Menyikapi Kiriman Karangan Bunga Untuk Tim Persib
Sunday, 25 May 2014 | 09:34Penulis: Ekomaung
Saya tipikal orang yang kurang sreg dengan gaya pendukung sepakbola yang mendukung timnya layaknya sebuah sanggar tari ataupun grup senam, yaitu menari-nari sepanjang pertandingan dan bernyanyi-nyanyi tanpa henti bahkan mereka seringkali melakukannya tanpa melihat dinamika di lapangan. Bayangkan, saat timnya tertinggal ataupun tensi mulai tak menentu, tiba-tiba tetap ada keceriaan dan riuh di tribun, mungkin mereka menganggap itu keren, bahkan konon mereka latihan serius (bahkan memiliki jadwal khusus) untuk melakukan hal tersebut, bisa jadi tujuan terpenting datang ke stadion adalah menunjukkan hasil latihan tersebut dan bukan menonton sepakbola.
Pernah saya dengar juga bahwa supporter jenis ini senang jika disanjung dan terobsesi untuk disebut kreatif, maka tak perlu heran jika mereka pun (mungkin) lalai menyadari bahwa bintang dan pusat perhatian sesungguhnya dalam suatu pertandingan adalah 22 pemain di lapangan dan bukanlah suporternya, seluar biasa apapun tingkah laku dan rupa supporter sepakbola, mereka tak lebih dari sekedar pelengkap dalam suatu pertandingan.
Alasan mereka keukeuh bahwa mereka ingin membuktikan bahwa mereka kreatif, entah kreatif darimana?ataukah memang tak ada penyaluran lain? Wajar jika saya bertanya-tanya, karena saya tinggal di Bandung, dimana kreativitas tersalurkan secara deras melalui berbagai hal, banyak buktinya: eksistensi band Bandung ditingkat nasional, artis-artisnya, konsep-konsep fashion, berbagai lifestyle yang menjadi barometer dll. Maka saya pun harus memaklumi jika ada muda-mudi di kota lain yang merasa dirinya kreatif namun mungkin kesulitan mencari perhatian nasional melalui fashion, musik dan segmen entertaint lain maka berusaha eksis melalui dunia persuporteran, yaitu menjadikan diri mereka sebagai pusat perhatian dan memenuhi obsesi agar mendapat pengakuan kreatif.
Sore nanti pula PERSIB akan bermain dihadapan suporter-suporter yang katanya dianggap paling kreatif di alam semesta ini. Harapan saya semoga kamera TV tetap menyorot lapangan hijau walau (misal) pertandingan nanti akan berjalan membosankan dan tak mengalihkan tayangan langsung ke tribun supporter yang tentunya sudah mempersiapkan jutaan gerakan ajaib yang menurut persepsi mereka adalah keunggulan dalam hal kreativitas dari supporter lain.
Karangan Bunga
Sabtu siang saya terusik dengan kabar karangan bunga yang diterima oleh Jajang Nurjaman menjelang pertandingan lawan arema di malang, yang saya khawatirkan adalah jika karangan bunga itu berisi ucapan selamat datang, kata-kata sambutan yang berlebihan dan sejenisnya yang tentunya menurut pandangan supporter non-kreatif seperti saya hanya akan membuat risih dan canggung saja. Namun ternyata aremania kali ini tidak salah kaprah dan justru berlaku layaknya seorang suporter sepakbola dengan melakukan sapaan “pressing before the match” yaitu tekanan melalui kata-kata “PERSIB kalah atau mati” yang tentunya jika ditanggapi secara berlebihan justru dapat mengacaukan persiapan tim, dan kerennya seorang Jajang menanggapinya dengan santai dengan senyuman dan penerimaan biasa saja.
Yang saya amati setelahnya adalah justru reaksi bobotoh terutama di dunia maya yang heboh, reaktif dan labay. Bahkan banyak yang mengusulkan melaporkan polisi bahwa ini adalah percobaan pembunuhan dsb, padahal menurut saya justru kali ini Aremania melakukan tekanan ala supporter yang beradab, wajar dan sesuai batas, bahkan santun.
