Menggugat Makna “Dukungan Positif”
Tuesday, 05 October 2021 | 20:56
Ketidakpuasan Bobotoh terhadap performa Persib akibat hasil imbang yang diperoleh dari 3 pertandingan secara berturut-turut melawan Bali United, Borneo FC dan Tira Kabo, menggema di media sosial, bahkan ada yang diwujudkan secara nyata melalui protes turun kejalan secara langsung yang ditujukan pada Bus Rombongan Pemain Persib.
Kritik dan protes sebagai bentuk kekecewaan bobotoh ini, lantas dianggap sebagai sebuah tindakan yang negatif oleh manajemen Persib. Saya mengasumsikan demikian karena muncul respon dari manajemen Persib atas kejadian tersebut khususnya melalui Dirutnya, dengan memberikan pernyataan melalui instagram pribadinya, “Kami butuh dukungan Positif dari Bobotoh”, begitu kurang lebih judul pernyataannya. Kalau memang seperti itu saya rasa tidak keliru jika saya mengasumsikan bahwa bahwa tindakan protes turun kejalan ini dianggap negatif, bahkan dalam pernyataannya tersebut beliau juga meminta Bobotoh untuk memberikan dukungan di ranah digital dengan memberikan komentar yang positif dan konstruktif agar dapat membuat pemain tampil lebih semangat dan lebih baik. Berarti bisa jadi protes dan kritik untuk Persib ini dianggap sebagai dukungan yang negatif. Tapi entahlah saya tidak tahu isi hati dari beliau.
Namun jika boleh saya menggugat makna meminta dukungan positif dan krititik ini, kok saya melihatnya ini hanya sebagai retorika semata (kalau tidak ingin dianggap sebagai omong kosong), yang seakan-akan melarang atau “haram” hukumnya jika bobotoh memberikan kritik terhadap Persi, layaknya sikap khas politikus yang kerap menutupi sikap antikritiknya dengan membangun argumen dan narasi jika memberikan kritik itu harus kritik membangun. Bahkan jika memang benar Persib kekeuh ingin mendapat dukungan positif diranah digital dari bobotoh bukankah tanpa dimintapun, selama dukungan deras kerap mengalir untuk Persib dan para pemainnya di ranah digital khususnya Media Sosial. Lihatlah jumlah follower akun media sosial persib dan para pemainnya, lihat saja komentar-komentar dengan kalimat bijak dari Bobotoh saat mereka memposting kegiatannya, bahkan pemain persib itu sudah menjadi selebriti dan komoditas mahal dimata publik khususnya Bobotoh. Yang jelas-jelas popularitas itu merupakan hasil dari dukungan positif Bobotoh diranah digital. Tapi apakah itu berbanding lurus dengan performa pemain Persib?.
Ternyata faktanya tidak sama sekali. Embel-embel dukungan positif di ranah digital yang selama ini diberikan ternyata tidak berbanding lurus dengan performa pemain dilapangan. Dukungan positif ini tidak mempengaruhi permainan para pemain dilapangan, bahkan cenderung mereka seakan besar kepala dan “kangeunahan”. Jadi apakah benar pernyataan bahwa jika Bobotoh memberikan dukungan positif dan kritik konstruktif akan membuat pemain Persib tampil lebih baik?, jawabannya untuk saat ini tidak. Dukungan positif selama ini ternyata tidak berpengaruh terhadap Permainan Persib. Jika saya mencoba menempatkan diri diposisi dulur-dulur Bobotoh yang protes turun ke jalan ini, bisa jadi apa yang mereka lakukan ini ibarat “shock therapy” atau alarm tanda pengingat agar pemain jangan terlena dengan “selebritas, kebintangan dan popularitas” dari pemain Persib, mereka terkesan Star Syndhrome.
Jangan alergi apalagi antikritik karena kritik itu bukti kepedukian. Bobotoh ge lain jelema bodo, piraku mun persib alus rek digogoreng. Bobotohmah ti baheula ge, mun alus nya disebut alus mun butut wayahna we disebut butut, mun embung aya tekanan ti bobotoh tong jadi pemain Persib. Terakhir mengutip pernyataan Dirut Persib, “apa yang datang dari hati, akan juga sampai di hati”. Kalau bukan cinta dari hati bagaimana mungkin Bobotoh dengan sukarela meluangkan waktu, biaya, tenaga dan pikirannya hanya untuk “sekedar” memberikan kritik dan protesnya bagi Persib. Bukankah rasa cinta itu diwujudkan dengan rasa peduli?
“Tong loba pamenta, sabab tanpa dipenta oge Bobotoh mah pasti bakal ngadukung Persib tepi iraha wae oge. Ngeun pedah wayahna we dukunganna beda-beda, tunjukeun we mun maraneh memang pantes didukung”.
