Ngabobotohan di Luar Kandang, yang Penuh Perjuangan
Thursday, 23 January 2014 | 14:57
Sepakbola, selain terkenal karena permainan indah para bintangnya di atas lapangan hijau, juga diramaikan dengan loyalitas dan kefanatikan supporter yang selalu memenuhi setiap sudut tribun stadion. Supporter merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah klub sepakbola. Kehadiran mereka menjadi pemicu semangat bagi suatu kesebelasan. Saat pertandingan berlangsung di kandang, tentunya jumlah supporter yang mendukung akan sangat banyak. Namun ketika klub harus melakoni pertandingan tandang, dukungan supporter tidak akan sebanyak pertandingan kandang. Untuk itulah para supporter melakukan tour ke luar kota bahkan negara lain demi memberikan dukungan kepada klub kebanggaan mereka.
Di setiap saya menyaksikan Persib berlaga, khususnya pada saat tandang, baik menyaksikan di televisi ataupun hadir langsung di Stadion. Selain melihat Persib bertanding, ada hal lain yang selalu menarik perhatian dan membuat saya terkesan yaitu, kehadiran bobotoh di setiap laga tandang Persib. Kehadiran mereka selalu mampu memberikan nyawa tersendiri bagi Persib saat bertanding.
Dimana ada Persib disitu pula bobotoh setia mendampinginya. Suatu relasi emosional yang luar biasa antara sebuah tim sepakbola dengan para pendukung fanatiknya. Tulisan ini hanya sekedar berbagi pengalaman pribadi dan dari cerita yang pernah saya dengar dari teman-teman lain. Sekaligus apresiasi saya terhadap mereka yang pernah – dan akan selalu – mendampingi Persib saat bertanding di luar kandang.
Bagi orang kebanyakan mungkin bertanya-tanya, “Apa sih untungnya ikut tour jauh-jauh dukung klub sepakbola? buang-buang duit aja, kaya engga ada kerjaan lain.” Mungkin teman-teman sekalian juga sering mendengar pertanyaan semacam ini. Entah dari teman, pacar, keluarga atau yang lainnya. Sadarkah kita semua bahwa sesuatu jika sudah terlanjur suka – sayang – cinta, bahkan sudah menjadi penggemar fanatik. Maka kegiatan menekuni hal itu kadang kala sampai ke suatu batas dimana orang awam mengatakan “tidak wajar”. Ya, bagi orang yang tidak menekuni hal tersebut, maka tindakan kita itu bisa dikatakan “tidak wajar”. Sulit dinalar dan dilogika oleh orang yang awam dengan hal tersebut. Tak ada yang salah, menjadi supporter itu adalah pilihan bagaimana menikmati hidup. Termasuk memilih menonton klub kesayangan sebagai yang utama.
Dalam dunia supporter sepakbola ada istilah awayday (match played away from one’s home stadium) atau tour tandang, istilah ini muncul pada era 80-an ketika sekelompok supporter Inggris melakukan tour tandang guna mendukung timnya. Bagi sebagian orang awayday merupakan sebuah ritual wajib, mendukung tim kebanggaan di kandang lawan. Ratusan bahkan ribuan kilometer rela ditempuh demi menyaksikan klub kebanggaan.Pada bobotoh sendiri, hal-hal seperti demikian sudah berlangsung sejak lama. Kita ambil contoh pada saat final perserikatan 1985 antara Persib vs PSMS Medan, yang konon jumlahnya mencapai 150.000 orang. Ribuan bobotoh memadati Stadion Gelora Bung Karno, mereka berbondong-bondong tandang ke Jakarta untuk menyaksikan tim kebanggaanya bertanding, beragam cara yang mereka tempuh untuk sampai kesana.
