Menyoal Karier Yandi Sofyan. Bukan Hanya Soal Masa Depan Persib, Tetapi Juga Timnas Indonesia
Friday, 26 August 2016 | 17:17
SEA Games 2013, Myanmar. Sebuah operan terobosan dari lini tengah Indonesia melaju kencang ke arah pertahanan Kamboja. Dari sudut yang tidak terlihat penyerang Indonesia berlari kencang untuk menyambar bola. Sodoran tersebut kemudian dituntaskan melalui penyelesaian akhir yang tenang. Sebuah sentuhan yang berkelas yang tidak mampu dihalau oleh kiper lawan.
Pemain Indonesia yang menyarangkan gol tersebut adalah Yandi Sofyan Munawar. Penyelesaian sempurna yang dilakukan oleh Yandi merupakan gol kemenangan Timnas U-23 Indonesia atas lawannya Kamboja di partai perdana fase grup cabang sepakbola ajang olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Hari itu, ekspektasi dan harapan jelas membumbung tinggi. Setelah sekian lama akhirnya adalah pituin atau putra daerah Sunda yang berposisi sebagai penyerang tengah. Karena permainan cepat dari kaki ke kaki yang begitu mengakar di daerah Jawa Barat.Maka posisi flank baik sayap maupun fullback menjadi favorit. Maka, Posisi penyerang tengah adalah sesuatu yang teramat langka. Kehadiran Yandi adalah sebuah angin segar. Pengharapannya kala itu hanya satu. Yandi bisa memperkuat Persib Bandung suatu hari nanti.
Dan ternyata hari yang ditunggu tersebut terjadi lebih cepat dari perkiraan. Selang setelah musim yang hebat pada tahun 2014. Bersama putra daerah lain yaitu Dedi Kusnandar dan Dias Angga. Yandi kemudian “pulang” kembali ke pangkuan tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat, Persib. Gairah yang sudah lama hilang kemudian kembali muncul. Bukan sekadar penyerang lokal, tetapi penyerang yang berdarah Sunda dan sudah selayaknya paham betul nilai-nilai dan arti Persib Bandung sebagai sebuah klub.
Namun yang terjadi tidak sesuai ekspektasi. Awalnya Yandi merupakan pilihan kedua setelah penyerang asing, Ilja Spasojevic. Pada waktu tersebut Yandi masih mendapatkan cukup banyak menit bermain. Yandi masih memiliki waktu untuk mengasah dan membuktikan kemampuannya. Namun segala sesuatunya semakin sulit di periode selanjutnya. Yandi merupakan pilihan penyerang ketiga setelah Juan Belencoso dan Sergio van Dijk. Bahkan dibandingkan berada di bangku cadangan. Yandi rasanya lebih banyak berada di bangku yang sama dengan banyak bobotoh, yaitu tribun penonton.
Tentu mengenaskan apa yang dialami oleh Yandi dalam dua tahun terakhir. Yandi yang digadang-gadang menjadi tumpuan lini serang Persib di masa mendatang. Kini bahkan waktu Yandi menginjak lapangannya saja lebih sedikit ketimbang anak gawang yang membawa bendera fair play dalam seremonial sebelum pertandingan dimulai.
Tidak bisa tidak – Nasib yang dialami Yandi saat ini merupakan sebuah kerapuhan beruntun yang disebabkan oleh tuntutan untuk menang. Sebuah fenomena yang bahkan sebenarnya sudah disadari oleh semua elemen sepakbola, baik pemain, pelatih, manajemen, dan tentunya para penggemar. Dengan tuntutan untuk meraih hasil maksimal. Sementara lawan memakai anti-thesis yang serupa dengan memasang pemain belakang asing misalnya. Sederhananya, tim tentu akan memasang penyerang asing untuk menghadapi para pemain belakang asing. Dengan demikian, porsi bagi para penyerang lokal akan semakin sedikit. Syukur-syukur dimainkan di 10 menit terakhir. Kebanyakan lebih banyak memanaskan bangku cadangan atau bahkan tidak terpilih sama sekali dalam skuat.
