Pemain HWC Ini Ingin Kembali Jadi Pesepakbola Profesional
Saturday, 01 November 2014 | 19:06
Turnamen street soccer untuk kaum termarjinalkan, Homeless World Cup, mengusung tema perubahan kualitas hidup. Maka muncul pertanyaan, apa yang akan dan bisa dilakukan pemain sepulang dari turnamen ini. Bukan prestasi tujuan utamanya, melainkan pemain tersebut bisa memberi perubahan minimal terhadap dirinya sendiri.
Tim nasional Indonesia sudah kembali ke tanah air dari HWC 2014 di Santiago, Chile, pada 29 November lalu. Tim “Merah Putih” membawa gelar sebagai peringkat 10 dunia dari keikutsertaan 42 negara. Di kantor Rumah Cemara, Jumat (31/10), tim ini resmi dibubarkan dan dikembalikan ke daerahnya masing-masing.
Delapan pemain di tim asuhan Bonsu Hasibuan ini adalah Midjuli Santoso (Bali), Tommi Hartono (Jawa Barat), Sony Nasirwan (Sumatera Barat), Rijal Saepuloh (Jawa Barat) Swananda Pradika (Nusa Tenggara Barat)n Tommy Engelberth Seharlawan (Papua), Yudhi Ramanda (Sumatera Utara) dan Akhmad Fauzi (DKI Jakarta). Pertandingan dalam kehidupan mereka justru dimulai setelah mereka kembali ke tanah air.
“Pulang nanti saya mau cari kerja. Sudah 2 bulan ga kerja. Kemudian, saya juga senang olahraga. Jadi selain kerja, saya juga akan menghabiskan waktu untuk olahraga, main bola, fitness. Jadi saya ga keluyuran lagi dan terjerumus lagi ke narkoba. Saya mantan pengguna narkoba dan hidup dengan AIDS. Saya mau hidup sehat,” tutur penjaga gawang asal Bali.
Pemain lain, bertekad untuk terus melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah sembari bermain bola. Dia adalah Akhmad Fauzi.
Tiga pemain lain berharap bisa bergabung dengan salah satu tim peserta Liga Futsal Indonesia. Mereka adalah duo pemain bernama nyaris sama, Tommi dan Tommy, serta Rijal atau lebih karib disapa Ateng.
“Tujuan utama, saya ingin main di Liga Futsal Indonesia. Mudah-mudahan ada tim yang tertarik untuk merekrut saya. Dan semoga nanti setelah pulang ini bisa kerja, ada tawaran PNS di Papua,” ujar Tommy.
“Pengen bermain di liga futsal. Ingin merasakan atmosfer liga. Mencari pengalaman baru,” kata Ateng malu-malu.
Sedangkan Yudi Ramanda justru merupakan mantan pemain sepakbola profesional. Ia pernah membela PSDS Deli Serdang, PSMS Medan, Semen Padang dan Persikota Tangerang. Pemain yang berposisi sebagai striker ini bahkan pernah menjadi roommate atau rekan sekamar pemain Persib Bandung, Supardi Nasir.
Pria berusia 32 tahun ini kemudian terjerumus ke dunia narkoba yang mengorbankan karir sepakbolanya. Pemain yang biasa dipanggil Rama ini 7 bulan lalu sudah menjalani rehabilitasi dan lepas dari narkoba. Ia kini berharap bisa kembali bermain sepakbola.
“Saya ingin bisa tetap bermain bola. Saya ingin main lagi, kalau ga Divisi Utama, ya Divisi 1 lah. Dan berharap tetap clean (bersih dari narkoba) karena baru 7 bulan lepas dari narkoba. Dan semoga sampai Medan saya bisa diterima istri saya lagi,” ungkapnya.
Dalam acara syukuran timnas HWC di Kantor Rumah Cemara, Jumat (31/10) ini, “ketua adat” Ginan Koesmayadi mengatakan bahwa pekerjaan rumah sebenarnya bagi para pemain ini sudah menunggu di kehidupan nyata.
“Pemain ini akan dikembalikan ke daerahnya. Pertanyaannya, apa yang akan mereka lalukan di sana? Tentu harapannya, sesuai dengan tujuan dari tujuan ini adalah perubahan menjadi manusia yang lebih baik, bukan buat orang lain, tapi minimal untuk diri sendiri dan orang-orang disekitarnya,” urai Ginan.