Dan hal seperti diatas masih berlangsung hingga sekarang. Setiap Persib berlaga di luar kandang, dimana pun, dari Aceh hingga Papua, bobotoh selalu setia mendampingi Persib. Walau mungkin jumlahnya tak sebanyak saat pertandingan kandang, tapi mereka selalu ada. Saya terkesan dengan fanatisme dan loyalitas mereka. Saya pernah mengenal mereka, “orang-orang gila” yang menembus batas kewajaran untuk menyaksikan Persib di laga tandang, seperti; mereka rela menjual apa pun barang yang dimilikinya demi menyaksikan laga tandang Persib, ada juga yang bermodalkan nekat tour ke luar kota tanpa bekal yang memadai, sampai naik di atap gerbong kereta. Saya juga pernah mengenal orang-orang yang meninggalkan sekolah, kuliah, kerja dll. untuk sementara waktu demi bisa menyaksikan laga tandang Persib. Mereka pertaruhkan semua itu demi Persib.
Pada artikel ini saya ingin menekankan bahwa, kehadiran bobotoh di partai tandang jangan dianggap sepele. Ada hal-hal yang diperjuangkan dan dipertaruhkan disitu. Baik uang, tenaga, waktu, pendidikan, pekerjaan, bahkan nyawa sekalipun apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka melakukan semua itu tanpa merasa diminta, tanpa merasa terpaksa, tanpa digajih, murni atas dasar kecintaan mereka terhadap klub yang mereka banggakan yaitu Persib Bandung. Paling tidak, semua usaha-usaha yang telah mereka lakukan layak dihargai dan dibayar dengan sebuah kado kemenangan. Meskipun untuk meraih kemenangan itu tidak mudah, setidaknya berikanlah permainan yang menarik, berjuanglah sekuat tenaga, bermainlah dengan sepenuh hati. Harusnya para pemain bisa menyadari itu. Karena dalam semangat bobotoh terdapat sebuah harapan yang sangat besar yaitu, ingin melihat Persib kembali ke masa jayanya.
Kita semua tahu bahwa belakangan ini, contoh saja saat musim kemarin, setiap Persib melakoni laga tandang tak jarang menuai hasil yang kurang memuaskan. Ketika Persib bermain buruk dan mengalami kekalahan, saya yakin pasti mereka kecewa, tapi apakah kekecewaan itu melunturkan kecintaannya terhadap Persib? Tidak, tidak sama sekali.
Semoga dukungan yang tak ada henti-hentinya dari para bobotoh dapat juga diapresiasi oleh para pemain dalam bentuk kerja keras dan determinasi di lapangan sepanjang pertandingan. Karena bagaimana pun juga tidak ada apresiasi seindah kemenangan demi kemenangan untuk meraih gelar tertinggi sepakbola Indonesia yang telah amat sangat lama tidak mampir di tanah ini.
Bermainlah dengan sepenuh hati, dengan rasa bangga, seperti kami yang bangga terhadap kalian. Lakukan yang terbaik untuk lambang yang ada di dada kalian. Dan untuk para bobotoh, percayalah “pengorbanan-pengorbanan” itu takkan sia-sia. Berbanggalah dan jangan pernah menyesal, karena kisah-kisah itu akan menjadi pengantar tidur anak cucu kita kelak.
Penulis adalah seorang Bobotoh Persib dengan akun twitter @FDZL_
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

Sepakbola, selain terkenal karena permainan indah para bintangnya di atas lapangan hijau, juga diramaikan dengan loyalitas dan kefanatikan supporter yang selalu memenuhi setiap sudut tribun stadion. Supporter merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah klub sepakbola. Kehadiran mereka menjadi pemicu semangat bagi suatu kesebelasan. Saat pertandingan berlangsung di kandang, tentunya jumlah supporter yang mendukung akan sangat banyak. Namun ketika klub harus melakoni pertandingan tandang, dukungan supporter tidak akan sebanyak pertandingan kandang. Untuk itulah para supporter melakukan tour ke luar kota bahkan negara lain demi memberikan dukungan kepada klub kebanggaan mereka.