Yang keliru dan layak dikecam itu adalah tekanan-tekanan yang secara nyata mengancam keselamatan dan jiwa pemain seperti menyerang bus ataupun hotel pemain. Seperti apa yang dialami PERSIB ketika bus dilempari Molotov, kaca-kaca pecah dan nyaris timbul korban jiwa, ataupun secara fair saya harus mengingatkan pula bahwa bobotoh pun pernah melakukan tindakan tidak terpuji saat “menyentuh” Ismed Sofyan saat persija melakukan ujicoba lapang di siliwangi sekitar 10 tahun lalu, bobotoh pun pernah mengintimidasi tim tamu sebelum pertandingan dengan cara berlebihan saat beramai-ramai mendatangi Hotel Istana di jalan Lembong sebelum pertandingan belasan tahun lalu, walau tak pernah melukai pemain seperti apa yang dialami PERSIB saat bertandang ke Lebak Bulus di jamannya arcaan iurie. Saat itu Zaenal Arif terkena pecahan kaca, bus hancur, Eka Ramdani kena pukul..hanya kebesaran hatilah yang membuat tim tetap mau bertanding, walau saat itu mereka berhak tak melanjutkan.
Bersikap adil pada aremania
Ajaran agama saya mengajarkan “janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu bertindak tidak adil”, dalam konteks ini saya ingin mengajak bobotoh untuk menyikapi karangan bunga yang diberikan aremania kepada Jajang Nurjaman, jangan karena rasa sentimen kemudian kebablasan dan berlebihan menyikapi serta menebar tuduhan pembunuhan dsb.
Pertama-tama bobotoh harus membedakan secara jernih antara “percobaan pembunuhan” dan “ancaman pembunuhan”, sebenarnya semua sudah clear dan diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). KUHP terdiri atas 3 bagian (buku),bagian 1 tentang ketentuan umum, bagian 2 tentang kejahatan, bagian 3 tentang pelanggaran, ada prinsip yang sangat fundamental dalam hal “percobaan” terhadap kejahatan (misal pembunuhan, pencurian dsb) dan pelanggaran (langgar lalu lintas dsb) yaitu:
Bahwa percobaan terhadap kejahatan bisa dikenai pidana, namun percobaan terhadap pelanggaran TIDAK BISA dikenai pidana. Maka suatu percobaan/upaya terhadap tindak pembunuhan yang termasuk kategori kejahatan tentu saja bisa dihukum, namun pertanyaannya adalah: apakah tindakan pengiriman bunga oleh aremania itu adalah termasuk percobaan pembunuhan? TENTU TIDAK…jika memang ingin dilaporkan, yang kemarin siang itu masuknya ke delik ancaman, perbuatan tidak menyenangkan dan sejenisnya. Terkecuali yang dikirim itu adalah bunga beracun yang terbukti mematikan atau tiba-tiba karangan bunganya meledak, nah itu baru bisa disebut percobaan pembunuhan, dan jika ituyang terjadi, maka bobotoh bolehlah mengecam serta mengutuk habis-habisan.
Hukum pidana itu mirip matematika, cara berpikirnya sarat logika, tindakannya disebut delik, dan dikatakan sebagai suatu delik jika terpenuhi unsur-unsurnya. Misal dikatakan “delik A” jika memenuhi 5 unsur, sehingga andai hanya 4 unsur saja yang terbukti/terpenuhi maka suatu tindakan tidak dapat dikatakan suatu “delik A”, unsur-unsur inilah yang membuat suatu delik berbeda dengan delik lainnya, walau tindakannya mirip (misal: ada pembunuhan, pembunuhan berencana, turut serta dalam pembunuhan, ikut merencanakan pembunuhan, penganiayaan yang membuat orang terbunuh dll).
Kita kembali ke kasus karangan bunga kemarin, orang yang mengancam belum tentu melakukan percobaan/mencoba, begitu pun sebaliknya, bisa saja orang melakukan percobaan/mencoba tanpa harus melakukan ancaman sebelumnya. Oleh karena itu lebih layak dipidana dan diproses hukum secara serius, orang-orang yang tidak melakukan ancaman namun secara nyata terbukti melakukan tindakan seperti menyerang bus, melempar molotov, ataupun melakukan penganiayaan yang menyebabkan terbunuhnya orang.
Sebagai penutup, semoga kawan-kawan kita yang paling kreatif sealam semesta itu tetap mampu berpijak dan berlaku secara wajar tanpa melampaui batasan yang memasuki ranah pidana murni. Jika itu terjadi, maka mereka, ya sama saja dengan mereka yang satu lagi.
