Mengenang Momen Jawara Perserikatan 1994 (Bag III-Habis): Persib Juara
Wednesday, 17 April 2013 | 21:30Persib Bandung berhasil lolos ke babak grand final. Di pertandingan semifinal, Persib berhasil lolos dari sergapan Persija Jakarta yang memang mengharapkan pertandingan diselesaikan dengan adu tembakan penalti. Lawan yang dihadapi adalah PSM Makassar, sang juara bertahan, lawan yang mengalahkan tim Persib di semifinal kompetisi perserikatan musim sebelumnya. Aroma balas dendam pun merebak.
Enam belas April seribu sembilan ratus sembilan puluh empat, Sabtu sore di Stadion Senayan, yang kini bernama Stadion Gelora Bung Karno, para pemain Persib yang sehari sebelumnya menjungkalkan tim Macan Kemayoran menjalani rehabilitasi fisik di bawah arahan dr Achmad Toha Muslim. Terapi menggunakan alat-alat elektronik yang bertujuan untuk meregangkan otot pasca pertandingan. Vibrator dan sinar infra merah digunakan dalam terapi ini. Sebelumnya, para pemain mendapat jamuan dari salah satu pengusaha Jawa Barat.
Sementara itu, bobotoh sepertinya bergegas menyambut partai puncak yang telah mereka nantikan. Partai puncak dari perjuangan anak-anak Maung Bandung sejak bulan November 1993. Ratusan bis bobotoh siap menyerbu Senayan saat itu.
Kubu PSM yang diwakili Syamsudin Umar sesumbar akan melemahkan lini tengah Persib yang memang diakuinya cukup solid. Dia memerintahkan pemainnya untuk memancing para pemain Persib untuk naik dan kemudian melakukan serangan balik. Syamsudin memerintahkan anak buahnya untuk menekan pemain Persib supaya permainannya tidak berkembang.
Di kubu Persib, Wardaya menjanjikan bahwa anak-anak Bandung akan bermain habis-habisan karena sudah terlanjur masuk final. Assisten manajer teknik ini berharap supaya para pemainnya tidak terpancing permainan keras PSM.
Malam itu, tujuh belas April 1994. Pertandingan maha penting karena PSM merupakan lawan ideal untuk Persib di final kompetisi musim tersebut. Tiga per empat dari kapastitas 110 ribu penonton Stadion Senayan saat itu dikuasai bobotoh Persib. Kota Bandung dikabarkan seperti kota mati, karena semua mata dan hati tertuju ke Senayan.
Dalam pertandingan final, seperti biasa Persib menurunkan formasi 352, dengan komposisi starting eleven: Aris Rinaldi, Dede Iskandar, Nandang Kurnaedi, Robby Darwis, Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Asep Kustiana, Yusuf Bahtiar, Yudi Guntara, Sutiono, dan Kekey Zakaria, Di pihak lawan, PSM menurunkan Herman Kadiaman, Bahar Muharam, Ajis Muin, Ali Baba, Aji Lestaluhu, Anwar Liko, Yusrifar Djafar, Ansar Razak, Kaharudin Djamal, Yosef Wijaya, Arief Kamaluddin, dan Mustari Ato.
Persib Bandung kemudian berhasil mencuri gol terlebih dahulu. Sebuah tembakan keras Yudi Guntara dari luar kotak penalti di menit 26 membuat kiper Herman kadiaman memungut bola dari jalanya. Bermula dari Kekey Zakaria, bola ditahan oleh kepala Yusuf Bahtiar dan menuju Yudi Guntara yang langsung menembaknya dari luar kotak penalti. Bola tembakan Yudi begitu tiba-tiba dan tidak mampu dihadang kiper Herman walaupun sempat sedikit menyentuh tangannya.
Gol kedua Persib dicetak tidak kalah indahnya. Bola yang diumpan silang oleh Nandang Kurnaedi berhasil dikendalikan Sutiono. Di menit 71 tersebut, Sutiono langsung merobek gawang PSM lewat tembakan kerasnya.
Dua nol, dan kedudukan tidak berubah sampai pertandingan selesai. Persib pun menjadi juara di kompetisi Perserikatan terakhir, dan kata-kata tidak akan pernah bisa menggambarkan bagaimana suasana bobotoh dan tim Persib saat itu.
Mantan pemain yang menjadi kolumnis di HU Pikiran Rakyat, Aang Witarsa, menggambarkan tim Maung Bandung mampu memuaskan para pendukung dengan penampilan cantiknya. Permainan cantik yang diperagakan tim Pangeran Biru mampu mendikte permainan dan membuat permainan PSM tidak berkembang. Pujian Aang ditujukan kepada dua nama yaitu Yudi Guntara dan Kekey Zakaria. Yudi dipuji karena permainannya semakin meningkat, sedangkan Kekey diyakini membuat pekerjaan Sutiono untuk mencetak gol menjadi lebih mudah.
Bagaimana perasaan bobotoh saat itu? Headline dan gambar yang dari HU Pikiran Rakyat bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Sumber:
HU Pikiran Rakyat 1993-1994
rsssf.com
Tammat
Penulis adalah bobotoh biasa yang kebetulan menjadi wartawan Simamaung.com, ber-akun twitter di: @hevifauzan.
Baca juga:
Bagian pertama: 17 April, Mengenang Momen Jawara Perserikatan 1994 (Bag I)
Bagian Kedua: Mengenang Momen Jawara Perserikatan 1994 (Bag II): Persib Menuju Grand Final
Arena Bobotoh: Legenda Persib Yang Dipuji Fabio Capello Itu Bernama Yudi Guntara

Persib Bandung berhasil lolos ke babak grand final. Di pertandingan semifinal, Persib berhasil lolos dari sergapan Persija Jakarta yang memang mengharapkan pertandingan diselesaikan dengan adu tembakan penalti. Lawan yang dihadapi adalah PSM Makassar, sang juara bertahan, lawan yang mengalahkan tim Persib di semifinal kompetisi perserikatan musim sebelumnya. Aroma balas dendam pun merebak.