Turnamen street soccer untuk kaum termarjinalkan, Homeless World Cup, mengusung tema perubahan kualitas hidup. Maka muncul pertanyaan, apa yang akan dan bisa dilakukan pemain sepulang dari turnamen ini. Bukan prestasi tujuan utamanya, melainkan pemain tersebut bisa memberi perubahan minimal terhadap dirinya sendiri.
Tim nasional Indonesia sudah kembali ke tanah air dari HWC 2014 di Santiago, Chile, pada 29 November lalu. Tim “Merah Putih” membawa gelar sebagai peringkat 10 dunia dari keikutsertaan 42 negara. Di kantor Rumah Cemara, Jumat (31/10), tim ini resmi dibubarkan dan dikembalikan ke daerahnya masing-masing.
Delapan pemain di tim asuhan Bonsu Hasibuan ini adalah Midjuli Santoso (Bali), Tommi Hartono (Jawa Barat), Sony Nasirwan (Sumatera Barat), Rijal Saepuloh (Jawa Barat) Swananda Pradika (Nusa Tenggara Barat)n Tommy Engelberth Seharlawan (Papua), Yudhi Ramanda (Sumatera Utara) dan Akhmad Fauzi (DKI Jakarta). Pertandingan dalam kehidupan mereka justru dimulai setelah mereka kembali ke tanah air.
“Pulang nanti saya mau cari kerja. Sudah 2 bulan ga kerja. Kemudian, saya juga senang olahraga. Jadi selain kerja, saya juga akan menghabiskan waktu untuk olahraga, main bola, fitness. Jadi saya ga keluyuran lagi dan terjerumus lagi ke narkoba. Saya mantan pengguna narkoba dan hidup dengan AIDS. Saya mau hidup sehat,” tutur penjaga gawang asal Bali.
Pemain lain, bertekad untuk terus melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah sembari bermain bola. Dia adalah Akhmad Fauzi.
Tiga pemain lain berharap bisa bergabung dengan salah satu tim peserta Liga Futsal Indonesia. Mereka adalah duo pemain bernama nyaris sama, Tommi dan Tommy, serta Rijal atau lebih karib disapa Ateng.
“Tujuan utama, saya ingin main di Liga Futsal Indonesia. Mudah-mudahan ada tim yang tertarik untuk merekrut saya. Dan semoga nanti setelah pulang ini bisa kerja, ada tawaran PNS di Papua,” ujar Tommy.
“Pengen bermain di liga futsal. Ingin merasakan atmosfer liga. Mencari pengalaman baru,” kata Ateng malu-malu.
Sedangkan Yudi Ramanda justru merupakan mantan pemain sepakbola profesional. Ia pernah membela PSDS Deli Serdang, PSMS Medan, Semen Padang dan Persikota Tangerang. Pemain yang berposisi sebagai striker ini bahkan pernah menjadi roommate atau rekan sekamar pemain Persib Bandung, Supardi Nasir.
Pria berusia 32 tahun ini kemudian terjerumus ke dunia narkoba yang mengorbankan karir sepakbolanya. Pemain yang biasa dipanggil Rama ini 7 bulan lalu sudah menjalani rehabilitasi dan lepas dari narkoba. Ia kini berharap bisa kembali bermain sepakbola.
“Saya ingin bisa tetap bermain bola. Saya ingin main lagi, kalau ga Divisi Utama, ya Divisi 1 lah. Dan berharap tetap clean (bersih dari narkoba) karena baru 7 bulan lepas dari narkoba. Dan semoga sampai Medan saya bisa diterima istri saya lagi,” ungkapnya.
Dalam acara syukuran timnas HWC di Kantor Rumah Cemara, Jumat (31/10) ini, “ketua adat” Ginan Koesmayadi mengatakan bahwa pekerjaan rumah sebenarnya bagi para pemain ini sudah menunggu di kehidupan nyata.
“Pemain ini akan dikembalikan ke daerahnya. Pertanyaannya, apa yang akan mereka lalukan di sana? Tentu harapannya, sesuai dengan tujuan dari tujuan ini adalah perubahan menjadi manusia yang lebih baik, bukan buat orang lain, tapi minimal untuk diri sendiri dan orang-orang disekitarnya,” urai Ginan.

yudhi ramanda mamang urang ti medan,cepet pulang ke medan om.