
Persib Bandung sempat mempunyai gelandang bertahan potensial dalam diri Muhammad Agung Pribadi di akhir era 2000-an. Pria asal Rancaekek tersebut mengecap laga bersama Persib dalam berbagai tim kelompok usia. Sejak masih berusia 15 tahun dia sudah membela tim Haornas hingga akhirnya menembus tim utama.
Maung Bandung memang dikenal kerap memproduksi pemain berposisi gelandang yang mumpuni sejak zaman Perserikatan hingga era kompetisi profesional. Secara turun temurun, tongkat estafet pemain tengah berkualitas dilanjutkan. Regenerasi terus disiapkan agar tradisi tersebut tidak putus selama bendera Persib masih berkibar.
Setelah era Eka Ramdani, beberapa bibit potensial di Jawa Barat muncul. Sekolah Sepakbola (SSB) UNI pun mempersiapkan talenta potensial sebagai penerus. Agung merupakan produk UNI dengan atribut punya kemampuan yang mumpuni terutama ketika bertahan. Lahir di Bandung, 23 Juli 1989, Agung mulai mengikuti SSB di usia 13 tahun meski awalnya berposisi sebagai bek.
Awalnya dia sempat ogah-ogahan ketika mengikuti latihan di SSB dan latihan pun tidak rajin. Sikap Agung pun membuatnya diperingatkan oleh kedua orang tuanya, apakah ingin serius di sepakbola atau tidak. Titik balik Agung menjadi fokus di sepakbola ketika lolos seleksi kelompok usia 13 tahun oleh Pengcab (sekarang Asosiasi Kota) PSSI Bandung.
Dari sana karirnya mulai dibangun. Agung menjadi pemain yang namanya kerap terpilih untuk masuk dalam tim tingkat kota. Lalu kesempatan membela Persib U-15 pun datang, dia bermain di kompetisi Haornas. Sudah mendapat kepercayaan bermain di lini tengah, perannya pun krusial hingga mampu membawa timnya menjadi juara.
Berikutnya Agung terpilih masuk Persib U-18 yang bermain untuk kompetisi Soeratin. Bakatnya pun sudah semakin terasah, dirinya kembali memberikan kontribusi hingga membawa timnya ke partai puncak. Trofi juara pun kembali dipersembahkan oleh anak kedua dari tiga bersaudara itu. Dua gelar bergengsi didapatnya bersama Persib di level kelompok umur.
Di level junior, Agung memang terus menunjukkan perkembangan hingga langkahnya dari tahun ke tahun terus tidak pernah putus. Setelah membela Diklat PPLP Jawa Barat, pria yang doyan memakai nomor punggung 13 itu dipanggil oleh Mustika Hadi untuk berkostum Persib U-21. Misi menambah gelar juara pun diburu Agung.
Dia sempat gagal membawa Maung Ngora juara di musim 2008/2009 kalah di babak semifinal. Tapi usaha Agung tidak sampai disitu, musim berikutnya dia menjadi bagian dari skuat yang merengkuh trofi juara Liga Super Indonesia U-21 2009/2010. Agung merupakan gelandang bertahan yang punya tugas menopang Dias Angga Putra, Munadi dan Rendi Saputra di lini tengah.

Kemenangan 2-0 didapat atas juara bertahan, Pelita Jaya U-21 dalam laga yang digelar di Siliwangi. Bersama tiga rekannya itu pula dia promosi ke tim senior Persib. Di musim 2010/2011 Agung masuk dalam skuat Maung Bandung senior asuhan Jovo Cuckovic. Namun debutnya baru tiba saat tampuk kepemimpinan beralih ke tangan Daniel Roekito.
Agung dipasang sebagai salah satu stoper dalam skema 3 bek Persib ketika bertandang ke markas Sriwijaya FC dan Persib kalah 4-1. Namun posisi starter tetap diberikan kepada Agung dalam partai berikutnya melawan Bontang FC yang digelar di Stadion Mulawarman. Di laga itu, Agung berhasil menahan gempuran tuan rumah dan membantu Persib menang 1-0.
Setelah era Daniel Roekito, menit bermain Agung di Persib merosot tajam, dia hanya jadi cadangan dalam tim. Peran Agung mulai terlihat lagi di musim 2014, ketika Djadjang Nurdjaman yang diberi kepercayaan memimpin skuat Maung Bandung. Agung delapan kali dimainkan dan peran gelandang bertahan kembali dimainkannya.
Di penghujung kompetisi, Persib keluar sebagai juara dan Agung ikut naik podium. Sejarah lantas tercipta, Agung menjadi pemain yang punya gelar lengkap bersama Persib di tiap kelompok umur, prestasi yang pemain lain tidak bisa didapatkan. Sebuah perjuangan dari titik nol hingga akhirnya membuat Agung punya cerita indah bersama klub favoritnya.

Namun kisah Agung bersama Persib tidak sampai di situ, ada aroma persaingan yang muncul lagi antara dia dengan pituin lainnya, Dedi Kusnandar. Dua gelandang bertahan yang bersaing sejak kelompok usia dan sama-sama digadang-gadang sebagai calon pemain andalan tim senior. ‘Duel’ sewaktu muda pun kembali pecah di musim 2015 saat Dedi dibawa pulang ke Bandung dari masa perantauannya.
Komentar Bobotoh