Memahami Kehadiran Patrich Wanggai di Latihan Persib
Tuesday, 19 December 2017 | 14:10

Patrick Wanggai di Persib Bandung
KETIKA bertemu dengan nama Patrich Wanggai, memori kita seolah diingatkan. Pikiran kita akan langsung terbesit bagaimana penyerang ini suatu saat pernah menjadi andalan Rahmad Darmawan di Timnas U-23 SEA Games 2011 yang diselenggarakan di Jakarta. Di sanalah, nama Patrich Wanggai mulai dikenal. Berada diantara nama-nama tenar seperti Andik Vermansyah, Titus Bonai, Ferdinand Alfred Sinaga, Ramdani Lestaluhu dan Yongki Aribowo, Patrich Seteve Wanggai dengan cepat muncul ke permukaan.
Nama terakhir yang disebutkan di atas, bahkan berhasil ia singkirkan dalam perebutan posisi sebagai ujung tombak utama dalam turnamen tersebut. Kemudian, saat klub-klub besar menginginkannya, dia memilih bertahan dengan Persidafon Dafonsoro, yang sudah dibawanya hingga ke pentas sepakbola tertinggi sepakbola tanah air di musim 2011/2012.
Wanggai termasuk ke dalam penyerang tengah jempolan saat itu. Dia menemukan musim terbaiknya di Dafonsoro saat musim pertamanya ia bermain di kasta tertinggi liga Indonesia 2011/2012, dengan langsung tancap gas dan mencetak 14 gol. Di musim selanjutnya, Wanggai kemudian melanjutkan mimpi semua pesepakbola Papua dengan bergabung dengan Persipura Jayapura di tahun 2013. Bersama tim Mutiara Hitam, ia mencetak 12 gol. Selain bermain di Indonesia, Wanggai sempat mencoba peruntungan di negeri jiran. Di kompetisi Super League Malaysia, Patrich Wanggai membela tim asal Trengganu , T Team. Di tim ini, secara kebetulan, Patrich Wanggai pernah mencetak gol tunggal yang membawa kemenangan timnya atas Johor Darul Ta’zim, tim yang kelak dilatih oleh pelatih Persib saat ini, Mario Gomez.
Setelah membela SFC di musim 2014, Wanggai mencoba peruntungan untuk bermain di luar Indonesia. Timor Timur menjadi tujuan selanjutnya, sebelum pemain kelahiran Nabire ini kembali di pertengahan musim 2016 menuju Madura United. Ada catatan di setengah musim Indonesian Soccer Championship (ISC) 2016 yang tak bisa dikesampingkan bersama Madura United. Di musim itu, Wanggai mencatat 10 gol. Gol-gol, dari penyerang yang identik dengan nomor punggung 27 itu adalah jawaban, saat Pablo Aracil–top scorer Madura saat itu–mandul. Barangkali, pengalaman-pengalaman ini menjadi acuan yang bisa membuatnya patut diberi kesempatan untuk berlatih di Persib Bandung.
Kelebihan Wanggai terletak di kemampuan menempatkan diri dalam posisi yang tepat, tanpa harus banyak berlari. Selain itu, dia dikenal mempunyai akurasi penyelesaian akhir kaki kiri yang nyaris sempurna. Yang menjadi pertanyaan kita adalah, apakah saat kedatangannya ke Persib sekarang, Wanggai masih dianggap sebagai pemain jempolan?
Musim lalu, Wanggai memiliki rekor bermain di 15 pertandingan bersama Borneo FC. Hanya satu gol ia lesakkan saat berkostum tim asal Samarinda itu, dan secara kebetulan, satu gol yang ia cetak adalah ketika menghadapi Persib Bandung di Stadion Mulawarman di kota Bontang. Di Borneo FC, Wanggai pun lebih banyak dimainkan di posisi sayap dibandingkan sebagai penyerang tengah. Hal ini dikarenakan salah satunya ada nama Lerby Eliandry di sana, penyerang yang bisa dibilang sebagai penyerang tengah lokal nomor satu saat ini.

Kedatangan Wanggai bisa jadi diakibatkan terbatasnya stok penyerang tengah lokal di Indonesia. Diakui atau tidak, stok penyerang murni bernomor 9 lokal berkualitas di Indonesia memang mulai langka. Salah satu alasan klise-nya adalah karena matoritas klub di Indonesia lebih senang memasang penyerang dari mancanegara dibanding dari Indonesia. Sebagai contoh, Sriwijaya FC pun kembali mendatangkan Herman Dzumafo yang telah dinaturalisasi dan berusia udzur untuk menjadi penyerang tim asal kota Palembang tersebut. Mari kita sebut satu per satu siapa saja penyerang lokal murni yang berkualitas saat ini, yang masih aktif bermain selain Wanggai. Mulai dari Lerby Eliandry (Borneo FC), Ilija Spasojevic (Bali United), Bambang Pamungkas (Persija), Herman Dzumafo (Sriwijaya FC), Cristian Gonzalez (Arema FC), Febri Hamzah (Borneo FC), Serginho van Dijk (Persib), dan terakhir, Boaz Solossa (Persipura) dan Samsul Arif (Barito Putera) yang bisa berposisi sebagai second striker dan sebagai winger.
