
Beberapa tahun ini fenomena suporter kasual kerap menjadi sorotan, termasuk di Bandung. Kemudahan mengakses informasi dari berbagai belahan dunia membuat kultur suporter kasual itu diadopsi dan diaplikasikan di tanah air. Menangkap fenomena ini, mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Adrian Gatut W S, membuat karya film dokumenter. Film berjudul New Colour ini bercerita tentang warna baru suporter sepakbola Bandung yang dipengaruhi kultur kasual.
“Ide awalnya dari tahun 2010, tapi mulai shootingnya 2012. Awalnya, saya juga kan suka Persib. Di tribun utara saya lihat ada komunitas yang berbeda, dengan gaya berpakaian dan menyanyikan yel-yel berbahasa Inggris. Makin ke sini, komunitasnya makin banyak. Dari sini saya tertarik untuk mengangkat ceritanya dan mulai cari-cari informasi di internet. Akhirnya ketemu lah Flower City Casual, meski sekarang sudah bubar,” tutur Adrian saat dijumpai di STSI, kemarin malam.
Film yang digarap sejak 2012 ini menceritakan bagaimana kultur kasual ini masuk ke ranah suporter Bandung. Bahkan, tanpa filterisasi budaya, kultur kasual ini dengan polos diadopsi oleh suporter-suporter usia anak sekolah. Kini kultur kasual pun menjamur menjadi tren fashion populer. Untuk itu, Adrian menyisipkan tanggapan dan komentar budayawan Tisna Sanjaya yang membahas keterbukaan arus budaya luar serta bagaimana meng-counter budaya luar tersebut.
“Semakin banyak informasi yang didapat dari internet, semakin gencar juga yang diserap dan diaplikasikan. Tapi keterbukaan budaya dari luar ini sering kali tidak disaring dulu, sehingga sekarang kita banyak lihat kultur kasual ini diikuti anak-anak SMP-SMA tanpa mereka tahu kasual itu sebenarnya apa dan bagaimana,” ujar mahasiswa jurusan TV dan Film ini.
Adrian tidak bermaksud untuk menyudutkan salah satu pihak suporter di Bandung. Ia justru berharap publik bisa terbuka dan memahami bahwa suporter sepakbola Bandung itu bukan hanya satu kelompok tertentu saja.
“Harapannya, suporter di Bandung bisa memahami bahwa banyak warna di stadion. Terima warna baru itu dengan apapun warnanya. Tapi tujuan utamanya tetap satu, mendukung Persib,” ungkapnya.
Adrian, sang sutradara film ini membutuhkan bantuan 15 rekan lainnya dalam penggarapan film dokumentar berdurasi 30 menit yang juga merupakan karya untuk Tugas Akhir-nya. Film ini akan diputar di Gedung Sunan Ambu, STSI, Jalan Buah Batu No 212 Bandung, pada Senin (17/11) pukul 19.00 WIB, tanpa biaya tiket masuk alias gratis.
AditNugRam
18/11/2014 at 09:54
Saya pengen nonton ieu film..
bakal di upload ke youtube ato sejenisnya?
nuhun informasina
@AditNugRam
okisapta
18/11/2014 at 11:36
Kal8 liat dari sinopsis nya, film ini cukup keren, dimana menceritakan sesuatu yang berbeda tapi satu maksud dan tujuan yaitu PERSIB. Sedikit saran coba di upload ke youtube atau di produksi secara masal, biar membuka cara pandang bobobotoh secara umum mengenai indahnya perbedaan.
Mahad Bobgarmi
19/11/2014 at 10:25
hoyong nonton laaah pliiiiiiiisss… 🙁 upload laah kang andrian,atau pami saya bade meser kdah kamana? supados saya gaduh pemahaman dan tiaasa menilai
Dekris rizqisyah
26/01/2017 at 18:14
Kang upload dong film nya, saya pengen nonton ;(