Di setiap saya menyaksikan Persib berlaga, khususnya pada saat tandang, baik menyaksikan di televisi ataupun hadir langsung di Stadion. Selain melihat Persib bertanding, ada hal lain yang selalu menarik perhatian dan membuat saya terkesan yaitu, kehadiran bobotoh di setiap laga tandang Persib. Kehadiran mereka selalu mampu memberikan nyawa tersendiri bagi Persib saat bertanding.
Dimana ada Persib disitu pula bobotoh setia mendampinginya. Suatu relasi emosional yang luar biasa antara sebuah tim sepakbola dengan para pendukung fanatiknya. Tulisan ini hanya sekedar berbagi pengalaman pribadi dan dari cerita yang pernah saya dengar dari teman-teman lain. Sekaligus apresiasi saya terhadap mereka yang pernah – dan akan selalu – mendampingi Persib saat bertanding di luar kandang.
Bagi orang kebanyakan mungkin bertanya-tanya, “Apa sih untungnya ikut tour jauh-jauh dukung klub sepakbola? buang-buang duit aja, kaya engga ada kerjaan lain.” Mungkin teman-teman sekalian juga sering mendengar pertanyaan semacam ini. Entah dari teman, pacar, keluarga atau yang lainnya. Sadarkah kita semua bahwa sesuatu jika sudah terlanjur suka – sayang – cinta, bahkan sudah menjadi penggemar fanatik. Maka kegiatan menekuni hal itu kadang kala sampai ke suatu batas dimana orang awam mengatakan “tidak wajar”. Ya, bagi orang yang tidak menekuni hal tersebut, maka tindakan kita itu bisa dikatakan “tidak wajar”. Sulit dinalar dan dilogika oleh orang yang awam dengan hal tersebut. Tak ada yang salah, menjadi supporter itu adalah pilihan bagaimana menikmati hidup. Termasuk memilih menonton klub kesayangan sebagai yang utama.
Dalam dunia supporter sepakbola ada istilah awayday (match played away from one’s home stadium) atau tour tandang, istilah ini muncul pada era 80-an ketika sekelompok supporter Inggris melakukan tour tandang guna mendukung timnya. Bagi sebagian orang awayday merupakan sebuah ritual wajib, mendukung tim kebanggaan di kandang lawan. Ratusan bahkan ribuan kilometer rela ditempuh demi menyaksikan klub kebanggaan.Pada bobotoh sendiri, hal-hal seperti demikian sudah berlangsung sejak lama. Kita ambil contoh pada saat final perserikatan 1985 antara Persib vs PSMS Medan, yang konon jumlahnya mencapai 150.000 orang. Ribuan bobotoh memadati Stadion Gelora Bung Karno, mereka berbondong-bondong tandang ke Jakarta untuk menyaksikan tim kebanggaanya bertanding, beragam cara yang mereka tempuh untuk sampai kesana.
Dan hal seperti diatas masih berlangsung hingga sekarang. Setiap Persib berlaga di luar kandang, dimana pun, dari Aceh hingga Papua, bobotoh selalu setia mendampingi Persib. Walau mungkin jumlahnya tak sebanyak saat pertandingan kandang, tapi mereka selalu ada. Saya terkesan dengan fanatisme dan loyalitas mereka. Saya pernah mengenal mereka, “orang-orang gila” yang menembus batas kewajaran untuk menyaksikan Persib di laga tandang, seperti; mereka rela menjual apa pun barang yang dimilikinya demi menyaksikan laga tandang Persib, ada juga yang bermodalkan nekat tour ke luar kota tanpa bekal yang memadai, sampai naik di atap gerbong kereta. Saya juga pernah mengenal orang-orang yang meninggalkan sekolah, kuliah, kerja dll. untuk sementara waktu demi bisa menyaksikan laga tandang Persib. Mereka pertaruhkan semua itu demi Persib.
