadapi setiap lawan cenderung memainkan pola yang sama.
Beberapa Pemain Terlalu Lama Memegang Bola :
Dari beberapa rekaman atau tontonan pertandingan, biasanya tim yang memiliki basis serangan lewat sayap pemainnya akan sangat cepat mengalihkan bola terlebih saat melakukan serangan balik, akan tetapi berbeda yang dilakukan oleh pemain PERSIB, seringkali Atep, Ridwan, Firman, Konate Ridwan, Tantan, Supardi melakukan gerakan dribling yang tak perlu sehingga alur serangan terlambat dan berakibat kehilangan moment.
Penguasaan bola dan pergerakan itu penting sebagai kretaifitas dan inovasi, tetapi jika itu terlalu banyak dilakukan sangat mengganggu pola permainan. Dari beberapa partai yang dilalui PERSIB saya belum pernah melihat pemain depan PERSIB berhasil menerobos pertahanan lawan dengan umpan terobosan dan berhadapan langsung dengan penjaga gawang lawan, rata-rata goal persib lahir dari tendangan bebas, blunder lawan, sundulan dari sepak bojok dan penalti. ini menunjukan belum berjalannya felling antar pemanin dalam melakukan tiktak efektip tanpa harus terlalu lama menengok posisi kawan, dengan kata lain sepertinya chemistry belum begitu terbangun kuat antar pemain PERSIB. Bahkan sepertinya pemain kurang begitu sadar kapan harus mendelay permainan dengan ball position sehingga dapat dirasakan saat melawan Mitra Kukar Kebobolan di menit akhir dan kemenangan menjadi buayar hanya karena para pemain tidak cukup pintar mengatur waktu dengan memainkan tempo.
Kondisi Fisik dan Visi Permainan
Seorang pemain bola harus memilki stamina yang baik, sehingga dapat bermain konsisten selama 90 menit, akan tetapi stamina saja tidak cukup karena perlu didukung tenaga, kelenturan, kelincahan serta kecerdasan/intelegensi. Kata terakhir ini penting untuk disimak, karena dari sekian Pemain PERSIB hanya Kanoute Makan, Firman Utina saja yang dapat menggunakan kecerdasan bermainnya dengan baik, pemain lainnya seringkali terjebak emosi menunjukan skill tingginya sehingga sering memaksakan diri menggiring bola. akibatnya permainan jadi tidak efektip dan mudah kehilangan bola.
Untuk hal kebugaran dan daya tahan sudah cukup memuaskan tapi urusan kelincahan gerak, dan kelenturan beberapa pemain masih harus dipoles contohnya Abdurahman, Hariono, Tantan, Ferdinand . Hal yang mengherankan mengapa pemain yang didatangkan PERSIB setelah bermukim di bandung terlihat agak meral dan pergerakannya lamban, mungkinkah mereka kurang disiplin menjaga asupan makanan dan pola tidur?
Motivasi dan Militansi
Untuk hal ini harus saya katakan apa adanya, motivasi dan kengototan bermain itu hanya diperlihatkan Tantan, Ferdinan, Hariono, pemain lainnya masih harus diberi motivasi agar tampil lebih trengginas. Bahwa bermain untuk PERSIB bukan sebagai puncak karier tetapi ajang pembuktian diri untuk menunjukan kapasitas sebagai skuad team besar. Tidak cukup hanya merasa bangga bermain untuk team sebesar PERSIB yang mampu memposisikan pemainnya laksana selebritis.
Katakan mereka bukan siap-siap kalau tidak mampu mengangkat tim yang dibelanya menjadi Juara. Motivasilah pemain dengan nilai-nilai dan komitmen pada profesi. Bonus besar publikasi media seringkali menadi bumerang yang membuat pemain terlena. Mintalah pemain bertanggungjawab kepada club, suporter, diri sendiri dan keluarga. gajih dan kontrak besar harus dibayar dengan kerja nyata di lapangan
Terlepas dari beberapa kelemahan tadi masih ada waktu buat kang Janur menata tim kebanggaan kita, sepertinya harus mulai dikembangkan sistem kepelatihan partisipatif, dimana permainan/pola main yang dirumuskan menjadi sebuah strategi dasar sebuah tim sepakbola berasal dari hasil rumusan bersama antara pemain dan pelatih dan itulah yang dinamakan Visi Tim. Cara ini memang tidak lazim tetapi pernah dicoba dan terbukti efektip dalam membangun karakter permainan sebuah tim. Kuncinya pelatih menahan diri tidak lebih dulu menyampaikan kosep/pola permainan yang diinginkannya, melainkan meminta pandangan dari seluruh pemain untuk berani mengungkapkan cara bermain seperti apa yang dia sukai.
Kalau sudah demikian pelatih selaku koki barulah meramu sebuah konsep/pola permainan yang dipaparkan kepada pemain berdasarkan gagasan bersama dengan memperhatikan kapasitas masing-masing pemain di setiap posisi dan cara ini lebih membuat pemain beratnggungjawab pada tim. Itulah yang disebut meramu tim, bukannya pelatih yang memaksakan suatu sistem permainan kepada pemain. Akan tetapi jika sudah berada dalam pertandingan sebenarnya, pelatih punya otoritas merubah pola permainan dengan mencermati kelemahan dan kontra strategi lawan di lapangan. Saya menyadari pelatihlah yang lebih tahu kondisi team dan bertanggungjawab mutlak terhadap capaian sebuah tim, tulisan ini semoga saja memotivasi jajaran pelatih dan pemain untuk tampil lebih baik pada kompetisi sesungguhnya dimana kami sangat berharap kalian semua menjadi juara liga se indonesia tahun 2014.
BRAVO PERSIB.
Penulis: Hadian Supriatna
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

betul, visi bermain persib tidak sama . si atep hayang na kieu, ridwan hayang na kitu, tambah nu lain oge. perlu adanya pelajaran teori dikelas. karena bakalan pusing mun pemain inti aya nu teu maen mun visi na beda beda.
satu lagi, timbang berat badan setiap latihan fisik, mun aya nu naek titah lumpat 15 kali kuliling lapangan siliwangi
siip….satuju pisan..pola serangan persib mudah ditebak..jika lawan bermain pintar & disiplin, maka dipastikan persib akan kesulitan menembus pertahanan,. tanpa adannya inovasi & kreatifitas dlm bermain..permainan persib akan sangat mudah terbaca oleh tim lain
Review yang sangat bagus sekali. Akurat.
Bravo Persib.
persib teh team nu sehat loba duit jadi pemaena garendut mun di persib emang secara keseluruhan maen alus…tambah striker di tengah 1 nu haus gol tur kreatip jadi serangan persib teu monoton…kakara kumplit hatur nuhun kritik na ieu mantep kritik nga wangun supaya langkung sae k payunna di ISL 2014 moga jadi juara amin…nnn
Assalamualaikum…
Salam bobotoh persib…
Tambahan oge Kang….. Visi misi klub laen keur pamaen wae
tapi kudu bisa keur bobotoh oge….. Karena tiga elemen ieu
teu bisa dipisahkeun… Tinggal komandona aya di saha ???
Kritikan kudu positif keur 3 elemen ieu, jeung nu dikritik kudu berjiwa besar.
Kang Janur kan orang Bandung dan mantan Punggawa PERSIB,tentu ingin PERSIB menjadi juara.Alangkah baiknya legowo untuk lengser dari kursi pelatih dan memberikan kepada pelatih lain yang lebih Profesional dan mengerti sepakbola.Lieur ngabandungan kang Janur mah!!