Kritik-Cacian, Konsekuensi Bagi Yandi Sofyan Saat Bermain Untuk Persib
Friday, 15 April 2016 | 11:26
Persib besar karena cacian, pujian adalah racun — Adjat Sudrajat
Begitulah bunyi kata-kata dari sang legenda Persib, Ajat Sudrajat. Petikannya mendoktrin para pelatih dan pemain Persib secara tidak langsung, dimana siapapun pelatih atau pemain Persib harus siap mendapatkan tekanan, kritik atau cacian dari Bobotoh. Banyak pelatih dan pemain yang pernah menjadi korban kritik atau cacian tersebut.
Tekanan yang menuntut untuk memperlihatkan performa apik dalam latihan atau pertandingan demi singgasana juara selalu ada dalam bayang-bayang. Setiap musim berganti, pelatih dan pemain masuk pergi, dan hanya satu yang tak berubah dari kultur skuat Persib, tuntutan juara.
Maka, tak aneh rasanya bila Persib dicaci maki saat bermain buruk–apalagi kala bermain di kandangnya sendiri. Contoh besar saat Maung Bandung ditahan imbang Mitra Kukar di laga perdana Piala Bhayangkara. Buruk, kritikan bermunculan dari berbagai sudut pandang, utamanya soal teknis permainan.
Kadang kala, hujatan dilontarkan lebih spesifik kepada perorangan pemain. Bagi striker muda Persib, Yandi Sofyan Munawar, hal tersebut adalah konsekuensi setiap bermain di klub besar di sebuah kompetisi. “Itu konsekuensi sendiri buat saya dan harus ambil dimana saya main tuntutan suporter akan tinggi sekali,” ungkap Yandi.
Pemain kelahiran Garut itu mengakui pernah mendapatkan kritik dan caci maki dari Bobotoh. Hal itu sempat ia rasakan kala ia bermain sebagai starter di salah satu pertandingan uji coba di Stadion Siliwangi Bandung. Teriakan Bobotoh dari tribun terdengar jelas memicu adrenalin untuk bisa menunjukkan performa lebih.
“Waktu itu kedengeran banget teriakan Bobotoh kepada saya waktu uji coba di Siliwangi (vs Song FC) mau gimanapun pasti dibiarin, saya sudah terbiasa. Cuek saja, berusaha konsentrasi ke permainan sepenuhnya,” ceritanya.
Namun, Yandi memilih untuk tak ambil pusing atas teriakan Bobotoh tersebut, termasuk komentar-komentar pedas yang masuk di akun media sosialnya. “Tergantung kita menyikapinya, justru saya beruntung bisa lebih terlatih lagi lebih fundamental. Saya pilih enggak ambil pusing. Itu memang dari dulu Bobotoh seperti itu, termasuk kicauan di media sosial juga,” paparnya.
Yandi pun berpikir bijak soal keinginan dan kritikan Bobotoh. Menyadari bahwa klub besar harus menjaga nama baik dan performa. Gengsi dipertaruhkan di setiap pertandingan. Skuat Persib, baik pelatih ataupun pemain, mesti pandai-pandai menjaga nama besar itu.
“Mungkin Bobotoh pengen yang terbaik untuk Persib. Bobotoh, saya yakin, mencaci maki itu kaya kritik kecewa. Bobotoh sendiri juga pengen yang terbaik supaya kita biar lebih baik lagi,” tuntasnya.

Persib besar karena cacian, pujian adalah racun — Adjat Sudrajat
Begitulah bunyi kata-kata dari sang legenda Persib, Ajat Sudrajat. Petikannya mendoktrin para pelatih dan pemain Persib secara tidak langsung, dimana siapapun pelatih atau pemain Persib harus siap mendapatkan tekanan, kritik atau cacian dari Bobotoh. Banyak pelatih dan pemain yang pernah menjadi korban kritik atau cacian tersebut.
Tekanan yang menuntut untuk memperlihatkan performa apik dalam latihan atau pertandingan demi singgasana juara selalu ada dalam bayang-bayang. Setiap musim berganti, pelatih dan pemain masuk pergi, dan hanya satu yang tak berubah dari kultur skuat Persib, tuntutan juara.
Maka, tak aneh rasanya bila Persib dicaci maki saat bermain buruk–apalagi kala bermain di kandangnya sendiri. Contoh besar saat Maung Bandung ditahan imbang Mitra Kukar di laga perdana Piala Bhayangkara. Buruk, kritikan bermunculan dari berbagai sudut pandang, utamanya soal teknis permainan.