Pada artikel ini saya ingin menekankan bahwa, kehadiran bobotoh di partai tandang jangan dianggap sepele. Ada hal-hal yang diperjuangkan dan dipertaruhkan disitu. Baik uang, tenaga, waktu, pendidikan, pekerjaan, bahkan nyawa sekalipun apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka melakukan semua itu tanpa merasa diminta, tanpa merasa terpaksa, tanpa digajih, murni atas dasar kecintaan mereka terhadap klub yang mereka banggakan yaitu Persib Bandung. Paling tidak, semua usaha-usaha yang telah mereka lakukan layak dihargai dan dibayar dengan sebuah kado kemenangan. Meskipun untuk meraih kemenangan itu tidak mudah, setidaknya berikanlah permainan yang menarik, berjuanglah sekuat tenaga, bermainlah dengan sepenuh hati. Harusnya para pemain bisa menyadari itu. Karena dalam semangat bobotoh terdapat sebuah harapan yang sangat besar yaitu, ingin melihat Persib kembali ke masa jayanya.
Kita semua tahu bahwa belakangan ini, contoh saja saat musim kemarin, setiap Persib melakoni laga tandang tak jarang menuai hasil yang kurang memuaskan. Ketika Persib bermain buruk dan mengalami kekalahan, saya yakin pasti mereka kecewa, tapi apakah kekecewaan itu melunturkan kecintaannya terhadap Persib? Tidak, tidak sama sekali.
Semoga dukungan yang tak ada henti-hentinya dari para bobotoh dapat juga diapresiasi oleh para pemain dalam bentuk kerja keras dan determinasi di lapangan sepanjang pertandingan. Karena bagaimana pun juga tidak ada apresiasi seindah kemenangan demi kemenangan untuk meraih gelar tertinggi sepakbola Indonesia yang telah amat sangat lama tidak mampir di tanah ini.
Bermainlah dengan sepenuh hati, dengan rasa bangga, seperti kami yang bangga terhadap kalian. Lakukan yang terbaik untuk lambang yang ada di dada kalian. Dan untuk para bobotoh, percayalah “pengorbanan-pengorbanan” itu takkan sia-sia. Berbanggalah dan jangan pernah menyesal, karena kisah-kisah itu akan menjadi pengantar tidur anak cucu kita kelak.
Penulis adalah seorang Bobotoh Persib dengan akun twitter @FDZL_
Pendapat yang dinyatakan dalam karya ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
Ingin tulisannya dimuat di sini? silahkan kirim artikelmu ke email simamaung.com@gmail.com atau redaksi@simamaung.com

keren,urang domisili di malang kamari loba nu ngomong “gelo”gara2 ikut tour ke bangkalan,padahal di bangkalan loba “bobotoh garelo”memang dina penampilan biasa wae tapi manehna daratang langsung ti bandung malah biasana meuntas pulau ngan ukur hayang ningali persib,salut buat bobotoh.
Sekarangmah ngabobotohan itu sudah jadi profesi daripada luntang lantung teu puguh mending ulin ka solo trus ka malang melintang . Semoga ada sponsor nih …..Bravo Persib ….
Enya,tapi kangge nu muslim tong poho kana solat,tong pedah ripuh dijalan,hoream oge kana ibadah,eta nu lepat
Ngan sareukseuk lah, coba tinggalkeun nyanyian2 rasis nu ngahujat pendukung tim lain teh. Di IIC 2014 aya keneh bobotoh model kitu. Era, eureunan. Tunjukeun yen urang bobotoh nu beretika tur bermartabat
kang coba tingali pemain sriwijaya fc si lancine kone, pertimbangkeun haturnhun…
betul betul betul
ceuk simkuring mah mun papoyok poyok (yel-yel) di lapang mah biasa (ameh rame). ngan mun geus beres pertandingan biasa deui weh… nusalah mah mun papoyok poyok terus napsu terus ribut. nah eta mental nu goreng mah….
salut dah sama bobotoh yang sudah penuh perjuangan
PERSIB ATOE MATI