Pandangan Robert Alberts Soal Flare di Stadion
Wednesday, 15 June 2022 | 15:39
Cerawat atau flare menyala di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), saat David da Silva sukses membobol gawang Bali United untuk menyamakan kedudukan 1-1, Minggu (12/6/2022). Asap yang ditimbulkan membuat wasit Fariq Hitaba menghentikan sementara pertandingan.
Dalam aturan regulasi federasi sudah jelas penyalaan flare, kembang api, smoke bomb di dalam stadion dilarang. Hal itu dapat dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin dan dapat dikenakan sanksi sesuai kode disiplin PSSI. Hal tersebut juga tidak diperbolehkan oleh FIFA—induk sepakbola dunia.
Pelatih Persib Robert Alberts punya opini pribadi soal flare. Ia tampak memaklumi suka cita suporter dengan cara demikian mengingat mereka sudah dua tahun tidak menyaksikan pertandingan tim kesayangan ke stadion karena pandemi Covid-19. Ia tahu bagaimana fanatisme suporter sepakbola di Indonesia.
“Seperti ini, menurut opini pribadi saya, suporter Indonesia sudah lebih dari dua tahun tidak berada di stadion. Kami tahu bagaimana suporter di Indonesia itu sangat fanatik terhadap klubnya dan sepakbola Indonesia itu sendiri,” kata Robert.
Jika berkaca kepada suporter di Eropa, mereka juga sama-sama menyalakan flare namun jarang terjadi laga dihentikan selama tidak membahayakan. Menurut Robert toleransi dan pengertian itu semestinya berlaku.
“Jika melihat di Eropa, banyak pertandingan di sana yang menyalakan flare. Tapi kalian jarang melihat pertandingan di sana dihentikan. Selama tidak membahayakan, pertandingan tetap berjalan dan saya rasa kami harus berpikir sama,” tutur Robert.
“Suporter juga sangat senang karena mereka bisa kembali ke stadion lagi. Selama mereka tidak membuat situasi berbahaya, sebaiknya ada toleransi dan pengertian dari situasi seperti itu,” paparnya.
Namun Robert menegaskan opininya perihal tentang saling pengertian melihat situasi terakhir yang terjadi di sepakbola Indonesia. Jika flare di Indonesia bisa membahayakan seperti menimbulkan gangguan pernapasan, maka aturan tersebut harus ditegakkan dan setiap orang harus menerimanya.
“Jika membuat situasi jadi berbahaya tentunya itu berbeda. Sekali lagi, ini tentang saling pengertian dari permainan dan pemahaman terhadap situasi. Tapi mereka mempunyai aturan dan kami harus mengikuti peraturannya. Orang-orang harus menerima aturan tersebut,” tandas Robert.

Cerawat atau flare menyala di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), saat David da Silva sukses membobol gawang Bali United untuk menyamakan kedudukan 1-1, Minggu (12/6/2022). Asap yang ditimbulkan membuat wasit Fariq Hitaba menghentikan sementara pertandingan.
Dalam aturan regulasi federasi sudah jelas penyalaan flare, kembang api, smoke bomb di dalam stadion dilarang. Hal itu dapat dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin dan dapat dikenakan sanksi sesuai kode disiplin PSSI. Hal tersebut juga tidak diperbolehkan oleh FIFA—induk sepakbola dunia.
Pelatih Persib Robert Alberts punya opini pribadi soal flare. Ia tampak memaklumi suka cita suporter dengan cara demikian mengingat mereka sudah dua tahun tidak menyaksikan pertandingan tim kesayangan ke stadion karena pandemi Covid-19. Ia tahu bagaimana fanatisme suporter sepakbola di Indonesia.
“Seperti ini, menurut opini pribadi saya, suporter Indonesia sudah lebih dari dua tahun tidak berada di stadion. Kami tahu bagaimana suporter di Indonesia itu sangat fanatik terhadap klubnya dan sepakbola Indonesia itu sendiri,” kata Robert.
Jika berkaca kepada suporter di Eropa, mereka juga sama-sama menyalakan flare namun jarang terjadi laga dihentikan selama tidak membahayakan. Menurut Robert toleransi dan pengertian itu semestinya berlaku.
“Jika melihat di Eropa, banyak pertandingan di sana yang menyalakan flare. Tapi kalian jarang melihat pertandingan di sana dihentikan. Selama tidak membahayakan, pertandingan tetap berjalan dan saya rasa kami harus berpikir sama,” tutur Robert.
“Suporter juga sangat senang karena mereka bisa kembali ke stadion lagi. Selama mereka tidak membuat situasi berbahaya, sebaiknya ada toleransi dan pengertian dari situasi seperti itu,” paparnya.
Namun Robert menegaskan opininya perihal tentang saling pengertian melihat situasi terakhir yang terjadi di sepakbola Indonesia. Jika flare di Indonesia bisa membahayakan seperti menimbulkan gangguan pernapasan, maka aturan tersebut harus ditegakkan dan setiap orang harus menerimanya.
“Jika membuat situasi jadi berbahaya tentunya itu berbeda. Sekali lagi, ini tentang saling pengertian dari permainan dan pemahaman terhadap situasi. Tapi mereka mempunyai aturan dan kami harus mengikuti peraturannya. Orang-orang harus menerima aturan tersebut,” tandas Robert.

kana aturan indonesia mah jgn di tanya
dari hulu ke hilir beda beda prakna
Kenapa panpel bisa kecolongan emank kerja nya apain tidur X ya sampai bisa ada flare masuk emnk g di cek gtu sebelum masuk ke stadionnya
Hey tong sok nyalahkeun batur, komo ka panpel.
Apanan panpel hanya penyelenggara,, hese atuh ngajagaan 20 ribu jelema dipolototan hiji2.
Keywords: Introspeksi