Belum lagi tekanan tambahan lain karena ia merupakan saudara kandung Zaenal Arief. Pemain yang membawa kedaerahan Sunda melambung hingga level Asia Tenggara dalam kurun dua dekade terakhir. Dan ya, gol salto yang ia sarangkan ke gawang PSDS Deli Serdang pada tahun 2006 semakin melekatkan nama Zaenal Arief dan juga semakin menyulitkan Yandi. Meskipun sang adik seringkali mengaku tidak terbebani oleh kesuksesan sang kakak. Meskipun tidak disadari, Yandi bermain di lapangan dengan menanggung sebagian dari nama besar sang kakak. Karena ia akan selalu dikenal sebagai “adik Zaenal Arief”.
Harus disadari oleh semua pihak bahwa menang dan memaksimalkan putra daerah adalah dua variabel yang sangat sulit terjadi secara linier atau beriringan. Ada kemungkinan bisa terjadi tetapi membutuhkan waktu. Dan pertanyaan selanjutnya kemudian adalah apakah setiap elemen sepakbola dalam tubuh Persib siap menunggu sampai para putra daerah tersebut matang di tim Persib? Rasanya akan sulit sekali melakukan hal ini. Pasalnya di kompetisi pengganti liga reguler saja di mana Persib terperosok di papan tengah dan tentu membutuhkan waktu untuk kembali seperti dua tahun lalu. Semua pihak sudah uring-uringngan bukan main.
Lebih jauh lagi persoalan menit bermain Yandi juga jadi masalah untuk Timnas Indonesia. Apabila diperhatikan,roster seleksi para pemain Tim nasional Indonesia untuk Piala AFF 2016 nanti. Bisa diamati bahwa Indonesia sangat kekurangan untuk sektor penyerang tengah. Kebanyakan para penyerang yang dipanggil oleh pelatih Aflred Riedl adalah tipe yang lebih banyak berlari dan menyisir pertahanan lawan. Sebut saja Dendy Sulistyawan dan Ferinando Pahabol.
Hal tersebut bukan berarti buruk. Skema dengan para penyerang yang berlari adalah mengharapkan lini kedua bisa merangsek masuk dan menyelesaikan peluang. Akan tetapi skema seperti tentu membutuhkan para gelandang yang tajam ketika berada dalam posisi untuk menembak bola. Tapi kehadiran penyerang tengah klasik juga tetap dibutuhkan. Ada perbedaan dimensi permainan dan juga reaksi antara gelandang dan penyerang. Kebanyakan penyerang sudah terlatih sejak lama untuk bagaiman di waktu dan ruang sesempit apapun mereka bisa menyarangkan gol.
Indonesia terakhir kali memiliki sosok penyerang tengah tentu ada dalam diri Bambang Pamungkas. Atau Christian Gonzales yang merupakan pemain naturalisasi. Generasi setelahnya nasibnya tidak terlalu baik. Yongki Ariwibowo, misalnya.Setelah sempat mengehebohkan karena disertakan dalam skuat Piala AFF 2010 dalam usia yang muda. Karier Yongki semakin lama semakin meredup. Faktor cedera menjadi salah satu penyebab tenggelamnya karier mantan pemain Persik Kediri ini.
Para pemain lain di generasi selanjutnya juga tidak bernasib terlalu baik. Meskipun dimainkan, mereka bermain lebih melebar. Lerby Eliandry dan Muchlis Hadi adalah sekian dari penyerang tengah muda Indonesia yang saat ini lebih banyak bermain melebar di klubnya masing-masing. Mereka harus merelakan tempat mereka di skuat utama untuk penyerang asing.
Maka perbaikan karier seorang Yandi Sofyan Munawar bukan melulu soal masa depan Persib. Lebih jauh lagi juga ini merupakan permasalahan yang dialami oleh Timnas Indonesia. Tentu semua bobotoh juga mengharapkan akan ada lagi pituin Sunda yang berseragam merah putih kebanggaan negeri ini.
***
Bandung Jum’at (26/08) pagi ini menghangat karena pernyataan dari Umuh Muchtar yang menyebutkan bahwa para pemain dipersilahkan untuk “berpetualang” dulu di tempat lain. Dalam status pinjaman untuk putaran kedua ISC 2016. Wacana ini tentu akan sangat baik bagi para pemain muda Persib untuk mendapatkan menit bermain. Karena sepakbola Indonesia tidak mengenal tim cadangan seperti di Inggris. Peminjaman ke klub lain akan sangat baik bagi para pemain muda untuk mengembangkan diri. Dalam hal ini tentu khususnya adalah Yandi.
