Perihal Babak Delapan Besar
Monday, 18 August 2014 | 20:08
Dalam beberapa hari ke belakang, saya bertemu dengan beberapa teman bobotoh. Rata-rata dari mereka sangat yakin bahwa Persib bakal melaju ke babak delapan besar Indonesian Super League (ISL) musim ini. Dengan menyisakan empat partai terakhir melawan Persijap Jepara, Persik Kediri, Persita Tangerang dan Sriwijaya FC, dan dengan dua di antaranya dimainkan di kandang. Optimisme teman-teman bobotoh saya anggap dalam taraf yang wajar. Asumsinya, di atas kertas Persib sekarang tinggal butuh sekitar 7 poin untuk memastikan tiket ke delapan besar. Dan tanpa bermaksud sombong mendahului kehendakNYA, saya juga punya tensi optimisme yang sama. Kemungkinan poin maksimal yang bisa direbut Toni Sucipto cs dari 4 pertandingan sisa adalah 12, artinya Persib sekarang “hanya” butuh setengahnya saja dari kemungkinan poin maksimal itu.
Tetapi masalah yang akan saya bahas di sini bukan tentang kemungkinan lolos atau tidak lolos ke babak delapan besar, anggap saja Persib berhasil lolos. Saya hanya ingin memberikan informasi mengenai mekanisme dan babak regulasi tentang babak delapan besar itu sendiri. Dari beberapa pembicaraan, sebagian besar tidak mengetahui sistem apa yang nantinya akan dipakai oleh PSSI sebagai pemegang dan pelaksana regulasi kompetisi di babak delapan besar nanti.
Beberapa teman sudah mempersiapkan diri untuk tour, menduga-duga jika Persib satu grup dengan Persipura atau Arema, menduga-duga bagaimana jika kita bermain home tournament dengan Persipura Jayapura sebagai host di Stadion Mandala, dicurangi wasit melalui faktor nonteknis dsb, dsb…
Karena penasaran, saya akhirnya mencari informasi tentang hal ini. Maka saya buka ligaindonesia.co.id sebagai situs resminya PSSI. Di situs ini, akhirnya saya mendapatkan jawaban (sementara) yang pijakannya berasal dari PSSI. Artinya, secara legalitas merekalah yang akhirnya harus menjadi pacuan.

Pertama, saya masuk ke bagian regulasi. Di sinilah terdapat semua tetek bengek peraturan dari mulai aturan jersey, konfrensi pers, sampai hal-hal remeh temeh yang lain. Kemudian sampailah saya pada regulasi di mana ternyata babak delapan besar dalam manual ini, akan diselenggarakan dengan format home and away.

Dalam pasal 25, ditulis bahwa pertandingan (8 besar) di setiap wilayah dimainkan dengan sistem kompetisi penuh (sistem liga) di mana setiap klub akan memainkan 2 pertandingan (kandang dan tandang) melawan setiap klub lainnya di grup masing-masing. Dengan penjelasan di butir nomor satu tentang pembagian grupnya.
Jika mengacu pada regulasi ini, berarti Persib nantinya akan bertanding sebanyak enam kali dengan tiga kali bermain di Bandung dan tiga kali bermain di kandang lawan. Dua teratas tiap grup akan melaju ke semifinal. Peringkat pertama grup 1 akan melawan runner up grup 2, peringkat pertama grup 2 akan melawan runner grup 1.
Lalu, bagaimana jika Persib melaju ke semifinal dan final? Dalam pasal 26, dituliskan bahwa format semifinal dan final semuanya menggunakan format home and away dengan aturan gol seperti di Liga Champions Eropa. Misalkan, Persib di semifinal menghadapi Mitra Kukar, di Bandung 0-0 dan di Tenggarong 2-2. Maka Persib melaju ke final dengan unggul agregat mencetak gol dikandang lawan. Format yang diberlakukan sama untuk partai final.

