Lorenzo Cabanas, Playmaker Terbaik yang Pernah Dimiliki Persib
Thursday, 04 June 2020 | 14:16
Kaki kidal adalah senjata utamanya, dijuluki ‘Si Kaki Malaikat’. Karena itu umpan terobosannya mampu membelah pertahanan lawan. Akurasi tendangan bebas di atas rata-rata, jelajah tinggi, jenderal lapangan tengah, playmaker yang andal.
Dia lah Lorenzo Guzman Cabanas Ayala. Salah satu legiun asing Amerika Latin terbaik yang pernah dimiliki Persib Bandung (2007-2009).
Awal kedatangannya, Cabanas dicap sebagai pembelot, punya cerita fantastis di klub ibu kota Persija yang hampir raih double winner (2005-2006), ia menerima tawaran tim rival Persib mengikuti jejak sang pelatih, Arcan Iurie.
Iurie memboyong Loco dari Persiba, kecocokan dua orang ini dalam bekerja membuatnya saling melengkapi. Tak butuh waktu lama untuk pembuktian, Cabanas memuluskan debutnya mencetak gol ke gawang Persiraja di Banda Aceh (10/2/2007).
Duetnya bersama Eka Ramdani di lini tengah, Cabanas menyokong Cristian Bekamenga produktif masa itu. Juara paruh musim disandang, kendati gagal angkat trofi di akhir musim 2007-2008 yang penuh drama.
Jaya Hartono yang mengarsiteki Persib mulai 2008 masih memakai jasa pemain asal Paraguay itu. Kontribusinya tetap menonjol di musim kedua berbaju biru, Persib bersaing di papan atas dan finis di posisi ketiga.
Loco menuntaskan masa baktinya di Persib. 4.840 menit bermain dari 59 penampilan dengan membobol gawang lawan 11 kali. Dia lah seorang pelayan gol terbaik para bomber. Tipe gelandang playmaker yang kental/murni, dan liat, jarang dimiliki Persib di musim-musim selanjutnya.
Banyak tawaran datang untuknya setelah berpisah dari Bandung, namun ia memutuskan pergi dari Indonesia. Baginya, lebih baik pulang ke negaranya daripada bermain untuk klub lain di Indonesia selain Persib.
“Aku selalu ingat Persib. Aku selalu bicara sama teman-teman dan bilang mau main lagi di Indonesia, tapi cuma kalau main di Persib. Tapi Persib sudah lupa saya. Tapi semua orang Bandung di hati saya,” ungkapnya kepada Simamaung 8 tahun lalu.
Meski hanya 2 musim, Persib selalu melekat di hatinya. Sesuai janji, jika bukan untuk Persib, ia tak kembali ke Indonesia dan memilih pensiun di Paraguay.
“Aku ingat sekali Persib dan bobotoh. Dan bilang, Persib ada di hati saya forever,” tegas pemain yang memiliki selebrasi memanah untuk merayakan golnya, dengan terlebih dulu seolah mengambil anak panah dari angka 11 yang tertera di punggungnya.

Kaki kidal adalah senjata utamanya, dijuluki ‘Si Kaki Malaikat’. Karena itu umpan terobosannya mampu membelah pertahanan lawan. Akurasi tendangan bebas di atas rata-rata, jelajah tinggi, jenderal lapangan tengah, playmaker yang andal.
Dia lah Lorenzo Guzman Cabanas Ayala. Salah satu legiun asing Amerika Latin terbaik yang pernah dimiliki Persib Bandung (2007-2009).
Awal kedatangannya, Cabanas dicap sebagai pembelot, punya cerita fantastis di klub ibu kota Persija yang hampir raih double winner (2005-2006), ia menerima tawaran tim rival Persib mengikuti jejak sang pelatih, Arcan Iurie.
Iurie memboyong Loco dari Persiba, kecocokan dua orang ini dalam bekerja membuatnya saling melengkapi. Tak butuh waktu lama untuk pembuktian, Cabanas memuluskan debutnya mencetak gol ke gawang Persiraja di Banda Aceh (10/2/2007).
Duetnya bersama Eka Ramdani di lini tengah, Cabanas menyokong Cristian Bekamenga produktif masa itu. Juara paruh musim disandang, kendati gagal angkat trofi di akhir musim 2007-2008 yang penuh drama.
Jaya Hartono yang mengarsiteki Persib mulai 2008 masih memakai jasa pemain asal Paraguay itu. Kontribusinya tetap menonjol di musim kedua berbaju biru, Persib bersaing di papan atas dan finis di posisi ketiga.
Loco menuntaskan masa baktinya di Persib. 4.840 menit bermain dari 59 penampilan dengan membobol gawang lawan 11 kali. Dia lah seorang pelayan gol terbaik para bomber. Tipe gelandang playmaker yang kental/murni, dan liat, jarang dimiliki Persib di musim-musim selanjutnya.
Banyak tawaran datang untuknya setelah berpisah dari Bandung, namun ia memutuskan pergi dari Indonesia. Baginya, lebih baik pulang ke negaranya daripada bermain untuk klub lain di Indonesia selain Persib.
“Aku selalu ingat Persib. Aku selalu bicara sama teman-teman dan bilang mau main lagi di Indonesia, tapi cuma kalau main di Persib. Tapi Persib sudah lupa saya. Tapi semua orang Bandung di hati saya,” ungkapnya kepada Simamaung 8 tahun lalu.
Meski hanya 2 musim, Persib selalu melekat di hatinya. Sesuai janji, jika bukan untuk Persib, ia tak kembali ke Indonesia dan memilih pensiun di Paraguay.
“Aku ingat sekali Persib dan bobotoh. Dan bilang, Persib ada di hati saya forever,” tegas pemain yang memiliki selebrasi memanah untuk merayakan golnya, dengan terlebih dulu seolah mengambil anak panah dari angka 11 yang tertera di punggungnya.