Karena rasanya Yandi masih menyimpan potensi yang sangat besar. Dengan badan yang terhitung jangkung untuk orang Indonesia. Yandi memiliki akselerasi yang cukup baik. Meskipun sebenarnya atribut terbaik Yandi adalah reaksinya yang luar biasa. Tentu masih segar dalam ingatan bobotoh bagaimana reaksi cepat Yandi dengan meregangkan kakinya ketika terjadi scrimmage di depan gawang lawan dan mencetak gol untuk Persib di ajang AFC Cup tahun 2015 lalu.
Ditulis oleh Aun Rahman, dengan akun twitter @aunrrahman

SEA Games 2013, Myanmar. Sebuah operan terobosan dari lini tengah Indonesia melaju kencang ke arah pertahanan Kamboja. Dari sudut yang tidak terlihat penyerang Indonesia berlari kencang untuk menyambar bola. Sodoran tersebut kemudian dituntaskan melalui penyelesaian akhir yang tenang. Sebuah sentuhan yang berkelas yang tidak mampu dihalau oleh kiper lawan.
Pemain Indonesia yang menyarangkan gol tersebut adalah Yandi Sofyan Munawar. Penyelesaian sempurna yang dilakukan oleh Yandi merupakan gol kemenangan Timnas U-23 Indonesia atas lawannya Kamboja di partai perdana fase grup cabang sepakbola ajang olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Hari itu, ekspektasi dan harapan jelas membumbung tinggi. Setelah sekian lama akhirnya adalah pituin atau putra daerah Sunda yang berposisi sebagai penyerang tengah. Karena permainan cepat dari kaki ke kaki yang begitu mengakar di daerah Jawa Barat.Maka posisi flank baik sayap maupun fullback menjadi favorit. Maka, Posisi penyerang tengah adalah sesuatu yang teramat langka. Kehadiran Yandi adalah sebuah angin segar. Pengharapannya kala itu hanya satu. Yandi bisa memperkuat Persib Bandung suatu hari nanti.
Dan ternyata hari yang ditunggu tersebut terjadi lebih cepat dari perkiraan. Selang setelah musim yang hebat pada tahun 2014. Bersama putra daerah lain yaitu Dedi Kusnandar dan Dias Angga. Yandi kemudian “pulang” kembali ke pangkuan tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat, Persib. Gairah yang sudah lama hilang kemudian kembali muncul. Bukan sekadar penyerang lokal, tetapi penyerang yang berdarah Sunda dan sudah selayaknya paham betul nilai-nilai dan arti Persib Bandung sebagai sebuah klub.
Namun yang terjadi tidak sesuai ekspektasi. Awalnya Yandi merupakan pilihan kedua setelah penyerang asing, Ilja Spasojevic. Pada waktu tersebut Yandi masih mendapatkan cukup banyak menit bermain. Yandi masih memiliki waktu untuk mengasah dan membuktikan kemampuannya. Namun segala sesuatunya semakin sulit di periode selanjutnya. Yandi merupakan pilihan penyerang ketiga setelah Juan Belencoso dan Sergio van Dijk. Bahkan dibandingkan berada di bangku cadangan. Yandi rasanya lebih banyak berada di bangku yang sama dengan banyak bobotoh, yaitu tribun penonton.
Tentu mengenaskan apa yang dialami oleh Yandi dalam dua tahun terakhir. Yandi yang digadang-gadang menjadi tumpuan lini serang Persib di masa mendatang. Kini bahkan waktu Yandi menginjak lapangannya saja lebih sedikit ketimbang anak gawang yang membawa bendera fair play dalam seremonial sebelum pertandingan dimulai.
