Nyanyang Juhana, Gagal Bersinar di Persib Karena Kecelakaan (Bagian 1)
Monday, 11 January 2021 | 15:00

Nyanyang Juhana, Jatinangor, 2021
Publik sepakbola Bandung sempat menggadang-gadang satu sosok striker yang akan menjadi suksesor Sutiono Lamso sebagai bomber berbahaya Persib di akhir era 90-an. Nyanyang Juhana, penyerang asal Jatinangor disebut punya potensi untuk menjadi tulang punggung tim di lini depan. Sayang karirnya tak berjalan mulus, kecelakaan membuat kesempatan bersinar bersama Maung Bandung sirna.
Sejak era Perserikatan hingga periode awal Liga Indonesia, Persib belum menggunakan jasa pemain asing di dalam tim. Komponen di dalam skuat pun datang dari pembinaan klub-klub intern, pemain yang punya talenta lah yang dipromosikan untuk memperkuat tim senior. Alur yang sudah menjadi tradisi dan Nyanyang melewati proses itu dalam meniti karir sebagai pesepakbola.
Lahir dan tumbuh di Jatinangor, bakat sepakbola Nyanyang diasah di sekolah sepakbola (SSB) terbaik di Bandung, UNI. Di sana potensinya bisa muncul hingga lirikan dari Persib pun datang. Dirinya mendapat kesempatan untuk bergabung dengan tim Persib Suratin di medio pertengahan 90-an. Meskipun lahir di tahun 1979, Nyanyang sudah dipercaya masuk skuat yang mayoritas adalah pemain angkatan 1978.
Karirnya di level junior berjalan mulus. Setelah lolos seleksi dari SSB UNI, Nyanyang masih jadi bagian tim Suratin yang diperkuat pemain kelahiran 1979 dan dapat kepercayaan sebagai kapten. Setelah itu Nyanyang naik kelas untuk membela Persib Selection dan Persib U-23. Sebelum akhirnya bisa berada sejajar dengan para pemain senior di skuat Maung Bandung.
“Mungkin itulah kebanggaan saya yang awalnya tidak paham main bola seperti apa, dari kampung pergi ke Bandung dan setelah itu termotivasi untuk menjadi pemain Persib senior mengikuti Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Sutiono, pasti ada kebanggaan kalau bisa seperti mereka. Alhamdulillah dari proses dengan niat menjadi pemain Persib terlaksana untuk bergabung dan berlatih sama mereka legend Persib,” kenang dia ketika diwawancara oleh Simamaung.
Perjuangan di tingkat junior lantas membuahkan hasil. Nama Nyanyang masuk dalam komposisi tim yang dipersiapkan untuk Liga Indonesia 1999-2000. Musim debutnya didapat dengan tim senior di kompetisi kasta tertinggi tanah air. Impian yang dilambungkannya sejak kecil terealisasikan ketika dia masih berusia 20 tahun.
Saat itu memang sang pelatih, Suryamin, banyak mempercayakan pemain muda di dalam tim lantaran punya misi melakukan regenerasi. Sayang ternyata Nyanyang tidak langsung nyetel saat musim sudah berjalan. “Liga VI mungkin ya, cuma di sana saya ga bisa menunjukkan kebanggaan saya sama Persib karena kurang dikasih kepercayaan. Dulu saya seangkatan sama Zaenal Arif, Suwita Pata, Sujana juga. Pelatihnya waktu itu Pak Suryamin almarhum,” tutur dia.
Laga debutnya datang di laga pekan pertama Liga Indonesia VI 1999/2000. Saat itu Persib bertanding sebagai tuan rumah ketika menjamu Persikota Tanggerang di Stadion Siliwangi, 7 November 1999. Nyanyang ditempatkan di lini depan bersama tandemnya yang juga melakoni debut bersama Persib, Zaenal Arif. Sayang di laga tersebut Maung Bandung harus tumbang di depan pendukungnya sendiri dengan skor 0-1 berkat gol semata wayang I Komang Mariawan. Debutnya pun berakhir pahit.
“Awalnya saya juga tidak percaya langsung masuk line up, mungkin pelatih ingin mencoba pemain muda Persib yang bener-bener dibina dari SSB Bandung, UNI yang di bawah naungan Persib,” ungkapnya.
“Akhirnya saya dipercaya untuk memainkan debut di laga pertama lawan Persikota cuma saya tidak bisa memberikan yang saya harapkan karena mungkin mental saya juga belum siap di sana,” kenangnya.