Enam belas April seribu sembilan ratus sembilan puluh empat, Sabtu sore di Stadion Senayan, yang kini bernama Stadion Gelora Bung Karno, para pemain Persib yang sehari sebelumnya menjungkalkan tim Macan Kemayoran menjalani rehabilitasi fisik di bawah arahan dr Achmad Toha Muslim. Terapi menggunakan alat-alat elektronik yang bertujuan untuk meregangkan otot pasca pertandingan. Vibrator dan sinar infra merah digunakan dalam terapi ini. Sebelumnya, para pemain mendapat jamuan dari salah satu pengusaha Jawa Barat.
Sementara itu, bobotoh sepertinya bergegas menyambut partai puncak yang telah mereka nantikan. Partai puncak dari perjuangan anak-anak Maung Bandung sejak bulan November 1993. Ratusan bis bobotoh siap menyerbu Senayan saat itu.
Kubu PSM yang diwakili Syamsudin Umar sesumbar akan melemahkan lini tengah Persib yang memang diakuinya cukup solid. Dia memerintahkan pemainnya untuk memancing para pemain Persib untuk naik dan kemudian melakukan serangan balik. Syamsudin memerintahkan anak buahnya untuk menekan pemain Persib supaya permainannya tidak berkembang.
Di kubu Persib, Wardaya menjanjikan bahwa anak-anak Bandung akan bermain habis-habisan karena sudah terlanjur masuk final. Assisten manajer teknik ini berharap supaya para pemainnya tidak terpancing permainan keras PSM.
Malam itu, tujuh belas April 1994. Pertandingan maha penting karena PSM merupakan lawan ideal untuk Persib di final kompetisi musim tersebut. Tiga per empat dari kapastitas 110 ribu penonton Stadion Senayan saat itu dikuasai bobotoh Persib. Kota Bandung dikabarkan seperti kota mati, karena semua mata dan hati tertuju ke Senayan.
Dalam pertandingan final, seperti biasa Persib menurunkan formasi 352, dengan komposisi starting eleven: Aris Rinaldi, Dede Iskandar, Nandang Kurnaedi, Robby Darwis, Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Asep Kustiana, Yusuf Bahtiar, Yudi Guntara, Sutiono, dan Kekey Zakaria, Di pihak lawan, PSM menurunkan Herman Kadiaman, Bahar Muharam, Ajis Muin, Ali Baba, Aji Lestaluhu, Anwar Liko, Yusrifar Djafar, Ansar Razak, Kaharudin Djamal, Yosef Wijaya, Arief Kamaluddin, dan Mustari Ato.
Persib Bandung kemudian berhasil mencuri gol terlebih dahulu. Sebuah tembakan keras Yudi Guntara dari luar kotak penalti di menit 26 membuat kiper Herman kadiaman memungut bola dari jalanya. Bermula dari Kekey Zakaria, bola ditahan oleh kepala Yusuf Bahtiar dan menuju Yudi Guntara yang langsung menembaknya dari luar kotak penalti. Bola tembakan Yudi begitu tiba-tiba dan tidak mampu dihadang kiper Herman walaupun sempat sedikit menyentuh tangannya.
Gol kedua Persib dicetak tidak kalah indahnya. Bola yang diumpan silang oleh Nandang Kurnaedi berhasil dikendalikan Sutiono. Di menit 71 tersebut, Sutiono langsung merobek gawang PSM lewat tembakan kerasnya.
Dua nol, dan kedudukan tidak berubah sampai pertandingan selesai. Persib pun menjadi juara di kompetisi Perserikatan terakhir, dan kata-kata tidak akan pernah bisa menggambarkan bagaimana suasana bobotoh dan tim Persib saat itu.
Mantan pemain yang menjadi kolumnis di HU Pikiran Rakyat, Aang Witarsa, menggambarkan tim Maung Bandung mampu memuaskan para pendukung dengan penampilan cantiknya. Permainan cantik yang diperagakan tim Pangeran Biru mampu mendikte permainan dan membuat permainan PSM tidak berkembang. Pujian Aang ditujukan kepada dua nama yaitu Yudi Guntara dan Kekey Zakaria. Yudi dipuji karena permainannya semakin meningkat, sedangkan Kekey diyakini membuat pekerjaan Sutiono untuk mencetak gol menjadi lebih mudah.
Bagaimana perasaan bobotoh saat itu? Headline dan gambar yang dari HU Pikiran Rakyat bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Sumber:
HU Pikiran Rakyat 1993-1994
rsssf.com
Tammat
Penulis adalah bobotoh biasa yang kebetulan menjadi wartawan Simamaung.com, ber-akun twitter di: @hevifauzan.
Baca juga:
Bagian pertama: 17 April, Mengenang Momen Jawara Perserikatan 1994 (Bag I)
Bagian Kedua: Mengenang Momen Jawara Perserikatan 1994 (Bag II): Persib Menuju Grand Final
Arena Bobotoh: Legenda Persib Yang Dipuji Fabio Capello Itu Bernama Yudi Guntara

saksi hidup di salah satu sektor std senayan
BELUM PERNAH SAMPAI SAAT INI SY MERASAKAN KEBANGGAN SEPERTI WAKTU PERSIB JUARA PERSERIKATAN DAN JUARA LIGINA LIGA DUNHIL 94/95 SY SAMPAI KABUR DARI MASJID WAKTU NGAJI, GARA2 PINGIN LIAT PINAL PERSIB VS PETROKIMIA GRESIK,…