Dari beberapa penyerang yang disebutkan tadi, hanya Wanggai yang paling mungkin untuk dicoba Persib saat ini. Selain telah jadi ikon klub masing-masing, mereka juga sudah dikontrak klub lain. Wanggai, dengan skill dan pengalamannya, bisa menjadi alternatif untuk opsi dalam skema sang pelatih Argentina yang sering memakai formasi andalan dengan 2 penyerang di depan. Sebagai pelatih, Gomez tinggal memilih apakah ia akan memakai duet penyerang berkarakter target man–mengingat ia masih berpeluang mendatangkan pemain asing dan mempertahankan SVD–atau opsi satu penyerang berkarakter target man dan satu penyerang yang sering turun mencari bola. Satu lagi, Wanggai adalah pemain yang bisa bermain di beberapa posisi. Di balik kepiawaiannya berposisi sebagai lone striker, Wanggai mampu bermain menyisir menjadi sayap dan penyerang lubang. Mungkin inilah alasan logis yang tersisa jika pada akhirnya pemain 29 tahun itu masuk radar buruan transfer Persib di bawah arahan pelatih Mario Gomez.
Tinggal beberapa purnama lagi kita akan berpijak di musim 2018 yang baru. Waktu yang ada tentu harus dimanfaatkan oleh Persib dibawah suhan coach-nya yang baru supaya bisa bersaing dan tidak menjadi pesakitan seperti musim 2017 lalu. Tinggal, bagaimana coach yang baru bisa membentuk tim ini lebih solid supaya bisa bersaing. Selamat berpikir dan membuat keputusan, Coach Mario Gomes 🙂
Ditulis oleh Yaser Adil, Jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil


Patrick Wanggai di Persib Bandung
KETIKA bertemu dengan nama Patrich Wanggai, memori kita seolah diingatkan. Pikiran kita akan langsung terbesit bagaimana penyerang ini suatu saat pernah menjadi andalan Rahmad Darmawan di Timnas U-23 SEA Games 2011 yang diselenggarakan di Jakarta. Di sanalah, nama Patrich Wanggai mulai dikenal. Berada diantara nama-nama tenar seperti Andik Vermansyah, Titus Bonai, Ferdinand Alfred Sinaga, Ramdani Lestaluhu dan Yongki Aribowo, Patrich Seteve Wanggai dengan cepat muncul ke permukaan.
Nama terakhir yang disebutkan di atas, bahkan berhasil ia singkirkan dalam perebutan posisi sebagai ujung tombak utama dalam turnamen tersebut. Kemudian, saat klub-klub besar menginginkannya, dia memilih bertahan dengan Persidafon Dafonsoro, yang sudah dibawanya hingga ke pentas sepakbola tertinggi sepakbola tanah air di musim 2011/2012.
Wanggai termasuk ke dalam penyerang tengah jempolan saat itu. Dia menemukan musim terbaiknya di Dafonsoro saat musim pertamanya ia bermain di kasta tertinggi liga Indonesia 2011/2012, dengan langsung tancap gas dan mencetak 14 gol. Di musim selanjutnya, Wanggai kemudian melanjutkan mimpi semua pesepakbola Papua dengan bergabung dengan Persipura Jayapura di tahun 2013. Bersama tim Mutiara Hitam, ia mencetak 12 gol. Selain bermain di Indonesia, Wanggai sempat mencoba peruntungan di negeri jiran. Di kompetisi Super League Malaysia, Patrich Wanggai membela tim asal Trengganu , T Team. Di tim ini, secara kebetulan, Patrich Wanggai pernah mencetak gol tunggal yang membawa kemenangan timnya atas Johor Darul Ta’zim, tim yang kelak dilatih oleh pelatih Persib saat ini, Mario Gomez.
Setelah membela SFC di musim 2014, Wanggai mencoba peruntungan untuk bermain di luar Indonesia. Timor Timur menjadi tujuan selanjutnya, sebelum pemain kelahiran Nabire ini kembali di pertengahan musim 2016 menuju Madura United. Ada catatan di setengah musim Indonesian Soccer Championship (ISC) 2016 yang tak bisa dikesampingkan bersama Madura United. Di musim itu, Wanggai mencatat 10 gol. Gol-gol, dari penyerang yang identik dengan nomor punggung 27 itu adalah jawaban, saat Pablo Aracil–top scorer Madura saat itu–mandul. Barangkali, pengalaman-pengalaman ini menjadi acuan yang bisa membuatnya patut diberi kesempatan untuk berlatih di Persib Bandung.
Kelebihan Wanggai terletak di kemampuan menempatkan diri dalam posisi yang tepat, tanpa harus banyak berlari. Selain itu, dia dikenal mempunyai akurasi penyelesaian akhir kaki kiri yang nyaris sempurna. Yang menjadi pertanyaan kita adalah, apakah saat kedatangannya ke Persib sekarang, Wanggai masih dianggap sebagai pemain jempolan?