Penulis: penganut jaringan suporter liberal non-kreatif, berakun twitter @ekomaung

Penulis: Ekomaung
Saya tipikal orang yang kurang sreg dengan gaya pendukung sepakbola yang mendukung timnya layaknya sebuah sanggar tari ataupun grup senam, yaitu menari-nari sepanjang pertandingan dan bernyanyi-nyanyi tanpa henti bahkan mereka seringkali melakukannya tanpa melihat dinamika di lapangan. Bayangkan, saat timnya tertinggal ataupun tensi mulai tak menentu, tiba-tiba tetap ada keceriaan dan riuh di tribun, mungkin mereka menganggap itu keren, bahkan konon mereka latihan serius (bahkan memiliki jadwal khusus) untuk melakukan hal tersebut, bisa jadi tujuan terpenting datang ke stadion adalah menunjukkan hasil latihan tersebut dan bukan menonton sepakbola.
Pernah saya dengar juga bahwa supporter jenis ini senang jika disanjung dan terobsesi untuk disebut kreatif, maka tak perlu heran jika mereka pun (mungkin) lalai menyadari bahwa bintang dan pusat perhatian sesungguhnya dalam suatu pertandingan adalah 22 pemain di lapangan dan bukanlah suporternya, seluar biasa apapun tingkah laku dan rupa supporter sepakbola, mereka tak lebih dari sekedar pelengkap dalam suatu pertandingan.
Alasan mereka keukeuh bahwa mereka ingin membuktikan bahwa mereka kreatif, entah kreatif darimana?ataukah memang tak ada penyaluran lain? Wajar jika saya bertanya-tanya, karena saya tinggal di Bandung, dimana kreativitas tersalurkan secara deras melalui berbagai hal, banyak buktinya: eksistensi band Bandung ditingkat nasional, artis-artisnya, konsep-konsep fashion, berbagai lifestyle yang menjadi barometer dll. Maka saya pun harus memaklumi jika ada muda-mudi di kota lain yang merasa dirinya kreatif namun mungkin kesulitan mencari perhatian nasional melalui fashion, musik dan segmen entertaint lain maka berusaha eksis melalui dunia persuporteran, yaitu menjadikan diri mereka sebagai pusat perhatian dan memenuhi obsesi agar mendapat pengakuan kreatif.
Sore nanti pula PERSIB akan bermain dihadapan suporter-suporter yang katanya dianggap paling kreatif di alam semesta ini. Harapan saya semoga kamera TV tetap menyorot lapangan hijau walau (misal) pertandingan nanti akan berjalan membosankan dan tak mengalihkan tayangan langsung ke tribun supporter yang tentunya sudah mempersiapkan jutaan gerakan ajaib yang menurut persepsi mereka adalah keunggulan dalam hal kreativitas dari supporter lain.
Karangan Bunga
Sabtu siang saya terusik dengan kabar karangan bunga yang diterima oleh Jajang Nurjaman menjelang pertandingan lawan arema di malang, yang saya khawatirkan adalah jika karangan bunga itu berisi ucapan selamat datang, kata-kata sambutan yang berlebihan dan sejenisnya yang tentunya menurut pandangan supporter non-kreatif seperti saya hanya akan membuat risih dan canggung saja. Namun ternyata aremania kali ini tidak salah kaprah dan justru berlaku layaknya seorang suporter sepakbola dengan melakukan sapaan “pressing before the match” yaitu tekanan melalui kata-kata “PERSIB kalah atau mati” yang tentunya jika ditanggapi secara berlebihan justru dapat mengacaukan persiapan tim, dan kerennya seorang Jajang menanggapinya dengan santai dengan senyuman dan penerimaan biasa saja.
Yang saya amati setelahnya adalah justru reaksi bobotoh terutama di dunia maya yang heboh, reaktif dan labay. Bahkan banyak yang mengusulkan melaporkan polisi bahwa ini adalah percobaan pembunuhan dsb, padahal menurut saya justru kali ini Aremania melakukan tekanan ala supporter yang beradab, wajar dan sesuai batas, bahkan santun.
Yang keliru dan layak dikecam itu adalah tekanan-tekanan yang secara nyata mengancam keselamatan dan jiwa pemain seperti menyerang bus ataupun hotel pemain. Seperti apa yang dialami PERSIB ketika bus dilempari Molotov, kaca-kaca pecah dan nyaris timbul korban jiwa, ataupun secara fair saya harus mengingatkan pula bahwa bobotoh pun pernah melakukan tindakan tidak terpuji saat “menyentuh” Ismed Sofyan saat persija melakukan ujicoba lapang di siliwangi sekitar 10 tahun lalu, bobotoh pun pernah mengintimidasi tim tamu sebelum pertandingan dengan cara berlebihan saat beramai-ramai mendatangi Hotel Istana di jalan Lembong sebelum pertandingan belasan tahun lalu, walau tak pernah melukai pemain seperti apa yang dialami PERSIB saat bertandang ke Lebak Bulus di jamannya arcaan iurie. Saat itu Zaenal Arif terkena pecahan kaca, bus hancur, Eka Ramdani kena pukul..hanya kebesaran hatilah yang membuat tim tetap mau bertanding, walau saat itu mereka berhak tak melanjutkan.