Pergantian tampuk kepemimpinan di tengah musim dari tangan Suryamin ke Indra Thohir pun membuat kesempatan Nyanyang bersinar menyempit. Akhirnya dia memutuskan untuk hengkang ke Persikabo di musim 2001 alias Liga Indonesia VII untuk mencari pengalaman dan menit bermain. Imbasnya positif, ia mampu mendapat tempat reguler di tim utama dan beberapa kali mencetak gol seperti saat melawan PSP Padang dan PSDS Deli Serdang.
Uniknya, ternyata pria yang akrab disapa Juho ini menempati posisi bek bersama Persikabo. Berubahnya peran terjadi karena kebutuhan tim akan seorang pemain bertahan mengharuskannya bermain di sektor belakang. Namun demikian dia mengaku tidak asing dengan posisi tersebut karena sebelumnya pernah dipasang di sana ketika diasuh Marek Janota bersama Persib Selection.
“Di Persikabo itu saya malah diplot untuk main di belakang. Karena waktu Persib Selection waktu itu sama Marek Janota saya dipercaya untuk main di stoper waktu itu. Dan di Persikabo juga karena stok pemain kurang makanya saya diplot jadi pemain belakang. Alhamdulillah sih saya bener-bener jadi pemain belakang, mungkin kalau di depan ga ada baru saya yang digeser ke depan,” tuturnya.
Performa apik yang ditunjukkan bersama Persikabo pun mengantarkan Nyanyang ke kesempatan kedua membela panji Persib, klub yang dibanggakannya. Deni Syamsudin yang menangani Persib di Liga musim 2002 meminta kakak kandung bek Bhayangkara FC, Jajang Mulyana itu pulang. Namun mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, musibah besar dialami Nyanyang.
Sebelum musim bergulir, dia mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut karirnya sebagai atlet sepakbola. Nyanyang yang sedang mengendarai motor Grand Astrea bersama calon istrinya terkena hantaman angkot. Kisah kecelakaan pria berusia 41 tahun ini sendiri seakan menjadi cerita ‘urban legend’ di kalangan Bobotoh dan banyak versi yang beredar.
Nyanyang pun akhirnya angkat bicara mengenai kronologis insiden yang terjadi dan apa yang dialami olehnya ketika kecelakaan itu. Menurutnya peristiwa itu murni sebagai musibah karena dirinya tidak dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol. Dirinya juga membantah jika kejadian itu diakibatkan cara berkendara yang ugal-ugalan.
“Mungkin itu yang selama ini saya pendam sakit hati saya untuk Persib maupun diri saya pribadi. Masalah musibah itu, mungkin karena persepsi orang, kalau kata orang Sunda mah baong karena suka minum-minum. Sedangkan yang saya rasakan, semenjak masuk Persib itu saya bener-bener atlet lah dan ikuti prosedur seorang atlet saya ikutin. Semenjak saya denger kata orang ‘Nyanyang mah orangnya begini, Nyanyang mah orangnya gitu’ dan yang saya alamin waktu kecelakaan itu ga bener semua,” ujarnya bercerita.
“Kejadiannya hari Jumat, jam 12 kurang seperempat di (jalan) Pahlawan. Bukan kemauan sih ya, sama angkot lagi kejadiannya. Yang sangat diberatkan itu banyak yang bilang saya lagi mabuk terus ngejalanin motornya seperti pembalap. Padahal itu orang ngejalanin motor (pelan) baru jalan, cuma karena jalannya kecil sedangkan posisi di tengah dan posisi dari arah berlawanan angkot tersebut mau nyalip kebetulan ada saya, dan terjadilah musibah itu,” beber dia.
Kecelakaan ini juga turut dialami oleh kekasihnya yang akhirnya kini menjadi istri dari Nyayang. Saat itu kondisinya istrinya mengalami patah kaki. “Dan itu lah, bisa saya jelaskan bahwa saya tidak dalam kondisi mabuk, tidak keadaan ngejalanin motor seperti pembalap dan saya dalam kondisi happy lah sama calon istri, kalau sekarang sudah bener-bener jadi istri. Itu lah mungkin berkah dari musibah. Tabrakannya berdua sama calon istri,” ujarnya.
Dua kesempatan bersinar bersama Persib didapat oleh Nyanyang, tapi tidak ada yang membuatnya sukses membuktikan prediksi banyak orang bahwa dia mampu menjadi tumpuan tim mendulang gol di lini depan. Kecelakaan membuatnya harus tumbang di Bandung. Karirnya untuk menjadi pesepakbola juga lantas menjadi pertanyaan besar.
