
Demi mengontrol pembinaan jangka panjang pemain muda yang lebih terstruktrut, Diklat Persib didirikan tahun 2013 di bawah payung PT Persib Bandung Bermartabat (PBB).
Pemain-pemain asli putra daerah terjaring, melalui seleksi dan scouting di kompetisi U-19. Manajer Yoyo S Adiredja, beserta jajaran komisaris setuju untuk menjadikan pelatih asal Brasil Jaino Matos pelatih kepala.
Terjaring lah 31 pemain sebagai angkatan pertama Diklat Persib. Jaino membentuk kekuatan Persib U-21 yang diproyeksikan berlaga di Kompetisi Indonesian Super League (2014). Bermaterikan pemain I Nyoman Adi Parwa, Ari Ahmad, Abdul Aziz, Ryuji Utomo, Febri Hariyadi, Gian Zola, Hanif Sjahbandi, Sutanto Tan, Henhen Herdiana, dkk.
Suatu ketika mereka mendapat tantangan dari skuad senior arahan Jajang Nurjaman dalam uji coba pra musim jelang kick-off kompetisi. Febri cs. melakukan perlawanan sengit, alhasil skor imbang didapat, membuat Jaino dan anak asuhnya banyak tingkah, sok jago.
Merasa direndahkan Persib kembali menantang juniornya itu. Ferdinand Sinaga, Firman Utina dan M Ridwan cs memberikan pelajaran berharga untuk adik-adiknya agar tak terlalu membusungkan dada. Persib arahan Jaino Matos dihajar 9-0.

Kiprah Persib U-21 program pembinaan Diklat di kompetisi Indonesia Super League (ISL) U-21 pun tak bisa dibanggakan. Mereka gagal lolos fase grup, kalah bersaing dari Semen Padang dan Sriwijaya FC. Evaluasi dilakukan kepada Jaino Matos.
Invasi pemain jebolan Diklat Persib ke ranah profesional dimulai tahun 2015 akhir. Febri Hariyadi dan Gian Zola jadi angkatan pertama Diklat yang masuk jadi bagian skuad Persib senior guna menjajal Turnamen Piala Jenderal Sudirman.
Tahun 2016 musim Indonesia Soccer Championship (ISC), Abdul Aziz, Hanif Sjahbandi, Sutanto Tan, Ryuji Utomo, dan Alfath Fathier jajaki karier profesional gabung tim kasta tertinggi liga.
Tahun 2017 Henhen Herdiana, Ahmad Baasith menyusul Febri dan Zola ke Persib senior. Jalan mereka di atas menjadi panduan jalan untuk generasi Diklat selanjutnya. Bahwa tidak mesti harus ke Persib untuk meweujudkan mimpi jadi seorang profesional.
Jaino Matos walau gagal soal prestasi, namun ia meninggalkan warisan besar. Siapa sangka pemain-pemain hasil scouting pilihannya dapat berbicara banyak di masa depan. Maka pantas saja Abdul Aziz menganggapnya sebagai pelatih yang paling berpengaruh dalam kariernya.
Kini Persib merasakan betul bagaimana pembinaan dapat membuahkan kontribusi untuk sepakbola Indonesia. Febri Hariyadi, Hanif Sjahbandi, Gian Zola, Beckham Putra, Alfath Fathier segelintir nama yang sukses menembus skuad Tim Nasional Indonesia.
Komentar Bobotoh