Kadang kala, hujatan dilontarkan lebih spesifik kepada perorangan pemain. Bagi striker muda Persib, Yandi Sofyan Munawar, hal tersebut adalah konsekuensi setiap bermain di klub besar di sebuah kompetisi. “Itu konsekuensi sendiri buat saya dan harus ambil dimana saya main tuntutan suporter akan tinggi sekali,” ungkap Yandi.
Pemain kelahiran Garut itu mengakui pernah mendapatkan kritik dan caci maki dari Bobotoh. Hal itu sempat ia rasakan kala ia bermain sebagai starter di salah satu pertandingan uji coba di Stadion Siliwangi Bandung. Teriakan Bobotoh dari tribun terdengar jelas memicu adrenalin untuk bisa menunjukkan performa lebih.
“Waktu itu kedengeran banget teriakan Bobotoh kepada saya waktu uji coba di Siliwangi (vs Song FC) mau gimanapun pasti dibiarin, saya sudah terbiasa. Cuek saja, berusaha konsentrasi ke permainan sepenuhnya,” ceritanya.
Namun, Yandi memilih untuk tak ambil pusing atas teriakan Bobotoh tersebut, termasuk komentar-komentar pedas yang masuk di akun media sosialnya. “Tergantung kita menyikapinya, justru saya beruntung bisa lebih terlatih lagi lebih fundamental. Saya pilih enggak ambil pusing. Itu memang dari dulu Bobotoh seperti itu, termasuk kicauan di media sosial juga,” paparnya.
Yandi pun berpikir bijak soal keinginan dan kritikan Bobotoh. Menyadari bahwa klub besar harus menjaga nama baik dan performa. Gengsi dipertaruhkan di setiap pertandingan. Skuat Persib, baik pelatih ataupun pemain, mesti pandai-pandai menjaga nama besar itu.
“Mungkin Bobotoh pengen yang terbaik untuk Persib. Bobotoh, saya yakin, mencaci maki itu kaya kritik kecewa. Bobotoh sendiri juga pengen yang terbaik supaya kita biar lebih baik lagi,” tuntasnya.

latihana kudu extra atuh geura yan! meh kemampuana teu ‘pas-pasan’ teuing. mumpung masih keneh ngora. mumpung urang can batian, he..he..
bekerja keras ga lebih hebat dari dengan beeeekerja lebih pintar…..smoga bermanfat yandi
bener yan. ti baheula ge kitu,bobotoh mah bisana mencaci maki hungkul. teuing iraha dek dewasana
ceuk bapa bapa anu disilwangi keur baheula ge, “tong seuri, mikir yandiii”. bruakatak kabeh seseurian
wajar bobotoh ambek…geus lila maen di persib tapi eweuh peningkatan..kaelehkeun kusi febri/jola..
Leres mang. Zaman kiwari pituin teh beuki dieu beuki mandul. Febri sareng Zola weh nu skillna terus meningkat.
Atep? Bebaaaassssss
wkwk ngakak wa slina,atep? bebaaasssss=)))))))
Semoga terus menjdi lebih baik lagi mang yandi..nyuhungkeun pidua kaibu rama teras bilih kirang piknik mah kali2 wios sok piknik.
Rata2 jebolan grt alus maen na …. Coba sing wani yandi maen teh .. Ulah ka todel sa etik loba labuh coba di ajar panguasaan bola nu alus insya alloh bakal alus ke ka harep na…pidua wae yeuh ti abah…sing sukses maju terus ulah siga hayam.kampung…
yan ai maneh ulin ka uruguay, belgia jeung australi meunang elmu naon wae?
euwueh tapakna pisan, nyaho kitu mah mending baheula teh pssi ngirim pahabol nu geus puguh bakat.
daripada ngirim bolu k uruguay, belgia, jeung australia, mending kirim si yandi..
sia mah bisa na ngan ngahina hungkul, padahal belum tentu bisa main lewih alus ti yandi,, bobotoh nu bener mah ngadukung persib keur eleh jeung menang, oge lamun pemain anu kurang maksimal teh kuduna dibere motivasi lain dihina..
Tenang jang yandi sesama orang babakan cikajang mah ulah beakeun akal terus latih engke oge ente jago geura
Body balance goreng, finishing butut
Alus keneh dimas drajat… Tapi da teu heran si yandi maena kitu, dikirim ka uruguay ge ceunah mah make uang pelicin lain ku bakatna nu alus.
Bener wa, c yandi mah lain kalah alus kadieu” na teh,kudu d pinjamkan dulu
Satuju dikritik teh ameh mikir… Lain kalah ngambeuk