Kontrak Permanen Untuk Pemain?
Friday, 13 August 2010 | 11:10Penulis : Indra Waskita
Era Sepakbola Indonesia menuju industri meskipun masih jalan ditempat dan angan-angan mudah-mudahan bisa terwujud dalam waktu yang “tidak terlalu lama”. Dengan kondisi Persib saat ini yang mulai menata tingkat profesionalismenya. Mulai dari status klub, pendanaan, penangangan sponsorship, pengorganisasian supporter, kontrak pemain dan juga hal hal lainnya. Sudah sewajarnya klub sebesar Persib memanfaatkan potensi tersebut dan menjadi pilot project untuk klub lainya menuju sepakbola sebagai sebuah industry. Tapi tanpa menghilangkan identitas aslinya yaitu PERSIB NU AING.
Khusus untuk kontrak pemain, pandangan saya sebagai seorang bobotoh yang sangat cinta dengan Persib, ada baiknya Persib mencontoh sistem kontrak pemain di negara-negara eropa, jadi tidak setiap tahun dana untuk perekrutan pemain harus dikeluarkan serentak, tetapi berkesinambungan dan Persib akan mempunyai tim inti yang bersama-sama untuk waktu relatif lebih lama, kalaupun ada keluar masuk pemain, akan melalui proses transfer yang pada akhirnya menjadi salah satu pendapatan klub.
Sebagai gambaran awam saya sebagai bobotoh (buka ahli ekonomi) : Misal untuk tahun pertama Pemain yang dikontrak jangka waktu 3 tahun : Munadi, Atep,Siswanto dan Rudi Geoffani.
Persib mendapatkan keempat pemain ini tanpa biaya transfer, hanya menentukan nilai kontrak gaji perbulan atau pertahun, tergantung kesepakatan. Untuk Atep dan Siswanto mungkin nilai kontrak perbulannya relatif tinggi karena level mereka adalah pemain nasional sedangkan untuk munadi dan rudi geoffani akan lebih murah karena merupakan pemain muda. Bila pada tahun kedua persib membutuhkan dana tambahan untuk mengarungi kompetisi maka bisa menjual salah satu bintangnya seperti yang lajimnya dilakukan klub klub di eropa. Kehilangan bintang memang akan berat, tetapi kehilangan klub akan jauh lebih berat bagi supporter manapun.
Selain itu pengeluaran terbesar dari belanja pemain akan bias dihindari, karena kontrak pemain tidak akan berakhir pada waktu yang bersamaan, sehingga pengaturan cash flow klub bisa lebih maksimal. Karena pengeluaran klub peserta ISL 70% adalah untuk kontrak pemain.
Selama ini yang saya amati pemain eks persib masih tetap jadi rebutan klub-klub lain, sehingga pemain yang tidak berkembang di Persib masih bisa mendatangkan pemasukan bagi klub.
Dengan kontrak permanen terhadap para pemain Persib pun menjadi klub yang mempunyai aset dan bisa memiliki nilai ekonomisa yang tinggi dimana secara tidak langsung akan mengundang sponsorsip lebih banyak datang.
Sumber : Pikiran seorang Bobotoh yang ingin Persib Maju…
Pendapat yang dinyatakan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, dan tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.

Penulis : Indra Waskita
Era Sepakbola Indonesia menuju industri meskipun masih jalan ditempat dan angan-angan mudah-mudahan bisa terwujud dalam waktu yang “tidak terlalu lama”. Dengan kondisi Persib saat ini yang mulai menata tingkat profesionalismenya. Mulai dari status klub, pendanaan, penangangan sponsorship, pengorganisasian supporter, kontrak pemain dan juga hal hal lainnya. Sudah sewajarnya klub sebesar Persib memanfaatkan potensi tersebut dan menjadi pilot project untuk klub lainya menuju sepakbola sebagai sebuah industry. Tapi tanpa menghilangkan identitas aslinya yaitu PERSIB NU AING.
Khusus untuk kontrak pemain, pandangan saya sebagai seorang bobotoh yang sangat cinta dengan Persib, ada baiknya Persib mencontoh sistem kontrak pemain di negara-negara eropa, jadi tidak setiap tahun dana untuk perekrutan pemain harus dikeluarkan serentak, tetapi berkesinambungan dan Persib akan mempunyai tim inti yang bersama-sama untuk waktu relatif lebih lama, kalaupun ada keluar masuk pemain, akan melalui proses transfer yang pada akhirnya menjadi salah satu pendapatan klub.
Sebagai gambaran awam saya sebagai bobotoh (buka ahli ekonomi) : Misal untuk tahun pertama Pemain yang dikontrak jangka waktu 3 tahun : Munadi, Atep,Siswanto dan Rudi Geoffani.
Persib mendapatkan keempat pemain ini tanpa biaya transfer, hanya menentukan nilai kontrak gaji perbulan atau pertahun, tergantung kesepakatan. Untuk Atep dan Siswanto mungkin nilai kontrak perbulannya relatif tinggi karena level mereka adalah pemain nasional sedangkan untuk munadi dan rudi geoffani akan lebih murah karena merupakan pemain muda. Bila pada tahun kedua persib membutuhkan dana tambahan untuk mengarungi kompetisi maka bisa menjual salah satu bintangnya seperti yang lajimnya dilakukan klub klub di eropa. Kehilangan bintang memang akan berat, tetapi kehilangan klub akan jauh lebih berat bagi supporter manapun.
Selain itu pengeluaran terbesar dari belanja pemain akan bias dihindari, karena kontrak pemain tidak akan berakhir pada waktu yang bersamaan, sehingga pengaturan cash flow klub bisa lebih maksimal. Karena pengeluaran klub peserta ISL 70% adalah untuk kontrak pemain.
Selama ini yang saya amati pemain eks persib masih tetap jadi rebutan klub-klub lain, sehingga pemain yang tidak berkembang di Persib masih bisa mendatangkan pemasukan bagi klub.
Dengan kontrak permanen terhadap para pemain Persib pun menjadi klub yang mempunyai aset dan bisa memiliki nilai ekonomisa yang tinggi dimana secara tidak langsung akan mengundang sponsorsip lebih banyak datang.
Sumber : Pikiran seorang Bobotoh yang ingin Persib Maju…
Pendapat yang dinyatakan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan pendapat pribadi penulis, dan tidak mencerminkan pendapat redaksi Simamaung.
