
Unik memang proses Robert hingga akhirnya dia bisa mengawali karir sebagai pelatih. Di satu sisi dia adalah rekan satu tim bagi pemain, tapi Robert juga terdaftar sebagai pelatih dalam skuat. Menurutnya status sebagai player-coach merupakan peran yang membingungkan di awalnya.
Namun demikian Robert juga mengatakan sangat menikmati fungsi ganda dia di dalam tim. Lantaran dia bisa tetap dekat dengan pemain sebagai teman. Tapi ada kesempatan berbeda dia bertugas untuk merancang program latihan serta taktik yang dimainkan. Beruntung rekan setimnya bisa menghargainya juga sebagai sosok pelatih.
“Itu tentu peran yang beda, karena sebelumnya saya menikmati peran sebagai pemain dan setelah itu saya menjadi pelatih bagi teman-teman satu tim. Saya lalu membangun program latihan dan taktik yang akan dimainkan,” tutur pria kelahiran 1954 itu.
“Saya menikmati itu sejak awal. Saya juga mendapat hasil yang luar biasa. Di satu kesempatan kami merupakan teman satu sama lain tapi di kesempatan berbeda saya menjadi pelatih mereka. Tetapi pemain tetap percaya dengan apa yang saya sampaikan dan kami mencapai sukses bersama,” lanjutnya.
Robert mengatakan dia banyak belajar dari peran unik ini pada banyak aspek. Terutama dalam pengambilan keputusan dan siap untuk bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya tanpa harus mencari alasan. Sikap teguh pendirian itu tumbuh ketika dia menjadi pelatih dan sekaligus itu bertanding di lapangan.
“Jadi peran sebagai pemain-pelatih sangat berguna untuk saya, dari sana saya belajar. Bahwa dari apa yang saya katakan, saya harus teguh pendirian tanpa harus mencari-cari banyak alasan. Karena di satu sisi saya bermain sebagai pemain yang menghuni starting eleven dan saya juga menjadi pelatih,” jelasnya.
Robert pun terbilang cukup menjanjikan sebagai pelatih hingga banyak tim ingin meminangnya. Namun dia masih setiap bersama timnya. “Itu awalan yang bagus bagi saya dan saya juga sempat mendapat tawaran yang menarik dari klub Swedia lainya. Tetapi saya masih dengan loyalitas tetap bersama klub ini,” ujarnya.
Eks pelatih PSM itu pun memberikan konfirmasi mengenai banyak data di internet yang menyebut dirinya pensiun dini saat usia 30. Informasi yang tepat adalah dia lebih dulu berperan ganda sebagai pemain-pelatih di usia 30 dan baru benar-benar fokus menjadi pelatih tiga tahun kemudian.
“Jadi bisa dikatakan saya tidak pensiun di usia 30, tapi saya masih menjadi pemain-pelatih saat itu. Baru di sekitar usia 34 saya benar-benar berhenti bermain. Hanya sesekali saya bermain dengan tim veteran,” ujarnya memungkasi.
Mamang Djaja Mihardja
19/06/2020 at 17:44
alhamdulillah liga 1 dan 2 rek dilanjutken bulan sep atawa okt 2020 ceuk mang ketum peesesi, mudah mudahan bisa terealisasi, geus ti pertengahan maret mamang 100% teu pernah nyetel tipi, euweuh ncib = no watching tipi, its result mayar listrik jadi rada ringan lur…