Bersikap adil pada aremania
Ajaran agama saya mengajarkan “janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu bertindak tidak adil”, dalam konteks ini saya ingin mengajak bobotoh untuk menyikapi karangan bunga yang diberikan aremania kepada Jajang Nurjaman, jangan karena rasa sentimen kemudian kebablasan dan berlebihan menyikapi serta menebar tuduhan pembunuhan dsb.
Pertama-tama bobotoh harus membedakan secara jernih antara “percobaan pembunuhan” dan “ancaman pembunuhan”, sebenarnya semua sudah clear dan diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). KUHP terdiri atas 3 bagian (buku),bagian 1 tentang ketentuan umum, bagian 2 tentang kejahatan, bagian 3 tentang pelanggaran, ada prinsip yang sangat fundamental dalam hal “percobaan” terhadap kejahatan (misal pembunuhan, pencurian dsb) dan pelanggaran (langgar lalu lintas dsb) yaitu:
Bahwa percobaan terhadap kejahatan bisa dikenai pidana, namun percobaan terhadap pelanggaran TIDAK BISA dikenai pidana. Maka suatu percobaan/upaya terhadap tindak pembunuhan yang termasuk kategori kejahatan tentu saja bisa dihukum, namun pertanyaannya adalah: apakah tindakan pengiriman bunga oleh aremania itu adalah termasuk percobaan pembunuhan? TENTU TIDAK…jika memang ingin dilaporkan, yang kemarin siang itu masuknya ke delik ancaman, perbuatan tidak menyenangkan dan sejenisnya. Terkecuali yang dikirim itu adalah bunga beracun yang terbukti mematikan atau tiba-tiba karangan bunganya meledak, nah itu baru bisa disebut percobaan pembunuhan, dan jika ituyang terjadi, maka bobotoh bolehlah mengecam serta mengutuk habis-habisan.
Hukum pidana itu mirip matematika, cara berpikirnya sarat logika, tindakannya disebut delik, dan dikatakan sebagai suatu delik jika terpenuhi unsur-unsurnya. Misal dikatakan “delik A” jika memenuhi 5 unsur, sehingga andai hanya 4 unsur saja yang terbukti/terpenuhi maka suatu tindakan tidak dapat dikatakan suatu “delik A”, unsur-unsur inilah yang membuat suatu delik berbeda dengan delik lainnya, walau tindakannya mirip (misal: ada pembunuhan, pembunuhan berencana, turut serta dalam pembunuhan, ikut merencanakan pembunuhan, penganiayaan yang membuat orang terbunuh dll).
Kita kembali ke kasus karangan bunga kemarin, orang yang mengancam belum tentu melakukan percobaan/mencoba, begitu pun sebaliknya, bisa saja orang melakukan percobaan/mencoba tanpa harus melakukan ancaman sebelumnya. Oleh karena itu lebih layak dipidana dan diproses hukum secara serius, orang-orang yang tidak melakukan ancaman namun secara nyata terbukti melakukan tindakan seperti menyerang bus, melempar molotov, ataupun melakukan penganiayaan yang menyebabkan terbunuhnya orang.
Sebagai penutup, semoga kawan-kawan kita yang paling kreatif sealam semesta itu tetap mampu berpijak dan berlaku secara wajar tanpa melampaui batasan yang memasuki ranah pidana murni. Jika itu terjadi, maka mereka, ya sama saja dengan mereka yang satu lagi.
Penulis: penganut jaringan suporter liberal non-kreatif, berakun twitter @ekomaung

setiap orang punya cara pandangnya sendiri,kita suporter bukan penjahat yang ingin mencari musuh,kita satu tanah air Indonesia jangan karna loyalitas yang berlebihan tersebut kita setanah air saling bertikai.Boleh kita mendukung tim kesayangan tapi jangan sampai rasa cinta yang berlebihan menimbulkan bensi dengan saudara kita,kita boleh memilih warnanya masing0masing tapi ingat warna kita yang utama “MERAH PUTIH”