Main Layangan, Cara Yandi Tunggu Buka Puasa
Monday, 22 June 2015 | 20:59
Cara unik dimiliki oleh penyerang belia Persib, Yandi Sofyan Munawar untuk menunggu waktu berbuka puasa. Dia mengaku kerap bermain layang-layang di lapangan dekat rumahnya untuk membunuh waktu di sore hari. Dia pun tidak sendirian memainkan layangan, tapi warga di sekitar tempat Yandi tinggal pun ikut menyemarakan agenda ngabuburit tersebut. Bahkan sang kakak, Zaenal Arif pun tidak jarang ikut turun bermain.
Disebutkan oleh pemain yang baru saja bergabung bersama timnas U-23 di Sea Games 2015 tersebut, layangan yang dimainkan olehnya adalah jenis layangan yang umum dimainkan. Dia mengaku kurang menyukai layangan hias karena tidak bisa dipakai untuk beradu di udara. Agenda ini pun hampir rutin dilakukan oleh eks striker Bribane Roar itu setiap dia selesai melaksanakan Solat Ashar.
“Layang-layang biasa, bukan yang hias. Sore hari sekitar jam 4 sudah siap-siap setelah solat asar, langsung ke lapangan. Ya, adu layangan, seru-seruan saja,” kata Yandi, Senin (22/6).
Dikatakan oleh pemain berusia 22 tahun itu, dalam sehari dia bisa menghabiskan 2 layangan saat beradu. Dia juga tidak jarang mendapatkan layangan lawan yang terbawa karena terbelit benang layangan miliknya. Menurutnya tidak ada yang spesial dari perlengkapan yang dimilikinya, mulai dari layangan hingga benang pun dia beli dengan harga yang murah.
“Kadang ngabandang (dapat layangan lawan), biasanya bisa kalahkan tiga layangan. Selain benangnya juga harus diimbangi teknik bermainnya, karena kalau benang bagus teknik kurang bagus kalah juga,” terangnya.

Cara unik dimiliki oleh penyerang belia Persib, Yandi Sofyan Munawar untuk menunggu waktu berbuka puasa. Dia mengaku kerap bermain layang-layang di lapangan dekat rumahnya untuk membunuh waktu di sore hari. Dia pun tidak sendirian memainkan layangan, tapi warga di sekitar tempat Yandi tinggal pun ikut menyemarakan agenda ngabuburit tersebut. Bahkan sang kakak, Zaenal Arif pun tidak jarang ikut turun bermain.
Disebutkan oleh pemain yang baru saja bergabung bersama timnas U-23 di Sea Games 2015 tersebut, layangan yang dimainkan olehnya adalah jenis layangan yang umum dimainkan. Dia mengaku kurang menyukai layangan hias karena tidak bisa dipakai untuk beradu di udara. Agenda ini pun hampir rutin dilakukan oleh eks striker Bribane Roar itu setiap dia selesai melaksanakan Solat Ashar.
“Layang-layang biasa, bukan yang hias. Sore hari sekitar jam 4 sudah siap-siap setelah solat asar, langsung ke lapangan. Ya, adu layangan, seru-seruan saja,” kata Yandi, Senin (22/6).
Dikatakan oleh pemain berusia 22 tahun itu, dalam sehari dia bisa menghabiskan 2 layangan saat beradu. Dia juga tidak jarang mendapatkan layangan lawan yang terbawa karena terbelit benang layangan miliknya. Menurutnya tidak ada yang spesial dari perlengkapan yang dimilikinya, mulai dari layangan hingga benang pun dia beli dengan harga yang murah.
“Kadang ngabandang (dapat layangan lawan), biasanya bisa kalahkan tiga layangan. Selain benangnya juga harus diimbangi teknik bermainnya, karena kalau benang bagus teknik kurang bagus kalah juga,” terangnya.
