
Emosional, tak kenal takut, tangguh, pantang jadi pecundang, karakter yang digambarkan bek asing Persib asal Montenegro saat juara 2014. Siapa lagi kalau bukan Vladimir Vujovic. Satu dari tiga pemain asing yang sukses memberikan gelar untuk Maung Bandung, adalah generasi pemain asing pertama yang sukses membawa Persib juara kandaskan Persipura di final (7/11/2014).
Vujovic adalah sosok yang ngeyel, sehari setelah datang ke Persib ia kekeuh ingin dimainkan dalam laga uji coba vs DC United (6/12/2013) sebagai ajang seleksi dihadapan Jajang Nurjaman. Padahal kondisi kesiapan fisiknya belum optimal, jetlag akibat perjalanan Montenegro-Indonesia.
Walau belum sempat membuat yakin Bobotoh (berpikiran bagaimana mungkin seorang gelandang bertahan maksimal jika diposisikan bek tengah), usai laga tersebut Janur memutuskan untuk merekrutnya menjadi bagian dari skuad minim 2014. Vlado justru dengan atributnya memiliki insting dan teknik seorang gelandang, dianggap sosok yang tepat menjadi bek dengan filosofi sepakbola Janur yang ingin membangun serangan sedari garis pertahanan.
Sepakat momen yang akan paling diingat Bobotoh jika menyebut namanya, adalah kekonyolan serta penebusannya yang tuntas di babak semi final Indonesia Super League (ISL) vs Arema Cronus (4/11/2014) Jakabaring Palembang. Vlado salah mengantisipasi bola di area berbahaya, memudahkan Beto Goncalvez membobol gawang I Made Wirawan, buat Persib tertinggal.
Usaha Persib menyamakan kedudukan semakin sulit, strategi Singo Edan yang menarik seluruh pemain menyerangnya dengan pemain bertahan buat Vlado ambil resiko sering membantu penyerangan. Janur menceritakan di momen itu ia berpikiran menjadi titik batas Persib musim itu gagal kesekian kali menyudahi puasa gelar 19 tahun. “Apakah sudah sampai di sini saja?” begitu dalam hatinya.
Siapa sangka sosok balkan yang benci kekalahan itu menjaga api tetap menyala, menit 83 sebuah kemelut di muka gawang hasil sepak pojok Firman Utina, Vujovic maksimalkan peluang untuk mencetak gol penyama angka. Sontak seketika selebrasinya ekspresif merangkul Janur di bench. Laga berlanjut ke perpanjangan waktu, Atep dan Makan Konate sukses membalikkan keadaan, Persib menyongsong final dan juara.

Cerita Vlado setelah itu hanya pemenuhan loyalitas kepada klub dan Bobotoh, bagian dari bumbu-bumbu cerita tentang bagaimana cara ia mengakhiri karier di sepakbola sebagai pemain. Walau digoda klub Malaysia (2015) hatinya tetap biru ingin bersama Persib.
Tambahan satu koleksi gelar di Piala Presiden 2015, lalu merasakan terpuruk di kompetisi Liga 1 2017 dan pergi ke klub lain. Mengambil keputusan penting untuk gantung sepatu justru bukan di klub yang pernah ia bawa juara jadi hal yang mengganjal. Satu hal yang disayangkan, kami (Persib dan Bobotoh) belum sempat memberikan laga perpisahan seperti halnya kami lakukan kepada Bojan Malisic dan Hariono. Kami patut menghormati mu legenda.
Komentar Bobotoh