Peran Unik Robert Rintis Karir Sebagai Pelatih (Bagian 1)
Friday, 19 June 2020 | 13:02
Kiprah Robert Rene Alberts di dunia sepakbola dirintis sejak dirinya dikontrak Ajax Amsterdam saat usianya masih 18 tahun. Setelah itu karir sebagai pemain banyak dihabiskan di Amerika Serikat dan Swedia. Dari sana dia akhirnya melanjutkan karir sebagai juru racik taktik hingga kini bergabung dengan Persib.
Robert lalu bercerita mengenai awal hubungan dia dengan liga Swedia. Saat itu dia diberi tawaran dari pelatih asal Inggris untuk mencoba peruntungan di klub bernama Raa IF, yang ketika itu merupakan tim semi profesional. Karena orang-orang bebas datang untuk ikut berlatih.
Tidak lama berselang, pria kelahiran Amsterdam 65 tahun lalu tersebut mengalami cedera parah. Dokter tim yang menanganinya memberi anjuran untuk melakukan operasi. Tetapi Robert enggan karirnya habis karena naik meja bedah dan membuatnya memilih untuk berlatih lebih giat dan berganti klub.
“Dari klub itu lalu saya pindah ke klub lain karena mengalami cedera di punggung bagian bawah dan dokter menyuruh saya untuk melakukan operasi di usia yang sangat muda, sekitar usia 24. Jadi saya menolaknya karena tak ada garansi saya bisa bermain sepakbola lagi setelah itu,” ujar Robert ketika diwawancara.
“Jadi ketimbang operasi, saya melakukan program ketat untuk meningkatkan otot punggung. Saya bangkit dari masalah itu dan ketika saya bermain untuk tim yang kastanya lebih di bawah, klub yang bernama Hittarps IK,” lanjut pelatih dengan ciri khas topi berwarna coklatnya itu.
Karirnya sebagai pemain lalu menanjak lagi dan Robert sanggup berkontribusi banyak untuk klubnya. “Bersama klub itu, saya mulai membangun karir lagi di Swedia, kami menjadi tim yang fantastis karena jadi sebuah unit yang kompak, kami seperti keluarga besar,” jelasnya.
Dari sana Robert mulai membuka jalan menjadi seorang pelatih. Saat itu Hittarps melengserkan pelatihnya dan uniknya menunjuk Robert sebagai pengganti. Padahal saat itu Robert masih aktif sebagai pemain. Akhirnya di usia yang terbilang muda, dirinya mengenyam tugas ganda sebagai pelatih dan pemain.
“Apa yang terjadi berikutnya, ketika saya masih aktif bermain, manajemen meminta pelatih kami untuk pergi dan saat itu saya masih berusia 30-31 tahun. Saat pelatih pergi pihak manajemen meminta saya untuk menjadi pelatih juga. Sehingga saya menjadi pemain merangkap pelatih di tim tersebut,” jelasnya.

Kiprah Robert Rene Alberts di dunia sepakbola dirintis sejak dirinya dikontrak Ajax Amsterdam saat usianya masih 18 tahun. Setelah itu karir sebagai pemain banyak dihabiskan di Amerika Serikat dan Swedia. Dari sana dia akhirnya melanjutkan karir sebagai juru racik taktik hingga kini bergabung dengan Persib.
Robert lalu bercerita mengenai awal hubungan dia dengan liga Swedia. Saat itu dia diberi tawaran dari pelatih asal Inggris untuk mencoba peruntungan di klub bernama Raa IF, yang ketika itu merupakan tim semi profesional. Karena orang-orang bebas datang untuk ikut berlatih.
Tidak lama berselang, pria kelahiran Amsterdam 65 tahun lalu tersebut mengalami cedera parah. Dokter tim yang menanganinya memberi anjuran untuk melakukan operasi. Tetapi Robert enggan karirnya habis karena naik meja bedah dan membuatnya memilih untuk berlatih lebih giat dan berganti klub.
“Dari klub itu lalu saya pindah ke klub lain karena mengalami cedera di punggung bagian bawah dan dokter menyuruh saya untuk melakukan operasi di usia yang sangat muda, sekitar usia 24. Jadi saya menolaknya karena tak ada garansi saya bisa bermain sepakbola lagi setelah itu,” ujar Robert ketika diwawancara.
“Jadi ketimbang operasi, saya melakukan program ketat untuk meningkatkan otot punggung. Saya bangkit dari masalah itu dan ketika saya bermain untuk tim yang kastanya lebih di bawah, klub yang bernama Hittarps IK,” lanjut pelatih dengan ciri khas topi berwarna coklatnya itu.
Karirnya sebagai pemain lalu menanjak lagi dan Robert sanggup berkontribusi banyak untuk klubnya. “Bersama klub itu, saya mulai membangun karir lagi di Swedia, kami menjadi tim yang fantastis karena jadi sebuah unit yang kompak, kami seperti keluarga besar,” jelasnya.
Dari sana Robert mulai membuka jalan menjadi seorang pelatih. Saat itu Hittarps melengserkan pelatihnya dan uniknya menunjuk Robert sebagai pengganti. Padahal saat itu Robert masih aktif sebagai pemain. Akhirnya di usia yang terbilang muda, dirinya mengenyam tugas ganda sebagai pelatih dan pemain.
“Apa yang terjadi berikutnya, ketika saya masih aktif bermain, manajemen meminta pelatih kami untuk pergi dan saat itu saya masih berusia 30-31 tahun. Saat pelatih pergi pihak manajemen meminta saya untuk menjadi pelatih juga. Sehingga saya menjadi pemain merangkap pelatih di tim tersebut,” jelasnya.