Tidak bisa tidak – Nasib yang dialami Yandi saat ini merupakan sebuah kerapuhan beruntun yang disebabkan oleh tuntutan untuk menang. Sebuah fenomena yang bahkan sebenarnya sudah disadari oleh semua elemen sepakbola, baik pemain, pelatih, manajemen, dan tentunya para penggemar. Dengan tuntutan untuk meraih hasil maksimal. Sementara lawan memakai anti-thesis yang serupa dengan memasang pemain belakang asing misalnya. Sederhananya, tim tentu akan memasang penyerang asing untuk menghadapi para pemain belakang asing. Dengan demikian, porsi bagi para penyerang lokal akan semakin sedikit. Syukur-syukur dimainkan di 10 menit terakhir. Kebanyakan lebih banyak memanaskan bangku cadangan atau bahkan tidak terpilih sama sekali dalam skuat.
Belum lagi tekanan tambahan lain karena ia merupakan saudara kandung Zaenal Arief. Pemain yang membawa kedaerahan Sunda melambung hingga level Asia Tenggara dalam kurun dua dekade terakhir. Dan ya, gol salto yang ia sarangkan ke gawang PSDS Deli Serdang pada tahun 2006 semakin melekatkan nama Zaenal Arief dan juga semakin menyulitkan Yandi. Meskipun sang adik seringkali mengaku tidak terbebani oleh kesuksesan sang kakak. Meskipun tidak disadari, Yandi bermain di lapangan dengan menanggung sebagian dari nama besar sang kakak. Karena ia akan selalu dikenal sebagai “adik Zaenal Arief”.
Harus disadari oleh semua pihak bahwa menang dan memaksimalkan putra daerah adalah dua variabel yang sangat sulit terjadi secara linier atau beriringan. Ada kemungkinan bisa terjadi tetapi membutuhkan waktu. Dan pertanyaan selanjutnya kemudian adalah apakah setiap elemen sepakbola dalam tubuh Persib siap menunggu sampai para putra daerah tersebut matang di tim Persib? Rasanya akan sulit sekali melakukan hal ini. Pasalnya di kompetisi pengganti liga reguler saja di mana Persib terperosok di papan tengah dan tentu membutuhkan waktu untuk kembali seperti dua tahun lalu. Semua pihak sudah uring-uringngan bukan main.
Lebih jauh lagi persoalan menit bermain Yandi juga jadi masalah untuk Timnas Indonesia. Apabila diperhatikan,roster seleksi para pemain Tim nasional Indonesia untuk Piala AFF 2016 nanti. Bisa diamati bahwa Indonesia sangat kekurangan untuk sektor penyerang tengah. Kebanyakan para penyerang yang dipanggil oleh pelatih Aflred Riedl adalah tipe yang lebih banyak berlari dan menyisir pertahanan lawan. Sebut saja Dendy Sulistyawan dan Ferinando Pahabol.
Hal tersebut bukan berarti buruk. Skema dengan para penyerang yang berlari adalah mengharapkan lini kedua bisa merangsek masuk dan menyelesaikan peluang. Akan tetapi skema seperti tentu membutuhkan para gelandang yang tajam ketika berada dalam posisi untuk menembak bola. Tapi kehadiran penyerang tengah klasik juga tetap dibutuhkan. Ada perbedaan dimensi permainan dan juga reaksi antara gelandang dan penyerang. Kebanyakan penyerang sudah terlatih sejak lama untuk bagaiman di waktu dan ruang sesempit apapun mereka bisa menyarangkan gol.
Indonesia terakhir kali memiliki sosok penyerang tengah tentu ada dalam diri Bambang Pamungkas. Atau Christian Gonzales yang merupakan pemain naturalisasi. Generasi setelahnya nasibnya tidak terlalu baik. Yongki Ariwibowo, misalnya.Setelah sempat mengehebohkan karena disertakan dalam skuat Piala AFF 2010 dalam usia yang muda. Karier Yongki semakin lama semakin meredup. Faktor cedera menjadi salah satu penyebab tenggelamnya karier mantan pemain Persik Kediri ini.
Para pemain lain di generasi selanjutnya juga tidak bernasib terlalu baik. Meskipun dimainkan, mereka bermain lebih melebar. Lerby Eliandry dan Muchlis Hadi adalah sekian dari penyerang tengah muda Indonesia yang saat ini lebih banyak bermain melebar di klubnya masing-masing. Mereka harus merelakan tempat mereka di skuat utama untuk penyerang asing.