Musim lalu, Wanggai memiliki rekor bermain di 15 pertandingan bersama Borneo FC. Hanya satu gol ia lesakkan saat berkostum tim asal Samarinda itu, dan secara kebetulan, satu gol yang ia cetak adalah ketika menghadapi Persib Bandung di Stadion Mulawarman di kota Bontang. Di Borneo FC, Wanggai pun lebih banyak dimainkan di posisi sayap dibandingkan sebagai penyerang tengah. Hal ini dikarenakan salah satunya ada nama Lerby Eliandry di sana, penyerang yang bisa dibilang sebagai penyerang tengah lokal nomor satu saat ini.
Kedatangan Wanggai bisa jadi diakibatkan terbatasnya stok penyerang tengah lokal di Indonesia. Diakui atau tidak, stok penyerang murni bernomor 9 lokal berkualitas di Indonesia memang mulai langka. Salah satu alasan klise-nya adalah karena matoritas klub di Indonesia lebih senang memasang penyerang dari mancanegara dibanding dari Indonesia. Sebagai contoh, Sriwijaya FC pun kembali mendatangkan Herman Dzumafo yang telah dinaturalisasi dan berusia udzur untuk menjadi penyerang tim asal kota Palembang tersebut. Mari kita sebut satu per satu siapa saja penyerang lokal murni yang berkualitas saat ini, yang masih aktif bermain selain Wanggai. Mulai dari Lerby Eliandry (Borneo FC), Ilija Spasojevic (Bali United), Bambang Pamungkas (Persija), Herman Dzumafo (Sriwijaya FC), Cristian Gonzalez (Arema FC), Febri Hamzah (Borneo FC), Serginho van Dijk (Persib), dan terakhir, Boaz Solossa (Persipura) dan Samsul Arif (Barito Putera) yang bisa berposisi sebagai second striker dan sebagai winger.
Dari beberapa penyerang yang disebutkan tadi, hanya Wanggai yang paling mungkin untuk dicoba Persib saat ini. Selain telah jadi ikon klub masing-masing, mereka juga sudah dikontrak klub lain. Wanggai, dengan skill dan pengalamannya, bisa menjadi alternatif untuk opsi dalam skema sang pelatih Argentina yang sering memakai formasi andalan dengan 2 penyerang di depan. Sebagai pelatih, Gomez tinggal memilih apakah ia akan memakai duet penyerang berkarakter target man–mengingat ia masih berpeluang mendatangkan pemain asing dan mempertahankan SVD–atau opsi satu penyerang berkarakter target man dan satu penyerang yang sering turun mencari bola. Satu lagi, Wanggai adalah pemain yang bisa bermain di beberapa posisi. Di balik kepiawaiannya berposisi sebagai lone striker, Wanggai mampu bermain menyisir menjadi sayap dan penyerang lubang. Mungkin inilah alasan logis yang tersisa jika pada akhirnya pemain 29 tahun itu masuk radar buruan transfer Persib di bawah arahan pelatih Mario Gomez.
Tinggal beberapa purnama lagi kita akan berpijak di musim 2018 yang baru. Waktu yang ada tentu harus dimanfaatkan oleh Persib dibawah suhan coach-nya yang baru supaya bisa bersaing dan tidak menjadi pesakitan seperti musim 2017 lalu. Tinggal, bagaimana coach yang baru bisa membentuk tim ini lebih solid supaya bisa bersaing. Selamat berpikir dan membuat keputusan, Coach Mario Gomes 🙂
Ditulis oleh Yaser Adil, Jurnalis Simamaung, berakun Twitter @yasseradil dan Instagram @yasser_adil

Yang lebih tau kebutuhan Tim adalah Pelatih kita hanya bisa mendukung aja semoga Persib lebih baik ke depanya sebagai bobotoh sejati jgn baperan kita suport dan dukung yg terbaik buat Persib.
Persib butuh pemain badboy supaya nyali lawan juga ciut. Seperti waktu 2014 ada sinaga. Jadi wanggai bisa sbg alternatif.
satuju kang
naon sih petrick wanggai make dibawa ka persib?? pemaen ges kolot,jeng nage teu leuwih hade ti maitimo, perdinand sinaga, ataupun matsunaga… management tolong dikaji ulang euyy,,,
permainan petrick di 2017 menurut urang teu memuaskan.
Pokok na mah urang dukung weh lah…da urang mah ngan bisa komentar…ngadukung jeung ngadoakeun mudah mudahan maksimal…maen bola mah da team work…teu bisa ngagolkeun atuh mere mere assist…pokok na kudu daek cape maen bola mah…nyerang babarengan…bertahan nya babarengan…lain kitu lur…deur ah pangeran biru-ku…geura ngagaur maung bandung-ku…
Test
Kenapa osvaldo haay ,ruben sanadi ga dikotrak persib?
Min, ini backsoundnya judulnya apa?