—
Ditulis oleh Mochamad “Anki” Syaban, jurnalis Simamaung, berakun Twitter @Ankisyaban dan Instagram @anki_syaban
—


Nyanyang Juhana, Jatinangor, 2021
Publik sepakbola Bandung sempat menggadang-gadang satu sosok striker yang akan menjadi suksesor Sutiono Lamso sebagai bomber berbahaya Persib di akhir era 90-an. Nyanyang Juhana, penyerang asal Jatinangor disebut punya potensi untuk menjadi tulang punggung tim di lini depan. Sayang karirnya tak berjalan mulus, kecelakaan membuat kesempatan bersinar bersama Maung Bandung sirna.
Sejak era Perserikatan hingga periode awal Liga Indonesia, Persib belum menggunakan jasa pemain asing di dalam tim. Komponen di dalam skuat pun datang dari pembinaan klub-klub intern, pemain yang punya talenta lah yang dipromosikan untuk memperkuat tim senior. Alur yang sudah menjadi tradisi dan Nyanyang melewati proses itu dalam meniti karir sebagai pesepakbola.
Lahir dan tumbuh di Jatinangor, bakat sepakbola Nyanyang diasah di sekolah sepakbola (SSB) terbaik di Bandung, UNI. Di sana potensinya bisa muncul hingga lirikan dari Persib pun datang. Dirinya mendapat kesempatan untuk bergabung dengan tim Persib Suratin di medio pertengahan 90-an. Meskipun lahir di tahun 1979, Nyanyang sudah dipercaya masuk skuat yang mayoritas adalah pemain angkatan 1978.
Karirnya di level junior berjalan mulus. Setelah lolos seleksi dari SSB UNI, Nyanyang masih jadi bagian tim Suratin yang diperkuat pemain kelahiran 1979 dan dapat kepercayaan sebagai kapten. Setelah itu Nyanyang naik kelas untuk membela Persib Selection dan Persib U-23. Sebelum akhirnya bisa berada sejajar dengan para pemain senior di skuat Maung Bandung.
“Mungkin itulah kebanggaan saya yang awalnya tidak paham main bola seperti apa, dari kampung pergi ke Bandung dan setelah itu termotivasi untuk menjadi pemain Persib senior mengikuti Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Sutiono, pasti ada kebanggaan kalau bisa seperti mereka. Alhamdulillah dari proses dengan niat menjadi pemain Persib terlaksana untuk bergabung dan berlatih sama mereka legend Persib,” kenang dia ketika diwawancara oleh Simamaung.
Perjuangan di tingkat junior lantas membuahkan hasil. Nama Nyanyang masuk dalam komposisi tim yang dipersiapkan untuk Liga Indonesia 1999-2000. Musim debutnya didapat dengan tim senior di kompetisi kasta tertinggi tanah air. Impian yang dilambungkannya sejak kecil terealisasikan ketika dia masih berusia 20 tahun.
Saat itu memang sang pelatih, Suryamin, banyak mempercayakan pemain muda di dalam tim lantaran punya misi melakukan regenerasi. Sayang ternyata Nyanyang tidak langsung nyetel saat musim sudah berjalan. “Liga VI mungkin ya, cuma di sana saya ga bisa menunjukkan kebanggaan saya sama Persib karena kurang dikasih kepercayaan. Dulu saya seangkatan sama Zaenal Arif, Suwita Pata, Sujana juga. Pelatihnya waktu itu Pak Suryamin almarhum,” tutur dia.
Laga debutnya datang di laga pekan pertama Liga Indonesia VI 1999/2000. Saat itu Persib bertanding sebagai tuan rumah ketika menjamu Persikota Tanggerang di Stadion Siliwangi, 7 November 1999. Nyanyang ditempatkan di lini depan bersama tandemnya yang juga melakoni debut bersama Persib, Zaenal Arif. Sayang di laga tersebut Maung Bandung harus tumbang di depan pendukungnya sendiri dengan skor 0-1 berkat gol semata wayang I Komang Mariawan. Debutnya pun berakhir pahit.
“Awalnya saya juga tidak percaya langsung masuk line up, mungkin pelatih ingin mencoba pemain muda Persib yang bener-bener dibina dari SSB Bandung, UNI yang di bawah naungan Persib,” ungkapnya.
“Akhirnya saya dipercaya untuk memainkan debut di laga pertama lawan Persikota cuma saya tidak bisa memberikan yang saya harapkan karena mungkin mental saya juga belum siap di sana,” kenangnya.