Penulis hanya Bobotoh Biasa yang peduli pada Persib, berakun Twitter @robbyiborrn

Ketidakpuasan Bobotoh terhadap performa Persib akibat hasil imbang yang diperoleh dari 3 pertandingan secara berturut-turut melawan Bali United, Borneo FC dan Tira Kabo, menggema di media sosial, bahkan ada yang diwujudkan secara nyata melalui protes turun kejalan secara langsung yang ditujukan pada Bus Rombongan Pemain Persib.
Kritik dan protes sebagai bentuk kekecewaan bobotoh ini, lantas dianggap sebagai sebuah tindakan yang negatif oleh manajemen Persib. Saya mengasumsikan demikian karena muncul respon dari manajemen Persib atas kejadian tersebut khususnya melalui Dirutnya, dengan memberikan pernyataan melalui instagram pribadinya, “Kami butuh dukungan Positif dari Bobotoh”, begitu kurang lebih judul pernyataannya. Kalau memang seperti itu saya rasa tidak keliru jika saya mengasumsikan bahwa bahwa tindakan protes turun kejalan ini dianggap negatif, bahkan dalam pernyataannya tersebut beliau juga meminta Bobotoh untuk memberikan dukungan di ranah digital dengan memberikan komentar yang positif dan konstruktif agar dapat membuat pemain tampil lebih semangat dan lebih baik. Berarti bisa jadi protes dan kritik untuk Persib ini dianggap sebagai dukungan yang negatif. Tapi entahlah saya tidak tahu isi hati dari beliau.
Namun jika boleh saya menggugat makna meminta dukungan positif dan krititik ini, kok saya melihatnya ini hanya sebagai retorika semata (kalau tidak ingin dianggap sebagai omong kosong), yang seakan-akan melarang atau “haram” hukumnya jika bobotoh memberikan kritik terhadap Persi, layaknya sikap khas politikus yang kerap menutupi sikap antikritiknya dengan membangun argumen dan narasi jika memberikan kritik itu harus kritik membangun. Bahkan jika memang benar Persib kekeuh ingin mendapat dukungan positif diranah digital dari bobotoh bukankah tanpa dimintapun, selama dukungan deras kerap mengalir untuk Persib dan para pemainnya di ranah digital khususnya Media Sosial. Lihatlah jumlah follower akun media sosial persib dan para pemainnya, lihat saja komentar-komentar dengan kalimat bijak dari Bobotoh saat mereka memposting kegiatannya, bahkan pemain persib itu sudah menjadi selebriti dan komoditas mahal dimata publik khususnya Bobotoh. Yang jelas-jelas popularitas itu merupakan hasil dari dukungan positif Bobotoh diranah digital. Tapi apakah itu berbanding lurus dengan performa pemain Persib?.
Ternyata faktanya tidak sama sekali. Embel-embel dukungan positif di ranah digital yang selama ini diberikan ternyata tidak berbanding lurus dengan performa pemain dilapangan. Dukungan positif ini tidak mempengaruhi permainan para pemain dilapangan, bahkan cenderung mereka seakan besar kepala dan “kangeunahan”. Jadi apakah benar pernyataan bahwa jika Bobotoh memberikan dukungan positif dan kritik konstruktif akan membuat pemain Persib tampil lebih baik?, jawabannya untuk saat ini tidak. Dukungan positif selama ini ternyata tidak berpengaruh terhadap Permainan Persib. Jika saya mencoba menempatkan diri diposisi dulur-dulur Bobotoh yang protes turun ke jalan ini, bisa jadi apa yang mereka lakukan ini ibarat “shock therapy” atau alarm tanda pengingat agar pemain jangan terlena dengan “selebritas, kebintangan dan popularitas” dari pemain Persib, mereka terkesan Star Syndhrome.
Jangan alergi apalagi antikritik karena kritik itu bukti kepedukian. Bobotoh ge lain jelema bodo, piraku mun persib alus rek digogoreng. Bobotohmah ti baheula ge, mun alus nya disebut alus mun butut wayahna we disebut butut, mun embung aya tekanan ti bobotoh tong jadi pemain Persib. Terakhir mengutip pernyataan Dirut Persib, “apa yang datang dari hati, akan juga sampai di hati”. Kalau bukan cinta dari hati bagaimana mungkin Bobotoh dengan sukarela meluangkan waktu, biaya, tenaga dan pikirannya hanya untuk “sekedar” memberikan kritik dan protesnya bagi Persib. Bukankah rasa cinta itu diwujudkan dengan rasa peduli?
“Tong loba pamenta, sabab tanpa dipenta oge Bobotoh mah pasti bakal ngadukung Persib tepi iraha wae oge. Ngeun pedah wayahna we dukunganna beda-beda, tunjukeun we mun maraneh memang pantes didukung”.
Penulis hanya Bobotoh Biasa yang peduli pada Persib, berakun Twitter @robbyiborrn
