Pendapat Kim Soal Kelanjutan Liga
Saturday, 03 October 2020 | 14:49
Ditundanya lanjutan Liga 1 menyimpan keraguan akan berlanjutnya kompetisi edisi 2020. Mengingat masa pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum bisa ditangani dengan terus meningkatnya angka reaktif, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diperketat, serta waktu kompetisi yang semakin sempit.
Optimisme berlanjutnya Liga 1 2020 menjadi berkurang. Kehendak yang tak bisa dipaksakan, menjadi sulit diprediksi walau PSSI meminta bulan November agar pemerintah dan kepolisian memberi lampu hijau. Pasalnya, jika lebih dari waktu tersebut liga edisi 2020 sulit untuk dilanjutkan.
“(Optimisme liga berlanjut) kalau itu enggak ada di tangan saya, kayaknya juga enggak ada di tangan kita semua, itu kita lihat saja kedepan bagaimana, sulit untuk diprediksikan,” kata gelandang Persib Kim Jeffrey Kurniawan.
Kim memaparkan andai liga tak ditunda, bulan Oktober adalah waktu yang ideal, lalu menyelesaikan pertandingan di bulan Februari, kemudian melanjutkan Liga 2021 dalam jeda singkat seperti kompetisi di Eropa. Melihat kondisi sekarang situasi jadi tak optimal. “Ya tentunya tidak optimal, karena kita secara tim sudah siap, menurut saya Persib salah satu tim yang paling siap untuk hadapi lanjutan liga,” paparnya.
Namun dengan melihat kepada sisi kesehatan dan kemanusiaan, semua harus bijak menanggapi. Ada sebab dan alasan yang harus bisa dipahami liga ditunda atau bahkan kemungkinan terburuknya ditiadakan. Tidak seperti musim kompetisi 2015 yang ditiadakan karena sebab yang sulit untuk diterima.
“Keadaan seperti ini mau enggak mau harus menerima, saya kan lihat waktu QNB (kompetisi musim 2015) kalau enggak salah kita main tiga pertandingan terus cancel kan liga. Tapi alasannya enggak jelas, nah sekarang kan ada nyawa yang dipertaruhkan beda lagi. Kesehatan memang nomor satu dan kalau mereka tidak bisa menjamin kesehatan seluruh masyarakat ya berarti harus dipikirkan ulang karena itu demi keselamatan kita,” tutur Kim
“Kesehatan nomor satu. Saya pikir dengan protokol kesehatan dan lain-lain bisa dijalani seperti di luar negeri, dan kalau ternyata tidak bisa ya kami harus bisa menerima dan walau pun kita sudah kangen bermain, ya itu (keputusan) enggak ada ditangan kita, pasrah,” beber Kim.

Ditundanya lanjutan Liga 1 menyimpan keraguan akan berlanjutnya kompetisi edisi 2020. Mengingat masa pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum bisa ditangani dengan terus meningkatnya angka reaktif, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diperketat, serta waktu kompetisi yang semakin sempit.
Optimisme berlanjutnya Liga 1 2020 menjadi berkurang. Kehendak yang tak bisa dipaksakan, menjadi sulit diprediksi walau PSSI meminta bulan November agar pemerintah dan kepolisian memberi lampu hijau. Pasalnya, jika lebih dari waktu tersebut liga edisi 2020 sulit untuk dilanjutkan.
“(Optimisme liga berlanjut) kalau itu enggak ada di tangan saya, kayaknya juga enggak ada di tangan kita semua, itu kita lihat saja kedepan bagaimana, sulit untuk diprediksikan,” kata gelandang Persib Kim Jeffrey Kurniawan.
Kim memaparkan andai liga tak ditunda, bulan Oktober adalah waktu yang ideal, lalu menyelesaikan pertandingan di bulan Februari, kemudian melanjutkan Liga 2021 dalam jeda singkat seperti kompetisi di Eropa. Melihat kondisi sekarang situasi jadi tak optimal. “Ya tentunya tidak optimal, karena kita secara tim sudah siap, menurut saya Persib salah satu tim yang paling siap untuk hadapi lanjutan liga,” paparnya.
Namun dengan melihat kepada sisi kesehatan dan kemanusiaan, semua harus bijak menanggapi. Ada sebab dan alasan yang harus bisa dipahami liga ditunda atau bahkan kemungkinan terburuknya ditiadakan. Tidak seperti musim kompetisi 2015 yang ditiadakan karena sebab yang sulit untuk diterima.
“Keadaan seperti ini mau enggak mau harus menerima, saya kan lihat waktu QNB (kompetisi musim 2015) kalau enggak salah kita main tiga pertandingan terus cancel kan liga. Tapi alasannya enggak jelas, nah sekarang kan ada nyawa yang dipertaruhkan beda lagi. Kesehatan memang nomor satu dan kalau mereka tidak bisa menjamin kesehatan seluruh masyarakat ya berarti harus dipikirkan ulang karena itu demi keselamatan kita,” tutur Kim
“Kesehatan nomor satu. Saya pikir dengan protokol kesehatan dan lain-lain bisa dijalani seperti di luar negeri, dan kalau ternyata tidak bisa ya kami harus bisa menerima dan walau pun kita sudah kangen bermain, ya itu (keputusan) enggak ada ditangan kita, pasrah,” beber Kim.