Pergantian tampuk kepemimpinan di tengah musim dari tangan Suryamin ke Indra Thohir pun membuat kesempatan Nyanyang bersinar menyempit. Akhirnya dia memutuskan untuk hengkang ke Persikabo di musim 2001 alias Liga Indonesia VII untuk mencari pengalaman dan menit bermain. Imbasnya positif, ia mampu mendapat tempat reguler di tim utama dan beberapa kali mencetak gol seperti saat melawan PSP Padang dan PSDS Deli Serdang.
Uniknya, ternyata pria yang akrab disapa Juho ini menempati posisi bek bersama Persikabo. Berubahnya peran terjadi karena kebutuhan tim akan seorang pemain bertahan mengharuskannya bermain di sektor belakang. Namun demikian dia mengaku tidak asing dengan posisi tersebut karena sebelumnya pernah dipasang di sana ketika diasuh Marek Janota bersama Persib Selection.
“Di Persikabo itu saya malah diplot untuk main di belakang. Karena waktu Persib Selection waktu itu sama Marek Janota saya dipercaya untuk main di stoper waktu itu. Dan di Persikabo juga karena stok pemain kurang makanya saya diplot jadi pemain belakang. Alhamdulillah sih saya bener-bener jadi pemain belakang, mungkin kalau di depan ga ada baru saya yang digeser ke depan,” tuturnya.
Performa apik yang ditunjukkan bersama Persikabo pun mengantarkan Nyanyang ke kesempatan kedua membela panji Persib, klub yang dibanggakannya. Deni Syamsudin yang menangani Persib di Liga musim 2002 meminta kakak kandung bek Bhayangkara FC, Jajang Mulyana itu pulang. Namun mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, musibah besar dialami Nyanyang.
Sebelum musim bergulir, dia mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut karirnya sebagai atlet sepakbola. Nyanyang yang sedang mengendarai motor Grand Astrea bersama calon istrinya terkena hantaman angkot. Kisah kecelakaan pria berusia 41 tahun ini sendiri seakan menjadi cerita ‘urban legend’ di kalangan Bobotoh dan banyak versi yang beredar.
Nyanyang pun akhirnya angkat bicara mengenai kronologis insiden yang terjadi dan apa yang dialami olehnya ketika kecelakaan itu. Menurutnya peristiwa itu murni sebagai musibah karena dirinya tidak dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol. Dirinya juga membantah jika kejadian itu diakibatkan cara berkendara yang ugal-ugalan.
“Mungkin itu yang selama ini saya pendam sakit hati saya untuk Persib maupun diri saya pribadi. Masalah musibah itu, mungkin karena persepsi orang, kalau kata orang Sunda mah baong karena suka minum-minum. Sedangkan yang saya rasakan, semenjak masuk Persib itu saya bener-bener atlet lah dan ikuti prosedur seorang atlet saya ikutin. Semenjak saya denger kata orang ‘Nyanyang mah orangnya begini, Nyanyang mah orangnya gitu’ dan yang saya alamin waktu kecelakaan itu ga bener semua,” ujarnya bercerita.
“Kejadiannya hari Jumat, jam 12 kurang seperempat di (jalan) Pahlawan. Bukan kemauan sih ya, sama angkot lagi kejadiannya. Yang sangat diberatkan itu banyak yang bilang saya lagi mabuk terus ngejalanin motornya seperti pembalap. Padahal itu orang ngejalanin motor (pelan) baru jalan, cuma karena jalannya kecil sedangkan posisi di tengah dan posisi dari arah berlawanan angkot tersebut mau nyalip kebetulan ada saya, dan terjadilah musibah itu,” beber dia.
Kecelakaan ini juga turut dialami oleh kekasihnya yang akhirnya kini menjadi istri dari Nyayang. Saat itu kondisinya istrinya mengalami patah kaki. “Dan itu lah, bisa saya jelaskan bahwa saya tidak dalam kondisi mabuk, tidak keadaan ngejalanin motor seperti pembalap dan saya dalam kondisi happy lah sama calon istri, kalau sekarang sudah bener-bener jadi istri. Itu lah mungkin berkah dari musibah. Tabrakannya berdua sama calon istri,” ujarnya.
Dua kesempatan bersinar bersama Persib didapat oleh Nyanyang, tapi tidak ada yang membuatnya sukses membuktikan prediksi banyak orang bahwa dia mampu menjadi tumpuan tim mendulang gol di lini depan. Kecelakaan membuatnya harus tumbang di Bandung. Karirnya untuk menjadi pesepakbola juga lantas menjadi pertanyaan besar.
—
Ditulis oleh Mochamad “Anki” Syaban, jurnalis Simamaung, berakun Twitter @Ankisyaban dan Instagram @anki_syaban
—