*inkonsistensi yang konsisten ala PSSI
Berarti babak delapan besar akan dilakukan dengan seperti yang dituliskan di atas tadi? Belum tentu juga. Sudah bukan rahasia umum bahwa PSSI sering tidak konsisten dalam menjalankan aturan. Contoh paling dekat tentang bagaimana awut-awutannya penyelenggaran Inter Island Cup 2014 yang berujung dengan partai final yang entah kapan digelar. Jangan pernah ragukan kapasitas PSSI dalam mengecewakan kita semua.
Mulai munculnya wacana bahwa delapan besar nantinya digelar dalam format home tournament bukan hal yang tidak mungkin terjadi. PSSI itu seperti kisah cinta suram kalian-kalian itulah. Semua hal yang tadinya mustahil bisa mudah saja terjadi tanpa terduga. Di manual regulasi tentang babak semifinal dan final saja, ada peraturan yang sifatnya tentatif. (lihat kalimat yang dilingkari). Bahwasannya, babak semifinal dan final bisa saja mengalami perubahan.

Maka, apa hal terbaik yang bisa dipersiapkan dari semua ini? Seperti layaknya seorang yang akan bertempur di medan perang, persiapkan saja semua hal dan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Jika mengacu regulasi awal dan tidak diubah, maka Persib akan bertanding enam kali di babak delapan besar, dua kali dibabak semifinal, dan dua kali dibabak final. Jika nantinya ada aturan baru, ya monggo saja disiapkan lagi walaupun akan sangat mengacak-ngacak program kerja Pak Djanur dan rencana mendukung bobotoh semua. Akhir kata, mari kita berperang dan menyiapkan segala alat tempur. Tahun ini, sebusuk apapun regulasi dan aturan-aturan dari PSSI, mari kita telan dan hajar. Persib harus juara, kita semua harus juara. Hidup!
Penulis adalah Brad Pitt dengan akun twitter @riphanpradipta