Maka perbaikan karier seorang Yandi Sofyan Munawar bukan melulu soal masa depan Persib. Lebih jauh lagi juga ini merupakan permasalahan yang dialami oleh Timnas Indonesia. Tentu semua bobotoh juga mengharapkan akan ada lagi pituin Sunda yang berseragam merah putih kebanggaan negeri ini.
***
Bandung Jum’at (26/08) pagi ini menghangat karena pernyataan dari Umuh Muchtar yang menyebutkan bahwa para pemain dipersilahkan untuk “berpetualang” dulu di tempat lain. Dalam status pinjaman untuk putaran kedua ISC 2016. Wacana ini tentu akan sangat baik bagi para pemain muda Persib untuk mendapatkan menit bermain. Karena sepakbola Indonesia tidak mengenal tim cadangan seperti di Inggris. Peminjaman ke klub lain akan sangat baik bagi para pemain muda untuk mengembangkan diri. Dalam hal ini tentu khususnya adalah Yandi.
Karena rasanya Yandi masih menyimpan potensi yang sangat besar. Dengan badan yang terhitung jangkung untuk orang Indonesia. Yandi memiliki akselerasi yang cukup baik. Meskipun sebenarnya atribut terbaik Yandi adalah reaksinya yang luar biasa. Tentu masih segar dalam ingatan bobotoh bagaimana reaksi cepat Yandi dengan meregangkan kakinya ketika terjadi scrimmage di depan gawang lawan dan mencetak gol untuk Persib di ajang AFC Cup tahun 2015 lalu.
Ditulis oleh Aun Rahman, dengan akun twitter @aunrrahman

Seratanna sae pisan,
Sadar atau tidak sadar bobotoh sekarang hanya berfikir pragmatis, menang!! Juara!!
Tidak ada yang lebih penting dari itu, bahkan pembinaan sekalipun.
Tidak salah memang, harus menang dan juara, tapi alangkah lebih indah kalau di kolaborasikan antara pembinaan dan prestasi.
Sugan bisa jiga si jasuk nya. Kolot pisan anyar abus tim utamana
Permasalahannya bukan melulu hanya Soal Masa Depan Persib dan timnas Indonesia, tp pribadi yandi sofyan. Nu janten pertarosan, apakah yandi menyadari potensi besar yang dia miliki? Apakah yandi sudah cukup puas jadi pemaen persib walaupun jarang sekali masuk line-up?
Tah,,, ieu cerdas komen teh.
Balik deui ka pribadi nu ngalakonan. Bade kumaha kapayun na?
Jangan sia siakan masa muda..
Komo pemain bola mah, singkat masa pakaina.
Ceuk sih kuring mah, prung Yandi geura makalangan deui. Kleub mah dimana wae ge sami. Tonjolkeun kemampuan Yandi.Daripada tara dipatenkan di Persib.Bral …
non sih panjang2 teuing, weh gawe maca na, wkwk
tong di baca atuh kasep, dikomen deui… wekawekaweka
Ngora keneh jang yandi mendingan ngencar hela siga si mamang zaenal arip. ke mun geus hade balik deui ka bandung pensiun di bandung…….
mun maen di luar persib, kadang dmn geus alus sok logay. kawas eka ramdani atawa sinaga. bener oge alusna mah sina ngencar heula ka tim lain spy asak di tim lain mah da meureun loba dimaenkeun, tapi omat mun dipanggil deui ku persib kudu daek.
PERSIB MAH TIDAK MAU PAKAI PEMAIN MUDA……….!!!
SUDAH JADI AJANG BISNIS..
ges ngencar engke liar nya hese di tewakna kmha wa lamun kitu ?
ENYA LUR,,,,turutan mang Tantan manehna sempet ngumbara di Sriwijaya,,,dugi ka ayeuna beuki mangprang wae,,,jiga tarangna mang endik,,mangprang pisan
Tah,,, ieu cerdas komen teh.
Balik deui ka pribadi nu ngalakonan. Bade kumaha kapayun na?
Jangan sia siakan masa muda..
Komo pemain bola mah, singkat masa pakaina.
kuduna maenkeun atuh ameh potensina yandi berkembang ari dibangku cadangan wae moal aya peningkatan .tapi alus rek diinjemkeun ka klub lain supaya jam terbangna loba kanyahoan alus hentena