Legenda Persib Ini Apresiasi Kinerja Janur Menangi Derby
Wednesday, 08 April 2015 | 15:17
Laga derby adalah pertandingan yang mempertemukan 2 klub yang berasal dari satu kota. Di Bandung, partai derby terjadi antara Persib Bandung dan Pelita Bandung Raya. Namun jika kita menarik mundur ke awal Liga Indonesia, kala itu seteru Persib bernama Bandung Raya. Pada Liga Indonesia I, Persib tampil sebagai kampiun. Musim berikutnya giliran Bandung Raya yang menggondol piala presiden. Tim ini menjelma menjadi tim yang diperhitungkan, namun kiprahnya harus terhenti di LI 1996/97 karena krisis finansial. Sejak saat itu pula derby Bandung menghilang.
Tahun 2013 Bandung Raya kembali mencuat di kompetisi tertinggi Indonesia. Adalah Pelita Jaya yang mengakusisi nama Bandung Raya, hingga bertransformasi menjadi Pelita Bandung Raya. Tahun tersebut menjadi awal kembali pertemuan yang mengusung derby Bandung setelah 18 tahun lamanya Persib tak punya rival sekota.
Namun, di tahun 2015 PBR bakal berpindah home base ke Bekasi. Dalam laga QNB League, Selasa (7/4) lalu, skuat PBR mengibarkan spanduk bertuliskan, “Terima kasih Bandung” sebagai tanda perpisahan.
Max Timisela, legenda Persib tahun 60-an, mengaku sangat menyayangkan atas pindahnya kandang PBR ke Bekasi. Aroma derby akan sedikit kurang mengigit dan kemungkinan kembali hilang di persepakbolaan Indonesia. Terkait laga derby kemarin, Max menyatakan rasa salutnya akan permainan Persib. Jika membandingkan keseruan derby masa 90-an, ia lebih tertarik menyaksikan derby masa kini.
“Saya sangat senang coach Jajang (Nurjaman) bisa mengalahkan PBR. Melihat pertandingan ini, dibandingkan yang masa lalu, masih bagus sekarang. Ada peningkatan dalam hal permainannya lebih bagus. Salut dengan Jajang,” ungkapnya.
Mengomentari akan posisi striker yang diisi pemain anyar Ilija Spasojevic, legenda yang juga berposisi sebagai penyerang ini menganggap Spaso belum mengerahkan seluruh kemampuannya. Max memakluminya sebab mantan striker PBR tersebut masih menjalani adaptasi sehingga belum optimal.
“Spaso lumayan lah, belum full dia, belum maksimal. Mungkin masih meraba-raba, adaptasi ia bagus lah kalau dilihat sekarang,” tuturnya.

Laga derby adalah pertandingan yang mempertemukan 2 klub yang berasal dari satu kota. Di Bandung, partai derby terjadi antara Persib Bandung dan Pelita Bandung Raya. Namun jika kita menarik mundur ke awal Liga Indonesia, kala itu seteru Persib bernama Bandung Raya. Pada Liga Indonesia I, Persib tampil sebagai kampiun. Musim berikutnya giliran Bandung Raya yang menggondol piala presiden. Tim ini menjelma menjadi tim yang diperhitungkan, namun kiprahnya harus terhenti di LI 1996/97 karena krisis finansial. Sejak saat itu pula derby Bandung menghilang.
Tahun 2013 Bandung Raya kembali mencuat di kompetisi tertinggi Indonesia. Adalah Pelita Jaya yang mengakusisi nama Bandung Raya, hingga bertransformasi menjadi Pelita Bandung Raya. Tahun tersebut menjadi awal kembali pertemuan yang mengusung derby Bandung setelah 18 tahun lamanya Persib tak punya rival sekota.
Namun, di tahun 2015 PBR bakal berpindah home base ke Bekasi. Dalam laga QNB League, Selasa (7/4) lalu, skuat PBR mengibarkan spanduk bertuliskan, “Terima kasih Bandung” sebagai tanda perpisahan.
Max Timisela, legenda Persib tahun 60-an, mengaku sangat menyayangkan atas pindahnya kandang PBR ke Bekasi. Aroma derby akan sedikit kurang mengigit dan kemungkinan kembali hilang di persepakbolaan Indonesia. Terkait laga derby kemarin, Max menyatakan rasa salutnya akan permainan Persib. Jika membandingkan keseruan derby masa 90-an, ia lebih tertarik menyaksikan derby masa kini.
“Saya sangat senang coach Jajang (Nurjaman) bisa mengalahkan PBR. Melihat pertandingan ini, dibandingkan yang masa lalu, masih bagus sekarang. Ada peningkatan dalam hal permainannya lebih bagus. Salut dengan Jajang,” ungkapnya.
Mengomentari akan posisi striker yang diisi pemain anyar Ilija Spasojevic, legenda yang juga berposisi sebagai penyerang ini menganggap Spaso belum mengerahkan seluruh kemampuannya. Max memakluminya sebab mantan striker PBR tersebut masih menjalani adaptasi sehingga belum optimal.
“Spaso lumayan lah, belum full dia, belum maksimal. Mungkin masih meraba-raba, adaptasi ia bagus lah kalau dilihat sekarang,” tuturnya.

ceuk mantan pemaen persib wae spaso geus lumayan masih adaptasi keneh….ari bobotoh karbitan geus mulai ngagogoreng spaso…..parah bobotoh karbitan….hidup persib
Enya lumayan lah.. daripada euweuh. Ka Spaso Sok ah adaptasina tong lami teuing.
sanes derby deui …
PELITA BEKASI RAYA hehehehe
kalem can asak spaso mah geus asak oge bakal hade.
Spaso jadi Sipeso alias seukeut
alus keneh spaso daek cape..maen sepenuh hate..daek kerja keras..daripada sergio atawa bekamenga anu cenah torehan golna hade tapi maen satengah hate..ujung2na mah kabur weh..wajar we atuh gabung karek saminggu ges langsung maen resmi..sagala rupa ge butuh adaptasi Mang..mikir lain ngocoblak kamana karep..
SETUJU PISAN LUR..
Hadeng mang..pkona saha bae nu nyieun gol mah…nu penting persib meunang point penuh dina tiap laga…keun we Spaso jang nyingsieunan musuh oge…lord atep nu nyieun gol na…
Betul..semua perlu proses,bobotoh yang baik itu,selalu mensupport maung bandung..