Dalam beberapa hari ke belakang, saya bertemu dengan beberapa teman bobotoh. Rata-rata dari mereka sangat yakin bahwa Persib bakal melaju ke babak delapan besar Indonesian Super League (ISL) musim ini. Dengan menyisakan empat partai terakhir melawan Persijap Jepara, Persik Kediri, Persita Tangerang dan Sriwijaya FC, dan dengan dua di antaranya dimainkan di kandang. Optimisme teman-teman bobotoh saya anggap dalam taraf yang wajar. Asumsinya, di atas kertas Persib sekarang tinggal butuh sekitar 7 poin untuk memastikan tiket ke delapan besar. Dan tanpa bermaksud sombong mendahului kehendakNYA, saya juga punya tensi optimisme yang sama. Kemungkinan poin maksimal yang bisa direbut Toni Sucipto cs dari 4 pertandingan sisa adalah 12, artinya Persib sekarang “hanya” butuh setengahnya saja dari kemungkinan poin maksimal itu.
Tetapi masalah yang akan saya bahas di sini bukan tentang kemungkinan lolos atau tidak lolos ke babak delapan besar, anggap saja Persib berhasil lolos. Saya hanya ingin memberikan informasi mengenai mekanisme dan babak regulasi tentang babak delapan besar itu sendiri. Dari beberapa pembicaraan, sebagian besar tidak mengetahui sistem apa yang nantinya akan dipakai oleh PSSI sebagai pemegang dan pelaksana regulasi kompetisi di babak delapan besar nanti.
Beberapa teman sudah mempersiapkan diri untuk tour, menduga-duga jika Persib satu grup dengan Persipura atau Arema, menduga-duga bagaimana jika kita bermain home tournament dengan Persipura Jayapura sebagai host di Stadion Mandala, dicurangi wasit melalui faktor nonteknis dsb, dsb…
Karena penasaran, saya akhirnya mencari informasi tentang hal ini. Maka saya buka ligaindonesia.co.id sebagai situs resminya PSSI. Di situs ini, akhirnya saya mendapatkan jawaban (sementara) yang pijakannya berasal dari PSSI. Artinya, secara legalitas merekalah yang akhirnya harus menjadi pacuan.
Pertama, saya masuk ke bagian regulasi. Di sinilah terdapat semua tetek bengek peraturan dari mulai aturan jersey, konfrensi pers, sampai hal-hal remeh temeh yang lain. Kemudian sampailah saya pada regulasi di mana ternyata babak delapan besar dalam manual ini, akan diselenggarakan dengan format home and away.
Dalam pasal 25, ditulis bahwa pertandingan (8 besar) di setiap wilayah dimainkan dengan sistem kompetisi penuh (sistem liga) di mana setiap klub akan memainkan 2 pertandingan (kandang dan tandang) melawan setiap klub lainnya di grup masing-masing. Dengan penjelasan di butir nomor satu tentang pembagian grupnya.
Jika mengacu pada regulasi ini, berarti Persib nantinya akan bertanding sebanyak enam kali dengan tiga kali bermain di Bandung dan tiga kali bermain di kandang lawan. Dua teratas tiap grup akan melaju ke semifinal. Peringkat pertama grup 1 akan melawan runner up grup 2, peringkat pertama grup 2 akan melawan runner grup 1.
Lalu, bagaimana jika Persib melaju ke semifinal dan final? Dalam pasal 26, dituliskan bahwa format semifinal dan final semuanya menggunakan format home and away dengan aturan gol seperti di Liga Champions Eropa. Misalkan, Persib di semifinal menghadapi Mitra Kukar, di Bandung 0-0 dan di Tenggarong 2-2. Maka Persib melaju ke final dengan unggul agregat mencetak gol dikandang lawan. Format yang diberlakukan sama untuk partai final.
*inkonsistensi yang konsisten ala PSSI
Berarti babak delapan besar akan dilakukan dengan seperti yang dituliskan di atas tadi? Belum tentu juga. Sudah bukan rahasia umum bahwa PSSI sering tidak konsisten dalam menjalankan aturan. Contoh paling dekat tentang bagaimana awut-awutannya penyelenggaran Inter Island Cup 2014 yang berujung dengan partai final yang entah kapan digelar. Jangan pernah ragukan kapasitas PSSI dalam mengecewakan kita semua.
Mulai munculnya wacana bahwa delapan besar nantinya digelar dalam format home tournament bukan hal yang tidak mungkin terjadi. PSSI itu seperti kisah cinta suram kalian-kalian itulah. Semua hal yang tadinya mustahil bisa mudah saja terjadi tanpa terduga. Di manual regulasi tentang babak semifinal dan final saja, ada peraturan yang sifatnya tentatif. (lihat kalimat yang dilingkari). Bahwasannya, babak semifinal dan final bisa saja mengalami perubahan.
Maka, apa hal terbaik yang bisa dipersiapkan dari semua ini? Seperti layaknya seorang yang akan bertempur di medan perang, persiapkan saja semua hal dan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Jika mengacu regulasi awal dan tidak diubah, maka Persib akan bertanding enam kali di babak delapan besar, dua kali dibabak semifinal, dan dua kali dibabak final. Jika nantinya ada aturan baru, ya monggo saja disiapkan lagi walaupun akan sangat mengacak-ngacak program kerja Pak Djanur dan rencana mendukung bobotoh semua. Akhir kata, mari kita berperang dan menyiapkan segala alat tempur. Tahun ini, sebusuk apapun regulasi dan aturan-aturan dari PSSI, mari kita telan dan hajar. Persib harus juara, kita semua harus juara. Hidup!
Penulis adalah Brad Pitt dengan akun twitter @riphanpradipta

Satuju lur… persiapkeun Fisik,mental boh pemain boh bobotoh
Pokonamah dahar jeung hajar liga awut-awutan ieu
Usulkeun ka PSSI, ngaran PERSIBA (Bantul + Balikpapan) ulah sarua. Ceuk dekah nu pangheulana ngadeg eta nu boga hak ngaran PERSIBA. Nu hiji deui kudu ngelehan ngarana seperti PERSIBAL … satuju?
Dekah ge rek ‘ngambek’ mun aya ngaran PERSIB lain (sarupaning Baubau, Bandungbarat, B …, jeung B … kota/kabupaten salain Kota Bandung).
PERSIB TAUN ieu kudu JUARA !